Ayun tengah menikmati susu hangat sembari mendengarkan murottal saat terdengar kebisingan di luar. Ia melihat ponselnya beberapa kali. Sang suami belum menghubunginya lagi sejak lima jam lalu. Ia masih menunggu, mungkinkah Iyus kehabisan baterai? Bisa jadi juga dia kelelahan dan belum mengabari.
Ruf, tante Iyus mengetuk pintu kamarnya.
"Yun, Ayun."
"Dalem, Tante. Kenapa?" Ayun membuka pintu, ia mendapati sang mertua tengah dibopong ayah mertuanya.
"Ya Allah, Ibu. Ibu kenapa?"
Ayun mendapati Zulham, Romo Sam, Renny, Haikal, dan Eka datang bersamaan. "Ini kenapa?" tanya Ayun.
Dia tak tahu apa-apa.
"Nduk, nduk, jagain ibu, nggih? Bapak sama Ommu berangkat dulu. Jagain adek kalian. Kandunganmu juga."
Mata Nugrah yang memerah membuat Ayun semakin bingung. "Pak, ini kenapa?" tanya Ayun.
Renny memeluk adik sepupunya sembari menangis. Ayun semakin bingung. Ia memang tak diberi tahu. Tiga jam lalu, Nugrah ditelepon orang tua dari rekan Iyus, mengabarkan jika anak-anaknya mengalami kecelakaan.
"Sing sabar ya, Yun. Suamimu ... Kecelakaan. Untuk lebih jelasnya masih belum tau gimana. Tapi, tiga teman Yusuf ditemukan meninggal di tempat. Posisi mobil ada di bawah jurang. Ada dua mobil dan satu bus yang diseruduk truk trailer, semua masuk ke jurang. Yusuf belum ketemu."
Ayun seketika terkejut. "Innalillahi wa innailahi rojiun."
Tubuhnya lemas, ia tak sadarkan diri. "Ya Allah, lindungilah suamiku."Kepedihan benar-benar dirasakan oleh keluarga Aji Jati. Eka dan Renny di sana, menemani Rumi dan Ayun yang tengah sama-sama mengandung tetapi harus mengalami hal yang tak menyenangkan.
Zulham dan Nugrah serta sepupu mereka Eijaz yang bertugas di kepolisian, segera meninjau lokasi kejadian. Tebing curam di daerah pegunungan itu memang sangat rawan kecelakaan. Sopir trailer sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Ada beberapa korban meninggal dunia. Nugrah tak kuasa menahan perasaannya, betapa mengerikan wujud mobil yang dikendarai sang putra, ringsek tak berwujud. Menurut keterangan tiga penumpang dibagian belakang tewas dengan posisi terjepit sementara pintu depan terbuka, kemungkinan Iyus terlempar keluar karena di sana posisi seatbelt pun terlepas.
Bus yang membawa banyak penumpang terbakar. Setelah terjun, bus tersebut meledak. Dan kemungkinannya para korban yang terlempar keluar tersambar api dari bus yang terbakar.
"Mas, nanti semua akan tetap saya pantau. Kejadiannya sama laporan ke resort terdekat sudah diperkirakan lewat tiga puluh menitan. Di sini kan memang relatif sepi. Jadi agak telat informasinya. Semoga Yusuf diselamatkan warga sekitar. Kita masih terus nyari info." Eijaz mengatakan pada Nugrah.
Zulham menenangkan sang kakak. Nugrah tak kuasa menahan tangis. Apa yang akan ia katakan pada istrinya nanti? Pada menantunya? Terlebih sang menantu tengah mengandung cucunya.
"Sabar, Mas. Aku bakal ngerahin anak buahku di sini."
Nugrah sebenarnya tak ingin mengatakan ini tetapi ia terpaksa mengucapnya. "Andai ... Dia memang sudah dipanggil pulang ... Setidaknya ... Setidaknya, secuil jasadnya ... ada ... agar bisa kami kebumikan dengan layak. Biar anaknya kelak tau, dimana ... Makam ayahnya."
Isak terus terdengar dari pria itu, Zulham ikut menangis. Tak sanggup ia melihat sang kakak berduka.
"Sabar, Mas. Stay positive. Yakin kalau Iyus masih dalam lindungan Allah."
"Iya, siapa tau ada warga lokal yang nolong. Soalnya tadi ada yang kasih kabar kalau beberapa korban selamat dilarikan ke rumah warga dan beberapa yang luka dibawa ke klinik kesehatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
KALAM MAYA (TAMAT)
Romance"Terkadang manusia merasa dunia maya begitu indah. Dunia rekayasa manusia. Namun, bukankah meski itu rekayasa manusia, Allah tetap memiliki campur tangan di dalamnya?" Nusayba Qurata'ayun *** "Dunia maya menyatukan kita. Akankah dunia nyata juga be...