Part 36. Pingal

178 26 4
                                    


Eka, gadis penjahit yang baru saja berencana membuka rukonya itu berlarian ke arah rumah sahabatnya.

"Reeeen! Reenny!!"

Renny yang tengah berbincang dengan sang suami dan Haika, tetangga baru mereka, menoleh. "Kenapa?"

"Ban motorku bocor, aku ... Aku harus anter ini ke gereja. Punya Anton, ketinggalan. Aku telponin nggak bisa. Bisa minta tolong anterin?"

Melihat sahabat istrinya begitu panik, Zulham segera bertindak. "Haikal, kamu yang bawa nih. Yok sekalian nanti pulangnya cari barang yang dibutuhin buat renovasi kamarnya."

Haikal mengacungkan jempol. "Siap, Dok. Yuk cus. Brondongmu siap mengantar," canda Haikal.

Eka tersenyum lega. "Makasih ya."

Keempatnya segera berangkat ke gereja tempat biasa Anthony dan Jonathan kebaktian pagi. Suasana begitu ramai di sana. Agak aneh memang gadis berjilbab berkeliaran di halaman gereja.

"Maaf, Mbak, nyari siapa?"

"Oh, saya mau nyari Anthony Alexander, dia katanya ada acara di gereja pagi ini. Dasinya ketinggalan, Pak."

"Oh, Bang Anton. Mbak tukang jaitnya?" tebak sang sekuriti, Eka tersenyum dan mengangguk.

Haikal menguntit Eka, menemaninya. Matanya terbelalak saat mendapat sesuatu hal. "Mbak ini bukan acara kebaktian, ini ...."

Haikal menunjuk ke salah satu sisi pintu masuk gereja. Jonathan terkejut melihat kedatangan Eka. Ia berlari mendekat. Eka mematung, ia mengamati tulisan yang dibingkai nan cantik bertulis, 'Kami yang berbahagia, CHRISTABELLE & ANTHONY'

Anthony muncul tak lama kemudian. Tubuh Eka gemetar. Inikah jalan takdirnya?

"Sayang ... Aku ... Aku bisa jelasin."

Anthony terbata berbicara. Ia bahkan menitikkan air mata. Betapa tidak, wanita di depannya itu begitu ia cintai.

"Nggak usah jelasin apa-apa. Aku paham kok. Selamat ya. Harusnya kamu bilang kalau bajunya mau kamu pake buat nikah. Biar aku bikinin yang istimewa."

Anthony meraih tangan Eka. "Sayang ... Maaf. Sayang, aku ... Aku nggak bisa nolak lagi. Aku mau nikahin kamu tapi kamu sendiri nggak bisa ikut ke altar sama aku. Aku pun nggak bisa mengucap qobul seperti dalam kepercayaanmu. Aku ... Aku minta maaf."

Eka menangis tetapi dia tersenyum. "Sudah ... Sudah... Ini jalan Tuhan untuk membawa kita kembali. Selamat ya, selamat. Aku yakin kamu pasti bisa jadi suami yang luar biasa buat istrimu."

Wanita cantik bergaun putih yang Eka ingat membuat gaun di tempatnya itu berjalan ke luar. "Darl, ayo."

Anthony menoleh. Christa menyadari keberadaan Eka.

"Loh, Mbak. Mbak ke sini. Darl, ini loh desainer yang jaitin gown ku, bagus kan?"

Eka menghapus air matanya cepat. "Oh, jadi Cici yang nikah sama Mas Anton? Oh ...."

"Iya, kami dijodohin sih, tapi ya gitu karena sama-sama udah dewasa jadi langsung aja nikah. Makasih ya, kok Mbak nangis?"

"A-aku terharu. I'm happy for you. Both of you." Eka berusaha tegar meski hatinya hancur.

"She's my bestie," ucap Anthony pada Christa. Calon istrinya mengangguk. "Oh gitu, pantes terharu. Ih Mbak lucu deh. Karena Mbak temennya Anton, berarti Mbak temenku juga. Aku bakal sering-sering main ke tempat Mbak. Aku baru pindah dari Bandung soalnya. Belum punya temen di sini."

Eka mengangguk. Christa memeluknya, Eka berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Anthony tak bisa menahan diri, ia meraih tangan Eka dan memeluknya.

KALAM MAYA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang