Dunia. 10

21 16 0
                                    

=∆=∆=

Sisa-sisa abu dari api unggun kemarin malam sudah nampak basah pagi ini. Embun yang datang dari pepohonan tinggi nan aneh itu benar-benar membuat apinya padam tepat saat kami terbangun. Suasana hutan misterius ini tampak lebih bersahabat daripada kemarin. Meski matahari tak nampak dari balik dedaunannya, tetapi sinar hangat dan cahaya terangnya tak dapat ditutupi. Udara disekitar lebih jernih dan ringan rasanya, angin sepoi-sepoi terkadang meniup kami lembut seakan membelai dengan penuh kasih.

Sedikit lega rasanya.

Mataku belum terbuka sepenuhnya, rasa kantuk masih menempeli seluruh tubuh yang kelelahan. Hingga sebuah suara membuatku langsung terlonjak bangun dan melihat ke sekeliling. Rose berteriak histeris sembari menatap sekujur tubuhnya yang bersih, tanpa luka sedikit pun. Bahkan tubuhnya tampak lebih jernih seolah dia habis mandi di pemandian air hangat nomor satu di penjuru dunia. Apa yang aneh dengan itu?

“Ada apa denganmu Rose? Pagi-pagi teriak seperti itu di tengah hutan. Bagaimana kalau ada monster mendengarnya, hm?”

“Luka, luka-luka kemarin malam bukannya sangat banyak hingga baju kita kotor? Tapi kenapa, kenapa sekarang tubuhku bersih tanpa luka secuil pun? Kalian juga begitu apa kalian tidak sadar?! Coba lihat diri kalian sendiri!”

Kami semua hanya memandang Rose bingung, lalu menuruti perintahnya dan saling memandang satu sama lain, memeriksa keadaan kami masing-masing. Sejenak aku terdiam tidak percaya, lalu menarik nafas kasar.

Rose benar, tubuh kami kembali seperti keadaan semula kami berangkat kemarin. Pakaian kami tidak sobek, tidak kotor, luka berdarah hilang, bahkan semua orang langsung melirik padaku dan mengernyit heran.

Aku mengerti apa yang mereka pikirkan. Kakiku! Aku mulai menghentak kaki kananku kencang. Setelahnya, bahkan rasa perih pun tidak ada, benar-benar sembuh dalam semalam.

Untuk memastikan Mister Ha maju dan kembali menlusuri kaki kananku. Ia lalu terbelalak dan tersenyum puas. Dan Mister Ha membuat klasifikasi bahwa kaki kananku normal senormal-normalnya.

Patah tulang apanya? Luka serius apanya? Kini aku bahkan bisa menghentakkan kaki dan berlari kencang.

“Tidak mungkin, ini mustahil. Bagaimana semuanya sembuh hanya dengan satu malam? Tidakkah obat medis itu bekerja di luar batas? Tidak, bahkan hanya beberapa jam, bagaimana obat ini bisa bekerja sangat manjur?”Anna mendesis, kejadian kacau kemarin bahkan belum meninggalkan sepatah petunjuk pun. Dan apa lagi hal ini?

“Bagaimana pun hari sudah kembali pagi, Leta sembuh begitu pula kita semua, prioritas kita sekarang adalah pergi dan menemukan jalan keluar dari Hutan ini”

Mula-mula kami ragu, namun mengingat kami masih berada di dalam hutan antah berantah yang bisa saja langsung menghancurkan kami sekaligus, kami langsung mengangguk mantap. Bergegas merapihkan tempat kami bermalam agar bersih tanpa meninggalkan jejak apapun, juga sisa api unggun yang mulai basah kini. Tas besar yang penuh tertancap mantap di pundak dan punggung kami. Tangan ini menggenggam tali tas erat seolah enggan melepaskannya walau sedetik, takut lepas dan tak akan kembali lagi.

Berjalan cepat kami sesekali harus menunduk, melompat dan bahkan meloncati satu sisi tebing ke sisi tebing lain yang lebih rendah. Memangkas beberapa tanaman liar yang merambat dan menghalangi jalan, juga semak yang tumbuh sangat besar dan duri di setiap lapisan kulitnya.

Jika dipikir-pikir, penampakan alam di dunia ini tidak jauh berbeda dengan yang ada diduniaku. Ada gunung yang menjulang tinggi, hanya saja gunung disini menjulang terlalu tinggi dan terlalu besar, lebih mirip dinding alam yang menutupi bagian dalamnya dari area luar. Aku bahkan sempat salah mengira melihat gunung yang ada disini sebagai tembok besar.

LETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang