Dunia. 17

7 6 10
                                    

=∆=∆=

AAAAAA!!

BRUK! GEBRAK! GEDEBUGH!!

“...”

Aku meringis sambil mengusap kepala dan punggungku yang terjatuh diatas tas super padat milik Anna– yang notabene seorang anggota Pramuka garis keras.

Ketika melihat kesekeliling, wajahku langsung memerah padam.

Lihat! Di depan! YEYE!

Dan bahkan Mister Ha, Bram, Drean, Leo, Elang juga Mo-Shi! Tidak! Bahkan seluruh warga desa ini berkumpul bersama! Dan mereka semua menatap kami kini..

Mereka semua tengah berkumpul disini bersama disaat kemudian kami berlima terjatuh bertumpuk membuat seisi ruangan di rumah bawah tanah ini-yang lebih luas, penuh dengan debu dan menjadi berantakan.

“Ap-pa, in-ni..?!”Yeye segera bangkit dari duduknya, begitu pun Mister Ha dan yang lain.

Aku sudah tidak peduli lagi, mulanya niatku untuk membuat citra yang bagus saat nanti akan berhadapan kembali dengan Yeye sudah sirna seketika. Cara kami muncul keluar dari portalku sangat memalukan. Aku segera menarik Dyta dan yang lain untuk menggendong tas mereka dan berdiri tegap.

Bukan hanya aku, tetapi teman-temanku pun jika melihat wajah Yeye kini yang menghitam segera meneguk ludah kasar. Mataku terus fokus menatap Yeye, ya ampun ini butuh keberanian super besar!

Psst, Ta, kenapa, kenapa Yeye diam saja? Biasanya kan dia selalu langsung memarahi kita?”

Aku menggeleng pelan. Entah, aku juga tidak tau, karena samar-samar yang aku lihat bukanlah raut wajah marah, namun raut wajah terkejut dan ketakutan Yeye. Terlebih yang beliau tatap secara langsung adalah aku sendiri. Apa ada yang salah denganku?

Aku masih memasang wajah tegang, keringat masih bercucur dari dahi menuju leherku. Saat dimana Yeye maju menghampiri kami, dengan wajah serius.

“Nak, jawab aku dengan jujur”aku mengangguk mantap, tidak mungkin aku berbohong pada Yeye.

“Apa kamu yang membuat portal ini? Sendirian?”aku mengangguk.

“Apa kamu benar-benar memiliki semua kekuatan itu?”

Awalnya aku baru akan mengangguk, tapi berhenti. Bagaimana aku mengatakannya? Aku sendiri masih sangat awam tentang semua ini.

“Aku, tidak tau”ini jawaban paling jujur yang bisa aku katakan.

Yeye terdiam, ia memejamkan matanya sesaat sembari mengelus janggut halusnya yang tergantung indah panjang.

“Apa ini berkaitan dengan ‘kalung’mu itu, Nak?”

Aku menunduk, menatap sesaat kalung kristal berbentuk hati dengan warna magenta yang sengaja aku sembunyikan dibalik kaus pramuka. Ini hal yang sangat penting bagiku dan entah mengapa sudah kebiasaan bagiku untuk selalu menyembunyikannya dibalik pakaian yang aku pakai setiap saatnya. Aku selalu memiliki firasat bahwa akan ada yang ingin merebutnya dariku.

Tapi bukankah itu hal yang wajar? Jika kau memiliki benda peninggalan keluarga tercintamu, kamu tidak akan bisa membiarkannya begitu saja dan akan terus menjaganya, bukan?

“Nak, dari apa yang kusimpulkan ada kabar baik dan kabar buruk. Mana yang ingin lebih dulu kau dengar?”

Apa ada hal yang lebih buruk dari fakta bahwa kami sudah terdampar di tempat antah berantah ini selama hampir satu minggu? Baiklah, aku memilih berita buruknya terlebih dahulu.

“Kabar buruk lebih dulu”ucapku lugas.

Yeye tersenyum. Sungguh! Andaikan beliau lebih sering tersenyum seperti itu, aku akan dengan senang hati terus menjadi lawan bicaranya.

LETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang