Dunia. 20

10 6 3
                                    

=∆=∆=

Dyta maju perlahan. Berdiri ditengah-tengah lapangan, memandangi satu-persatu bola bercahaya berbeda warna itu. Sejak awal yeye mengumumkan mengenai kami akan mendapat senjata khusus, aku tidak bisa tidak melihat mata Dyta yang membara. Tangannya benar-benar selalu tekepal dengan wajah yang selalu nampak serius, urat-uratnya pun terkadang terlihat menonjol dikepalannya.

Entah, aku juga tidak tau.

"Hhh" Dyta menutup matanya, badannya mulai rileks dan saat itu kalung miliknya benar-benar jelas terlihat oleh kami semua, bercahaya.

Itu dia! Batinku.

Dan bahkan Yeye pun mulai tercengang dan memfokuskan pengamatan pada Dyta. Sejak tadi, kamilah yang menghampir para senjata itu satu persatu. Tetapi kini, ada sekitar sepuluh senjata dengan bola berwarna merah menyala mendekat dan mengelilingi Dyta.

Elang menyeringai dan menggosok tangannya, menatap dengan tatapan yang seolah berkata, ini akan seru!!

Semakin lama putarannya semakin kencang, cahaya dari masing-masing bola dan kalung Dyta yang beradu semakin terang. Angin mulai berhembus kencang. Bertambah kencang, semakin kencang, dan terus seolah membentuk tornado merah besar.

Hingga, BRAK!!

Sembilan dari sepuluh bola tersebut pecah menjadi hujan glitter merah. Dan menyisakan satu yang paling terang dan memiliki kilatan petir merah disekitarnya.

Saat itulah aku pertama kali melihat sihir yang sesungguhnya. Mata Yeye terbelalak, pegangannya pada tongkat mengendur. Dan mata Dyta yang perlahan terbuka berubah menjadi warna merah yang menyeramkan.

Cepat ia meraih bola didepannya dan dengan cepat pula bola itu berubah bentuk menjadi cambuk panjang dengan sinar dan kilatan petir merah menyambar darinya.

Ctarr!!

Glek

Aku bergidik ngeri, tanpa sadar meraih bahu kananku yang masih terbalut kain hitam. Suara cambuk milik Dyta sangat menggelegar, mengingatkanku pada kengerian dari gadis kecil kemarin.

Sebuah guratan sedalam dua puluh centimeter kurasa, tercetak jelas di tanah bekas cambuk Dyta.

Suasana hening. Tidak ada dari kami yang berani berbicara. Bahkan Yeye pun masih terperangah dan tongkatnya terjatuh dari tangannya. Fenomena ini sangat menyeramkan, yang entah bagaimana membuat kami semua merasakan deja vu.

Lama, hingga Dyta berbalik dengan matanya mulai kembali normal. Tetapi aura membunuh dari cambuk itu malah semakin kuat.

"Mustahil.."

Saat itulah Yeye kembali mengangkat tongkatnya, berjalan mendekati Dyta dengan wajah, tak terbaca. Ketika sudah berhadapan, Yeye dan Dyta melempar pandangan seolah mereka sedang bertelepati.

"Apa itu kamu.."

Merasa sesuatu mulai ganjil, aku dan teman-temanku mendekat ke arah Dyta.

"Cyandana?"

=∆=∆=

Dyta tertunduk, cambuk yang ia pegang kuat tadi sudah tersimpan dalam dirinya, akan muncul kapan saja jikalau sang tuan memanggil. Aku dan teman-temanku menatap heran sekaligus terkejut Dyta.

"Kamu, kamu calon Nona Muda Cyandana?!! Dyta jawab!!"Bram bertanya lebih dahulu.

Bram sudah bersama dengan Dyta selama enam tahun, tetapi ia bahkan tidak mengetahui perihal ini? matanya terbelalak, merasa tidak percaya bahwa selama ini dia serasa dibohongi.

LETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang