=∆=∆=
Bulan musim semi bersinar terang
Daun gugur mulai kembali mekar
Kakak sering bertanya, kapankah mereka yang gugur akan kembali?
Dan adik akan menjawab, cepat secepat angin musim iniDiantara semua daun hanya satu daun yang tetap gugur
Diantara semua bunga hanya satu bunga yang tetap kuncup
Diantara semua pohon hanya satu pohon yang tetap kering
Bunga Bulan Gugur masih tertidur lelap, lalala“Ngh…”
Banyak hal yang didunia ini tidak perlu kita pahami konsep dan teorinya, hanya perlu dijalankan dengan sepenuh hati dan membiarkannya mengalir bebas. Oma pernah berpesan kepadaku untuk tidak pernah mengikat tali selama hidupku, karena bisa jadi apa yang aku ikat adalah kebebasanku sendiri.
Aku selalu mematuhinya. Selalu. Tapi pada akhirnya ia tetap tidak bisa selalu menemaniku dan bersamaku, sepatuh apapun aku padanya. Terlebih, ia pergi tepat karenaku, dihadapanku.
“Kakak, sudah kakak bangun? Kakak sakit, masih?”
Samar aku mendengar suara gadis kecil yang amat lembut dan manis disebelahku. Seketika aku teringat gadis yang aku lawan, oh tidak, tolong, jangan lagi…
“Kakak, baik-baik saja, Kakak?”
Aku mulai mendorong untuk membuka mata, tak lupa membaca do’a agar gadis yang memanggilku bukan gadis sombong itu lagi, sudah cukup. Hingga wajah bulat yang putih milik gadis itu membungkamku. Aku dengan cepat menghembuskan nafas lega, ternyata ia bukan gadis kecil yang sama. Kemudian aku menyunggingkan senyum kecil, menjawab pertanyaannya yang sebelumnya.
“Wah, Kakak ini sudah bangun! Kakak sudah bangun!”
Aku menoleh kesana kemari, mengecek kondisi tempat aku berada. Tempat ini asing bagiku, bahkan aku baru sadar, bagaimana aku bisa disini? Siapa gadis kecil ini? Apa yang baru saja terjadi?
“AH LETA!!”
Bruk bruk!!
Ough, aku merasa tubuhku benar-benar hancur.
“Sa-sakit..”ringisku pelan sembari menepuk-nepuk badan keempat sahabatku yang tengah memelukku kencang.
Mereka lantas melepaskan pelukannya dan buru-buru meminta maaf padaku.
“Aduh, Ta, maaf-maaf. Kita lupa bahu sama punggung kamu..”
Bahu? Aku meraih bahu kananku dan memeriksanya, lalu sadar apa maksud perkataan mereka. Lemas seketika, aku kembali mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Ini adalah luka dari cambuk milik gadis kecil yang kami temui pada suatu malam. Lukaku sudah dibungkus oleh kain berwarna hitam, juga sesuatu yang terasa dingin menyelimuti luka pada bahu dan area punggungku.
“Kami memiliki daun yang mujarab, tinggal hanya ditumbuk dan ditempel-tempel diluka, kalau sudah sembuh juga nanti akan lepas sendiri. Agar dan tidak menonjol, aku bungkus obat dengan kain hitam. Tidak akan Kakak jadi takut kalau melihatnya, juga agar darah dan cairan dari tumbuk-tumbuk daunnya merembes tidak”
Aku memerhatikan sekilas gadis kecil dengan rambut panjang yang berkilauan berwarna merah muda. Lalu tersenyum tulus.
“Terimakasih”ia lantas mengangguk cepat.
Penggunaan kata dan penempatan katanya masih berantakkan dan sedikit sulit aku pahami. Tapi aku tau dengan cepat bahwa kemungkinan besar dia sudah mencoba yang terbaik.
“Ah ya, tadi, apa yang kamu nyanyikan?”aku masih ingat dengan jelas, lagu itulah yang membuatku terbangun dan merasa lebih baik.
“Ah! Kakak mengerti? Tapi aku memakai nyanyi bahasa kami, bukan bahasa Kakak”

KAMU SEDANG MEMBACA
LETA
Fantasi=∆=∆= LETA yang menemukan kembali fakta tentang kekuatan kecilnya tiba-tiba melakukan petualangan ke dunia lain. Bersama guru baru sekolahnya dan teman-temannya, mereka akan menemukan jalan pulang kembali ke bumi! =∆=∆= Namaku Leta, atau Arthaleta l...