🏰🏰🏰
Sesudah berkumpul lagi dengan teman sekelasku yang berkeliling pameran, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini kami menuju ke area panggung tempat drama dan penampilan diadakan. Tempat ini mirip dengan gymnasium sekolah di kehidupanku sebelumnya; panggung akan didirikan disini, dan band atau klub drama akan manggung disini juga.
Ya… tapi ini, menurutku malah terlihat seperti teater — sebuah bangunan yang kokoh dan dibangun sangat indah. Winwin menungguku disana… atau seharusnya begitu. Kami tiba saat penampilan baru saja selesai, dan para penonton kini berdesakan keluar. Aku melihat dekat pintu masuk dan keluar, tapi tidak menemukan siapapun.
Hmm? Mungkin sekarang jam istirahat? Aku memutuskan untuk bertanya pada anak kelas satu terdekat.
“Ah, Nona Ascart? Dia ada tamu, kurasa? Kami sedikit… kerepotan, jadi dia pergi ke area belakang panggung…”
Tamu? Kerepotan? Aku hampir tidak mengerti apa yang anak kelas satu itu katakan, tapi kurasa aku harus pergi ke area belakang panggung.
“Ah, Nona Jaemin. Aku senang kau datang…” yang menyapaku adalah omega cantik dengan rambut seperti jalinan sutra dan sepasang mata merah ruby. Teman dekatku di OSIS, dan bungsu dari Count Ascart — winwin Ascart.
Yang berdiri di belakangnya, tidak lain adalah kakaknya, Jeno Ascart… Count Pemikat itu sendiri, dengan rambut dan mata hitam legam. Walau, hanya aku satu-satunya yang menyebutnya begitu. Seperti biasa, pesonanya sedang mekar-mekarnya, luar biasa Count yang satu ini. Segera saja, ia menyadariku.
“Sudah lama tidak bertemu, Jaemin,” katanya dengan senyum yang sama menggodanya yang kalau ia tersenyum matanya berubah menjadi bulan sabit. Karena Jeno selalu kaku dan tanpa ekspresi, senyuman ini memang senjata yang mematikan — dan hanya menambah pesonanya. Selama beberapa tahun ini, kekuatan senyumannya semakin bertambah kuat. Bahkan teman lama Jeno sepertiku tidak bisa menahan untuk tidak malu melihatnya.
“…A-Ah. Iya. Sudah lama tidak bertemu, Tuan Jeno.” gumamku sembari mengeluarkan segala kekebalan terhadap Jeno, dan bisa menjawabnya dengan normal.
Mungkin karena aku sudah lama tidak melihat Jeno, tapi sepertinya ia semakin… berkilauan. Tidak peduli berapa lama aku mengenalnya, sebuah senyuman darinya saja membuat pikiranku benar-benar kosong… tapi hanya itu saja. Lebih penting lagi…
“Kenapa kau bersembunyi di belakang panggung, winwin? Karena kalian berdua disini, bukannya lebih baik kalau kalian berjaga di depan?”
Kalau diingat lagi, Jaehyun bahkan sudah mengatakannya. Anggota OSIS diposisikan di tempat tertentu karena mereka populer dan menarik orang di lokasi itu. Dengan kata lain… anggota OSIS seperti semacam maskot — tidak, sebuah suara untuk menarik perhatian pada murid di area mereka.
Karena sekarang bukan waktu istirahat, sayang sekali kalau mereka bersembunyi seperti ini. Karena, Ascart bersaudara memang sangat indah. Mereka seperti boneka hidup. Terutama Jeno, yang bisa memikat baik omega maupun alpha sekalipun — Count Pemikat dengan pesona yang luar biasa.
Walau Jeno sudah lulus tahun lalu, dan karena itu ia bukan lagi murid Akademi Sihir, dia masih mantan OSIS, dan kurasa ia datang untuk membantu acara ini. Aku bertanya pada winwin, dan dia menjawab dengan ekspresi kebingungan.
“Sebenarnya… aku juga mengira kalau banyak murid akan datang ke acara ini kalau kakak berdiri di pintu masuk… jadi aku memintanya berdiri disana…”

KAMU SEDANG MEMBACA
My Next Life As A Villainess || HAREM JAEMIN [OG]
FantasyON-GOING |OMEGAVERSE| |BXB| |ROMANCE| |FANTASI| |MATURE| Ingatanku tentang kehidupan masa laluku kembali ketika aku terjatuh dan kepalaku terbentur oleh batu. Aku Jaemin Claes, anak seorang Duke yang berusia delapan tahun. Sementara aku berjuang den...