Bom Waktu

28 3 2
                                    

Zi, nanti aku kesana sepulang kerja ya! Mau dibawain apa?

Baru kali ini handphonenya terisi kembali dengan pesan dari Kiandra. Alih-alih langsung membalasnya, Ziana hanya menatap lalu kembali tertidur di pulau kapuknya. Ia benci dengan sikap kekasihnya itu yang sudah seperti jelangkung. Datang dan pergi secara tiba-tiba. Matanya terpejam namun hatinya tak henti menggerutu.

"Zi, sarapan yuk. Mama bikin mie goreng bakso kesukaanmu nih!" Terdengar suara mama memanggil dibarengi oleh wangi aroma sedap makanan kesukaannya.

"Mama udah pulang? Asyik!" Seketika Ziana membuka mata lalu beranjak dari kasur berbalut sprei Mickey Mouse kegemarannya menuju ruang tengah.

"Mamaaaa, sehat?" Dipeluknya sang mama erat. Hampir seminggu sudah mama Yanti dan papa Darwan berada di luar kota untuk menjalankan bisnis cateringnya.

"Baik atuh, alhamdulillah neng. Cepetan dimakan dulu keburu dingin ga enak nanti!" Mama Yanti ikut duduk di sebelah Ziana yang mulai menikmati mie goreng kesukaannya itu.
Tubuh kurusnya menarik perhatian sang ibu.

"Zi, gedein lagi badannya. Makan yang banyak, tidur yang cukup jangan begadang terus!" Mama Yanti prihatin melihat postur tubuh putri satu-satunya itu yang kini kurang fresh karena terlalu kurus. Ziana melirik sekilas, tersenyum, lalu melanjutkan kembali brunch nya. 

"Nikmati masa mudamu Zi!" Mama mengusap kepala Ziana lembut, lalu kembali menuju dapur untuk membereskan bekas masaknya pagi tadi. Ziana terdiam sejenak, pikirannya menerawang jauh. Ia sadar selama ini sudah banyak berkorban demi membahagiakan Kiandra, hingga lupa bahwa fisiknya pun butuh cinta dan perhatian.

Badan sayang, hati sayang, maafin aku sudah memperlakukan kalian dengan tidak adil..
Maafin aku sudah egois..

Gumamnya dalam hati. Layaknya sedang berbicara dengan seseorang ia mengusap dadanya perlahan. Perasaan bersalah pada dirinya sendiri membuat bom waktu terasa semakin cepat berdetak. Logikanya kembali menguasai, sukmanya harus segera terobati agar raga turut kembali pulih.

Setelah menghabiskan makanannya Ziana bergegas menuju kamar kembali untuk membalas pesan Kiandra.

Mama Henny udah pulang emangnya?
Kalau mau kesini ga usah bawa apa-apa Kian..

Sambil menunggu balasan pesan dari sang kekasih Ziana melihat foto candid dirinya yang diambil oleh Agas saat di punclut semalam.
Raut wajahnya tampak bahagia. Ia tersenyum mengingat pertemuannya dengan laki-laki sipit itu.

Drrttt... Drrtttt...

"Halo, lagi dimana Zi?" Suara Kiandra terdengar dari seberang telepon.

"Di rumah sayang mau dimana lagi, kamu udah di kantor?"

"Udah, sebentar lagi mau ke lapangan survey tempat buat workshop"

"Tar malem kalau jadi kesini kita ke angkringan, yuk!" Ajak Ziana bersemangat.

"Lihat nanti ya, kalau pulang lebih cepat kita kesana" Jawab Kiandra sambil melihat schedule kegiatan hari itu di laptopnya. "Hmmm, kalau ga salah malam ini mama mau nginep di rumah  saudara di Cimahi, kamu ke rumah ya!"

Ziana termenung sejenak. Seperti biasa Kiandra tidak pernah mengajaknya untuk bertemu dengan sang ibu.

"Sampai kapan kita main kucing-kucingan terus kayak gini sayang?"

"Maksudnya?"

"Kapan aku bisa ketemu dengan mama Henny lagi dan diperkenalkan secara resmi sebagai calon istrimu?" Ziana memberanikan diri untuk bertanya. Ia memejamkan kedua matanya. Menunggu jawaban Kiandra bak menunggu petasan hendak meledak.

FlummoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang