Hai... ehem...
Setelah satu tahun menghilang, sepertinya aku memutuskan untuk kembali menulis. Meski aku sudah bekerja dan mungkin sama sulitnya dengan kemarin-kemarin untuk update. Gaya menulisku juga sedikit berubah, namun akan aku sesuaikan dengan beberapa chapter yang memang sudah aku tulis sejak lama sebagai tabungan. Tapi aku akan berusaha keras! Omong-omong, selamat membaca!!=∆=∆=
Kami sekarang sudah berada diluar Kerta Mo. Tepatnya di lereng benteng alam Kerta Mo. Nyatanya sisi luar benteng alam ini bahkan lebih mulus dan mudah dilalui daripada sisi dalamnya. Van ini melaju dengan lancar, juga menuruni dan membelok dengan lembut.
“Omong-omong dimana Putra Mahkota dan Dyta, Des?”
Untungnya van ini berukuran seperti rumah berjalan. Cukup luas untuk menampung sebelas orang dan banyak furniture di dalamnya. Tanpa bahan bakar apapun pula.
“Ouh, Putra Mahkota ada di sebelah ruangan kita dan Dyta sedang ada di balkon dengan yang lain. Daya tahan tubuh Dyta itu cukup kuat, Ta.” aku tersenyum dan mengangguk.
Desi lalu mengajakku keluar dan bergabung dengan teman-temanku yang lain. Ia menghela nafas lelah dan membuatku menoleh untuk melihat keadannya
“Hah, Putra Mahkota ini, Putra Mahkota itu. Aku selalu berbelit Ta, kalau mau membicarakannya...” Desy mengeluh.
Kami sudah tiba di ambang pintu menuju balkon, terdengar Dyta yang tiba-tiba menyahuti keluhan Desy dari depan.
“Deon.” ucapnya.
“Eh?”
Aku dan Desi yang baru berada di pintu balkon van terkejut. Nama siapa yang Dyta barusan sebutkan?
Beberapa dari teman-temanku sudah berkumpul bersama di balkon ini. Aku dan Desy segera mendekat dan ingin bergabung.
“Namanya Deon, Clardeon Denalbarac Duc’n. Aku melihat sekilas ingatannya.” Dyta memperjelas.
Tertarik, aku dan Desi bergegas mengambil tempat duduk. Ah, sejuk sekali angin alam ini dan hari nampak sudah siang. Balkon dengan hiasan set meja kecil dan kursi melingkar ini sangat cocok untuk kami bersantai ataupun berdiskusi bersama. Aku mengambil kursi yang paling pinggir, membuatku bisa puas bersender pada balkon biru ini dan memantau lebih jauh.
“Deon ini sama sepertiku. Dia lahir dari seorang selir atau istri kesekian. Sementara gadis kecil kemarin lahir dari permaisuri, atau istri pertama. Kerajaan tempatnya tinggal begitu kejam. Untuk mendapat gelar Putra Mahkota, Deon sudah terbiasa menghadapi maut. Hh, aku merasa satu nasib dengannya.”
Kami semua diam. Aku tidak tau mengapa dihalaman ini kami sangat banyak terdiam. Hanya saja kalimat terakhir yang Dyta ucapkan sangat menusuk. Apa ini efek dari pemindahan itu?
“Dyt, kamu cuma terpengaruh dengan ingatan Putra Mahkota.” Rose mengelus punggung Dyta lembut dan dibalas anggukan lemah.
“Then, siapa yang mengemudi?” aku mengalihkan topik pembicaraan.
“Mister Ha, kita kan belum ahli berkendara diarea pegunungan.” jawab Bram.
“Sudah kubilang aku bisa Bram.” Dyta memutar bola matanya malas.
“Sudah kubilang kamu perlu istirahat Dyt.” Bram kembali menjawab dengan tenang.
“Mulai lagi...” Anna menepuk dahinya. Kurasa sebelum aku datang kesini cek-cok seperti ini sering terjadi.
Kami kemudian terkekeh bersama. Apa-apaan juga adegan ini, mempeributkan hal yang tidak perlu diributkan. Kami lalu lanjut bercerita lagi tentang banyak hal, menunggu tibanya kami di kaki gunung nanti. Bram yang menjadi satu-satunya laki-laki dan satu-satunya yang tidak mengerti topik pembicaraan kami pun memilih turun ke bawah. Bergabung dengan teman-temannya yang lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/286913473-288-k682790.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LETA
Fantasy=∆=∆= LETA yang menemukan kembali fakta tentang kekuatan kecilnya tiba-tiba melakukan petualangan ke dunia lain. Bersama guru baru sekolahnya dan teman-temannya, mereka akan menemukan jalan pulang kembali ke bumi! =∆=∆= Namaku Leta, atau Arthaleta l...