Suasana begitu khidmat meski hanya disaksikan oleh keluarga besar dan tetangga satu RT saja. Ijab qobul berlangsung dengan penuh haru. Zulham kini lega, setelah semalaman ia tak bisa tidur karena otaknya mendadak penuh dengan ketakutan yang membuatnya gugup tadi.
"Cieee ... Gimana udah nggak kangen lagi. Kan?" ledek Eka.
Renny melotot, ia tak mau harga dirinya dijatuhkan di depan Zulham.
"Om, selamat ya, buruan cetak adek buat aku. Buat temen ngabisin warisan Eyang." Candaan sang putra membuat Rumi meradang. Ia bahkan tak segan menjewer putranya di depan umum.
"Yusuf Albirru!" geram Rumi. Yang lain tertawa, mereka tahu Iyus bercanda. Namun, Rumi tetap tak suka putranya sembrono meski hanya lewat kata.
Ayun mengabadikan moment itu dalam sebuah tangkapan gambar. Ia terkejut saat tiba-tiba gambar di layarnya berubah menjadi cincin.
"Will you marry me?"
Sebuah kalimat yang diucap Iyus tiba-tiba. Ayun seketika menurunkan ponselnya.
"Mas?"
"Cie ... Baper ya?"
Ayun memutar bola mata jengah. "Nggak lucu," desahnya sembari pergi menjauh.
Ia agak kesal, kenapa Iyus kehilangan karakter akhir-akhir ini. Justru terlihat menyebalkan seperti Haikal. Ayun takut dirinya lama-lama akan tergoda dengan pemuda itu dan tak lagi mampu menepis rasa yang muncul.
Hingga akhir acara, Ayun memilih untuk menjaga jarak dari Iyus.
"Dek."
Ayun diam, pura-pura tak dengar.
"Dek," panggil Iyus lagi.
"Heh, marah?" tanya Iyus.
Ayun menggeleng tanpa mengalihkan mata dari ponselnya. Iyus menyodorkan kotak pada Ayun.
"Nih, jangan ngambek. Happy birthday, Nusayba Qurota'ayun."
Gadis itu melirik Iyus. Ia kemudian melihat tanggal di layar ponselnya. Benar, hari ini ternyata dia ulang tahun.
"Aku ulang tahun ya?" gumamnya. Iyus mendengar perkataan Ayun dan terkekeh.
"Iya. Ini nih kadonya. Maaf iseng tadi. Biar kamu kesel, eh ngambek beneran."
Ayun menerima hadiah itu. "Makasih," ucapnya.
Ketika ia buka, Ayun seketika membelalakkan mata karena itu bukan barang yang murah. "Mas. Aku ... Nggak bisa nerima ini."
"Simpen aja. Buat kenang-kenangan."
N
Ayun menggeleng. "Mas lebih butuh dari pada aku. Simpen buat mas kawin, nikah sama Ning Farhana."Iyus mengembus napas. "Aku maunya sama kamu. Tapi ... Apa boleh buat. Misal nekat nikahin kamu hari ini juga, kita harus LDM karena aku udah apply ke pihak sana. Semua diurus sama temen bapak dan aku tinggal berangkat."
"Mas, udahlah jangan bikin jadi OVT ah. Ikhlasin. Ikhlasin. Usir jauh-jauh pikiranmu itu, Mas. Ini, simpen aja."
Iyus mengembus napas. "Ya udah, kalau kamu nggak mau, gimana kalau sebagai gantinya kamu ikut aku cari baju. Buat besok kita ke party temenmu."
"Mas, nggak usah over. Biasa aja. Nggak dikasih kado pun, aku udah seneng ada yang inget ulang tahunku."
Iyus mengembus napas. "Dek, kapan aku bisa nembus tembokmu? Pertahananmu hmm...."
Ayun tersenyum. "Ya ... Ini usahaku melindungi diri. Aku nggak punya hal lain yang bisa aku jaga selain kehormatanku, Mas. Apa lagi yang bisa aku beri ke suamiku nanti kalau bukan kesucianku? Harta nggak punya, tahta apalagi, nasab keluarga? Malah jadi lelucon nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
KALAM MAYA (TAMAT)
Romance"Terkadang manusia merasa dunia maya begitu indah. Dunia rekayasa manusia. Namun, bukankah meski itu rekayasa manusia, Allah tetap memiliki campur tangan di dalamnya?" Nusayba Qurata'ayun *** "Dunia maya menyatukan kita. Akankah dunia nyata juga be...