Part 44. Final

511 28 3
                                    

Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Tamu yang ditunggu Eka sudah datang. Sementara ia mondar-mandir di kamar. Takut, ia sangat takut. Ayun dan Iyus ikut diundang oleh keluarga Eka, begitu juga dengan Renny dan Zulham.

"Yun, tolong panggilin Eka."

Ayun segera menuruti perintah ibu Eka. Dan betapa kagetnya ia mendapati Eka berdandan dengan tak biasa.
Ayun seketika menahan tawa. Eka yang tadi gugup kini keluar dari kamar.

"Hai, Mas Burhan," sapa Eka dengan tatapan menggoda dan wajah menor berbedak tepung kanji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai, Mas Burhan," sapa Eka dengan tatapan menggoda dan wajah menor berbedak tepung kanji. Ada polesan krayon di pipi dan lipstik merah luar biasa menor.

Pria bernama Burhan itu seketika membelalakkan mata.

"Bu, katanya cantik, kok gini?"

Zulham dan Iyus pun ikut menahan tawa. Renny mengelus perutnya berkali-kali sambil mengucap 'Amit-amit jabang bayi'. Si kecil Kahfi mendadak menangis saat melihat wujud Eka.

"Itu kesurupan mimi peri?" bisik Zulham pada keponakannya. Dua orang itu akhirnya melipir keluar, menenangkan Kahfi.

"Jadi, kapan kita nikah, Mas?" tanya Eka penuh percaya diri.

"Eh, tunggu. Tunggu. Kami ke sini cuma mau nengok kamu kok. Bukan buat ngelamar," potong Burhan.

"Loh, Le. Katamu langsung aja? Katanya udah nggak betah jadi duda? Piye to?" ucap sang ibu bingung. Burhan terus berkilah. Mana mungkin ia menikahi wanita berdandan aneh seperti itu.

Orang tua Eka tak beraksi apapun. Sejujurnya mereka juga agak tak rela jika putrinya menikah dengan duda beranak lima. Hanya saja, orang tua Burhan pernah berjasa pada keluarga Eka, sehingga mereka tak mampu menolak keinginan atas  perjodohan ini.

Burhan terlihat sangat jijik dengan Eka. Sementara sang gadis kini dibawa masuk kembali oleh Ayun. Ketiganya terbahak di kamar Eka.

"Ka, rupamu loh. Ya Allah."

"Anakku sampai takut, Mbak," ucap Ayun sambil terpingkal.

Eka berjalan ala anak-anak yang selalu bilang 'cool beudh', seperti cacing kepanasan.

"Aku udah kira kalau dia pasti bakal ilfil sama aku. Makanya aku kayak gini."

"Penolakan halus, eh pengusiran halus."

Eka duduk di depan dua sahabatnya. Ia menggenggam jemari Ayun dan Renny. "Aku sekarang bahagia, ngeliat kalian bahagia. Meski menurut kalian aku menyedihkan. Tapi, aku nggak seburuk itu loh. Aku bahagia dengan caraku sendiri. Aku harap kalian percaya itu."

Renny mendadak menangis haru. Ayun pun segera memeluk sosok kakak angkatnya.

"Aku pengen liat kamu bahagia juga, Ka. Kamu juga harus bahagia."

Eka tersenyum. "Aku pernah bahagia, aku pernah bahagia sama Anton. Di saat kalian dulu masih berjuang. Sekarang, gantian. Kalian bahagia sama pasangan kalian dan aku bahagia dengan diriku sendiri."

KALAM MAYA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang