Dunia. 16

7 8 5
                                    

=∆=∆=

Kami akhirnya sudah sampai ke pemandian air panas yang Anna ceritakan sepanjang jalan. Dan luar biasanya ketika aku, melihatnya secara langsung.

"Ini..."wah, aku benar-benar dibuat speechless.

"FANTASTIS!"

Segera kami berlima berlarian riang kesana kemari. Tempat ini luar biasa! Ternyata dibalik buas dan ganasnya semua makhluk dan alam di dunia asing ini, keindahannya juga sangat tak bisa dipungkiri.

Disekeliling kami pohon-pohon besar yang akarnya tergantung saling melilit berdiri kokoh, serta bunga cantik berwarna plum dan biru tosca menghiasi setiap sudutnya. Rerumputan hijau lembut mengelilingi sisi danau. Dan beberapa area kecil yang didiami batu-batu besar yang terlihat cocok untuk duduk bersantai.

Dan yang paling menonjol ialah air terjun sedang yang turun dari bebatuan besar berlumut yang ditumbuhi beberapa tanaman rambat cantik. Di bawahnya terkumpul air jernih hangat dengan kepulan kabut tipis, warna airnya unik, semakin ke sisi semakin bening dan semakin kedalam berubah menjadi hijau tosca.

Udaranya sejuk dan damai. Hah, baru kali ini kami kembali mendapatkan suasana tenang yang benar-benar tenang. Aku yang pertama mencoba hangatnya air danau dan ketika kakiku sudah memasuki air danau di sisi dekat air terjun, hahh. Hangat, hangat dan hangat.

Aku lalu memasukkan kedua kakiku lebih dalam, dan mulai bermain air. Desi dan Rose juga mengikutiku. Berbeda dengan Anna dan Dyta yang tanpa aba-aba langsung nelompat dari batu didekat kami dan terjun ke dalam danau. Kini selimut yang aku pakai ikut basah.

"Hei An!! Jangan asal cebur saja, bajuku kan jadi basah karenamu..!"teriak Desi sembari menyipratkan air ke arah Anna.
Sang empu hanya tertawa hingga ia membalas perbuatan Desi. Detik berikutnya kami bermain perang air.

Pyash! Pyash!

Pyurr!

Suara gemerisik air disekeliling kami saling bersautan, hingga aku mengingat apa yang wajib aku lakukan selagi berada disini. Aku lalu menyisi ke tepi danau yang lebih dangkal, membuka balutan selimut dan mengangkat lengan bajuku hingga ke atas bahu.

"Hah..benar-benar mengerikan rupanya"

Aku perlahan memberanikan diri membuka balutan kain hitam yang mengikat lukaku rapat. Ugh, rasanya seperti agak lengket, ayolah aku bukannya begitu berani untuk hal ini!

Pelan tapi pasti akhirnya kain itu sudah terlepas dan barulah aku menyadari warnanya mulai berubah, hitamnya mulai pudar dan digantikan dengan warna hijau. Dan ketika melihat ke arah bahuku, UGH. Cukup, benar-benar cukup!

Benda hijau aneh apa yang menggumul seperti lumut dibahuku itu, hah?!

Aku ragu-ragu, tapi tetap mencoba meraih benda itu dan melepasnya.

Sk sk

Ugh, susah. Benda ini sangat susah untuk ditarik, seakan benar-benar sudah melempar jangkarnya agar tetap berada di bahuku.

"Uughh.. ayollaah, lep-pass!! Akh!!"

Terserahlah! Aku sudah menyerah. Aku berpikir dan mengingat bahwa punggungku juga terluka, apa benda ini juga menempel pada tubuhku? Oh, yang benar saja..?

"Kenapa Ta? Mukamu pucat dan ketakutan?"dari tepi danau aku melihat Anna dan Dyta menyusul, pula Rose dan Desi dibelakang mereka.

Aku menunjuk benda dibahuku dengan wajah frustasi, apa ini?

Rose memerhatikan, lalu tertawa geli, juga yang lain, mereka segera menertawakanku.

"Ya ampun, aku lupa. Kau itu bukan anak medis, hihihi.."ejek Desi. Hei Des, memang kau anak medis, huh?

LETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang