Pagi menjelang, menjanjikan hari baru penuh harapan. Sebagian sudah berburu rejeki sejak tadi. Sebagian baru bersiap menjemput pemberian Illahi Robbi yang tersaji di masing-masing lini sesuai porsi. Semua adil sesuai keperluan. Namun sayang, kepicikan para manusia, membuat mereka berani menggunjing dan memfitnah tuhannya sendiri. Ya, mereka bilang tuhan tidak adil. Astagfirullah, setidak adil apa Allah pada kita?
Hanya karena terlahir berkulit coklat, sebagian manusia berani mengatakan Allah tidak adil. Mereka iri dengan yang berkulit putih. Padahal, nyatanya, semua warna kulit tidak membedakan kasih sayang Allah pada hamba-Nya. Semua dinilai dari tingkat keimanannya, ketaqwaannya, kepatuhannya pada Allah.
Percuma fisiknya sempurna tetapi hatinya lupa. Lupa akan dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan kemana dia kelak setelah mati. Naudzubillah. Semoga semua yang membaca untaian ini tak termasuk dalam golongan manusia fasik, kufur nikmat, dan munafik.
***
“Ayun?”
“Iya, Pak.”
“Ikut saya.” Hanya dua kata membuat Ayun yang tadi tengah menulis narasi untuk novelnya seketika brhenti dan mengikuti sang manager HRD. Ia menaiki lift yang berbeda dengan kebanyakan staff naiki. Tombol lantai lima ditekan oleh pria tersebut. Ayun membenahi letak jilbab, sembari diam-diam mengaca di dinding lift yang memantulkan bayangannya.
Ayun menunggu di luar ruangan saat sang manager HRD masuk ke ruangan CEO perusahaan. Ia dapat mendengar suara dari pria berwajah mirip Haikal yang berkantor di sana.
“Silakan masuk, Pak Abimanyu sendiri yang akan memberikan tugas buat kamu.”
“Baik, Pak. Terima kasih.”
Ayun mencoba berbicara sesopan mungkin. Ia sempat membaca Al Fatihah dan Surah Al Ikhlas tiga kali sebelum mengetuk pintu.
“Ada setan ya di dalem? Ngapain didoain?”
Ayun yang terkejut langsung membalik badan. Ia mendapati pemuda dengan polo shirt putih berdiri di belakangnya. Gagang pintu yang dipegang Ayun menjadi terdorong ke dalam dan membuatnya hampir jatuh. Beruntung Haikal berhasil menahan tubuh Ayun. Namun, pemandangan itu langsung dilihat oleh Abim dan Rauf yang tengah duduk di ruangan termewah di perusahaan konstruksi, Dewangga Kingdom.
“Abyakta Haikal Dewangga! Jangan pernah ganggu staffku atau aku stop uang sakumu.”
“Ups, sorry, Kak. Aku bantuin, enggak gangguin. Ya nggak Ay? Siniin mana jatahku.”
Ayun segera menjauh dari Haikal, ia yang tadi sudah tenang mendadak panik lagi. Bagaimana tidak, dia tengah beradegan tak pantas di depan atasannya di hari pertamanya kerja.
“Ayun, duduk. Sementara, ruang sebelah dekat tangga baru direnovasi. Kamu belum punya meja, kita share ruangan dulu hari ini. Dan, Rauf akan mengajari kamu tentang Purchasing dan segala tetek bengeknya. Nama-nama barang dan jenis-jenis barang yang biasanya diorder juga akan dia beritahukan ke kamu. Tolong pelajari baik-baik. Untuk minggu pertama, kamu harus membuat laporan perhari dan serahkan pada Rauf. Dia mentor sekaligus atasan langsungmu. Sementara ini, dia membawahi banyak divisi. Sembari menunggu pekerja lain yang cocok untuk menduduki kursi yang masih kosong.”
Ayun mengangguk dan mengatakan jika ia paham. Beruntung, Rauf adalah orang yang begitu profesional. Ia juga tak banyak bicara. Seluruh materi yang harus dikuasai oleh Ayun sudah diringkas Rauf dalam beberapa file.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALAM MAYA (TAMAT)
Romance"Terkadang manusia merasa dunia maya begitu indah. Dunia rekayasa manusia. Namun, bukankah meski itu rekayasa manusia, Allah tetap memiliki campur tangan di dalamnya?" Nusayba Qurata'ayun *** "Dunia maya menyatukan kita. Akankah dunia nyata juga be...