Part 3. Kode Sumber

287 34 157
                                    

🖥🖥🖥

“Kode sumber itu rangkaian pernyataan yang ditulis  dalam bahasa pemrograman komputer yang bisa dibaca manusia. Jadi, senyum manismu itu kode sumber yang bisa dibaca oleh mataku di tulis di notepad hatiku sebelum akhirnya diubah menjadi rasa kagum yang bisa di eksekusi CPU otakku, direalisasikan menjadi program bernama jatuh hati padamu.”

-Yusuf Tabriz Albirru-

💻💻💻

Petir menggelegar disertai sambaran kilat di sela hujan deras yang tiba-tiba datang tanpa permisi. Gadis berjilbab abu-abu itu menadahkan tangan, membiarkan terpaan air hujan bercampur angin membasahi tubuhnya. Sesekali senyum tergambar di wajahnya.

“Eh, kalau hujan doanya gimana sih ya.” Monolog gadis itu.

Allahumma shoyyiban nafi’an.”

Ayun terperanjat saat mendengar suara rendah sedikit serak mengucapkan sebuah kalimah.

Astagfirullah!” pekiknya.

“Numpang neduh ya, nggak bawa payung.”

Ayun mengangguk sembari mengelus dadanya yang masih overbeat karena terkejut.

“Silakan duduk,” ucap Ayun sembari menarik kursi dari bawah meja dan menyodorkan ke pemuda itu kemudian pergi ke belakang.

Iyus, pemuda tadi, berusaha mengulum tawa karena tak sengaja melihat ekspresi terkejut dari Ayun yang menurutnya lucu. Dia tersenyum-senyum sendiri sampai matanya menangkap bayangan wajahnya sendiri yang sedang tersenyum di kaca.

Ngapain senyum-senyum Yus? Gila ya?” Bayangan itu seolah meledeknya dan seketika wajah datar dan dingin khasnya kembali.

“Mas, monggo diunjuk ¹.”

Kali ini Iyus yang terkejut, dia tidak menyangka kalau Ayun akan muncul lagi.

Astagfirullah,” desah Iyus.

Ayun menatap wajah pemuda itu sebelum tertawa terbahak. “Satu sama,” ucap Ayun.

“Sengaja balas dendam?” tanya Iyus datar.

“Nggak Mas, nggak sengaja. Tapi karena Masnya kaget, ya alhamdulillah, aku puas. Silakan diminum,” jawab gadis itu enteng.

Iyus mengamati gelas itu.

“Gratis kok, tenang,” jawab Ayun.

“Oh, jazakillahu khairan,” lirih Iyus.

Ayun mengangguk sebelum menghidupkan lampu dan meneruskan kegiatan yang sempat ditinggalnya tadi. Dengan tekun gadis itu mengupas kulit kelapa. Iyus yang baru menikmati hangatnya teh gula batu buatan Ayun, melirik ke arah gadis yang tengah tenggelam dalam pekerjaannya itu. Di dekat kaki sang gadis masih ada lima buah kelapa.

“Itu mau dikupas semua?” tanya Iyus sembari menggeser tubuhnya sedikit.

Ayun menghentikan gerak tangannya. “Iya, tapi nunggu Mbak Renny. Tanganku overwork, nggak kuat, masih marut juga nanti.”

Pemuda itu meletakkan plastik berisi kertas fotokopian yang sedari tadi di jinjingnya di meja sebelum berjalan mendekati Ayun.

“Pinjem itu, aku pecahin sini,” kata Iyus sembari menunjuk bendho, sejenis pisau besar yang tajam, di dekat kaki Ayun.

“Itu tehnya cuma-cuma beneran kok, Mas.”

“Ini juga cuma-cuma kok. Dua sama.”

Ayun tertawa mendengar ucapan Iyus yang seolah menirukan kata-katanya tadi. Setelah itu hanya bunyi pisau dan batok kelapa yang terdnegar. Iyus cukup cekatan memisahkan batok dan daging buah kelapa yang akan diparut untuk di ambil santannya itu.

KALAM MAYA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang