🏰🏰🏰
Kami kini berada di hutan gelap, cukup jauh dari bangunan utama akademi. Target kami adalah semacam gudang - tempatnya jauh lebih dekat dengan laboratorium Menteri Sihir daripada asrama sekolah, dan tidak banyak orang terlihat.
Setelah mendobrak pintu yang berat, kami perlahan masuk. Ruangan itu hampir sebesar ruang tamu mansion Claes. Ada banyak benda kecil dan serpihan yang entah apa Fungsinya bertebaran di seluruh ruangan. Aku berjalan semakin dalam ke ruangan itu sembari menghindari benda kecil dan serpihan itu.
Aku akhirnya berhenti, berdiri di depan sebuah rak buku yang besar. Kami kini ada di tempat terjauh dari pintu masuk. Rak itu sangat besar dan berat - tidak ada seorang pun yang bisa menggesernya. Tapi, aku segera melihat bagian yang sedikit timbul, seperti tombol, dan menggesernya. Seperti yang dijelaskan injun.
Tanpa ragu, aku mendorong tombol itu. Segera saja, rak itu bergeser, dan hampir tanpa suara. Dengan rak yang minggir, kami langsung berhadapan dengan pintu hitam legam.
"Ternyata ada tempat begini!" kata yang lain dengan terkejut. Aku sudah menceritakan pada mereka kalau ruang tersembunyi ini adalah ramalan dari mimpiku. Walau awalnya tidak yakin, kini mereka akhirnya mempercayaiku dan ikut masuk ke bangunan ini. Tapi, sepertinya mereka masih tenang.
Aku mengulurkan tangan dan meletakkannya di ganggang pintu. Aku mengira pintu itu tidak mudah dibuka, tapi aku salah. Dengan sedikit putaran, pintu itu terbuka, dan menunjukkan ruangan kecil seukuran kamar asramaku.
Tanpa ragu, aku masuk ke ruangan itu. Ruangan itu hanya disinari cahaya kecil dari jendela di atap - ruangannya gelap dan pengap. Setelah mataku mulai terbiasa, aku melihat sekeliling. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menemukan sesosok pemuda, duduk sendiri di pojok.
Aku segera mendekat. "Taeyong!!"
"...Nona Jaemin...?"
Pemandangan itu sungguh tidak mengenakkan. Kaki Taeyong dirantai dan tersambung hingga ke dinding. Syukur saja, dia tidak terluka. Walau dia tidak terlihat sehat, tapi matanya melihat langsung padaku, dan suaranya sangat tegar.
"... Taeyong Maaf aku telat..."aku memeluknya erat. Karena, aku memang butuh waktu lama untuk menemukannya.
"...Aku yang harusnya minta maaf... aku sudah merepotkan semuanya..."
Mungkin karena lega, atau karena ia pura-pura tegar. Aku merasa tubuh Taeyong agak dipaksakan.
"Tidak, kau melakukannya untukku kan?"
Taeyong mengangguk, dengan ekspresi bingung. Benar dugaanku; dia sudah merasakan sesuatu setelah insiden itu, dan mencoba membeberkan kebenarannya.
"Terima kasih, Taeyong."
Pipi Taeyong perlahan memerah sebagai responsnya. Aku menghela napas lega. Aku sangat senang Taeyong tidak terluka... tapi aku masih punya satu tugas lagi.
"Katakan... Taeyong. Dia... Sirius Dieke masih disini, kan?"
"...Ya, Nona Jaemin. Dia... ada di belakang pintu hitam itu," kata Taeyong, dengan ekspresi gelap sambil menunjuk pintu. Pintu sangat tersembunyi. Kalau sekali pandang, tidak jauh berbeda dengan dinding di sekitarnya.
"... Apa kau sudah tahu apa yang ketua lakukan padamu, Nona Jaemin?"
"Hmm... kurasa iya. Tapi... masih ada sesuatu yang tidak aku tahu."
Walau aku memang menemukan ruangan ini berkat injun, masih ada pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa ketua melakukan semua ini? Bagaimana ia mendapat Sihir Kegelapan? Apa dia benar-benar bisa membuat akhir yang tragis dan buruk itu? Begitu banyak pertanyaan... dengan sedikit jawaban. Walau begitu...

KAMU SEDANG MEMBACA
My Next Life As A Villainess || HAREM JAEMIN [OG]
FantasyON-GOING |OMEGAVERSE| |BXB| |ROMANCE| |FANTASI| |MATURE| Ingatanku tentang kehidupan masa laluku kembali ketika aku terjatuh dan kepalaku terbentur oleh batu. Aku Jaemin Claes, anak seorang Duke yang berusia delapan tahun. Sementara aku berjuang den...