=∆=∆=
Entah bagaimana, kini suasana UKS sangatlah ramai.
“Kan sudah aku bilang awas Ta. Untung kamu baik-baik aja”siswa dengan pakaian sedikit urak-urakkan itu menasehatiku. Dia Elang, si bandel yang sok ganteng.
Lagipula aku masih mengherankan bagaimana dengan ajaibnya pot tanaman dengan berat delapan kilogram itu bisa dengan mudahnya jatuh. Tepat pula di atas kepalaku. Salah satu petugas PMR sedang memeriksaku, namun aku baik-baik saja. Tak ada goresan yang muncul karena seluruh tubuhku sepenuhnya dilindungi oleh tameng transparan tadi.
Aku kembali memerhatikan telapak tanganku, asal tameng itu muncul. Aku masih berusaha mengumpulkan pecahan memori acak yang aku ingat, namun apa yang aku ingin ingat tak pernah muncul. Hanya sekelebat putaran memori menyeramkan, hingga aku menggeleng cepat.
Beberapa saat kemudian Desi, Dyta, Anna dan Rose menyusul ke UKS, menjengukku. Mereka langsung menanyaiku mengenai ini itu tanpa memberi jeda disetiap pertanyaannya. Senang rasanya diperhatikan seperti ini. Dyta lalu menggenggam tangan kananku. Namun anehnya seketika itu pula Dyta langsung melepaskannya dan terperanjat kaget. Wajahnya pucat pasi dengan keringat yang bercucuran mendadak.
“Dyt? kamu kenapa?”tanya Anna. Dyta hanya menatap ke arahku kalap, lalu segera izin pergi ke toilet.
Kami semua mengernyitkan dahi. Akhir-akhir ini Dyta mulai aneh, sebenarnya ada apa dengan Dyta, aku masih belum mengerti apa-apa.
=∆=∆=
Pukul lima sore.
Dan kebetulan sekali di luar suasana sedang hujan, rasanya malas sekali untukku bangun dari tempat tidur. Aku lalu menatap ke arah rak buku di dekat pintu kamar. Ingin rasanya aku membaca salah satu buku yang bertengger disana, tetapi aku terlalu malas untuk melakukannya. Iseng, aku mengarahkan telapak tanganku menghadap ke buku yang ingin aku baca.
“Kemarilah!”
Suara hujan semakin deras dan sekarang bertambah dengan suara petir yang menggelegar amat kencang. Duk! Aku meringis kesakitan, lalu membuka mata dan melihat apa yang baru saja menabrak wajahku keras. Mataku saat itu sempurna membulat. Aku langsung menggeser badan, terduduk tegang di pojok kasur. Nafasku tercekat. Lihat! Buku itu, benar-benar berada didepanku sekarang. Buku itu benar-benar datang kemari sesuai perintahku!
Aku menghampiri buku sejarah itu takut-takut dan menyoleknya asal. Ini buku normal, buku sejarah biasa yang didalamnya hanya ada tulisan saja, tanpa gambar. Aku terperangah, kekuatan baru muncul, yakni bisa menarik benda tanpa menyentuhnya.
Aku berdiri dari kasur, mencoba memastikan hal itu. Aku perlahan kembali mengarahkan telapak tanganku kearah buku sejarah itu. Mengayunnya perlahan mengarah ke arahku.
Bruk!
Aku tidak percaya. Persis seperti yang aku bayangkan, buku itu mengikuti gerakan ayunan tanganku. Takut, aku segera mencari mengenai hal ini di internet. Ada banyak sekali artikel yang mengatakan bahwa ini disebut ‘teknik telekinesis’. Teknik yang bisa membuat kita mengendalikan benda lewat pikiran, atau tanpa menyentuhnya dan hanya dengan memikirkan apa yang harus dia lakukan. Juga ada banyak artikel lain mengenai hal-hal yang disebut ‘sihir’ ini. Tapi apa fenomena ini benar-benar bisa disebut sebagai sihir?
Aku tidak tau pasti, tapi aku ingin memastikan. Sebenarnya apa saja kekuatan yang aku miliki sekarang? Walau sebenarnya hal ini tidak asing bagiku, namun nyatanya kekuatan baru lain segera menyusul setelahnya. Dan aku sama sekali tidak mengerti apa-apa.
Saat itu umurku genap lima tahun. Aku masih ingat jelas saat itu almarhumah Oma memberikan kalung ini. Dan aku masih ingat saat itu ia berpesan agar aku menjaganya. Karena ini adalah kunci untuk membuka pintu ajaib dimasa depanku kelak. Saat itu aku tidak mengerti apa yang Oma katakan, aku hanya mengiyakannya saja. Sejak saat itulah aku mulai memiliki kekuatan aneh seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
LETA
خيال (فانتازيا)=∆=∆= LETA yang menemukan kembali fakta tentang kekuatan kecilnya tiba-tiba melakukan petualangan ke dunia lain. Bersama guru baru sekolahnya dan teman-temannya, mereka akan menemukan jalan pulang kembali ke bumi! =∆=∆= Namaku Leta, atau Arthaleta l...