CHAPTER 32

426 77 1
                                    

🏰🏰🏰

Aku, Jeno Ascart, berkunjung ke Akademi Sihir hari ini. Di luar, aku disini untuk bertemu adikku, winwin. Tapi ada seseorang yang ingin kulihat lebih daripada adikku.

Nona Jaemin Claes, anak Duke Claes. Tunangan teman masa kecilku, Jaehyun… dan objek rahasia dari hasratku. Aku tidak pernah berpikir untuk merebutnya dari Jaehyun, dan menjadikannya milikku. Tapi kini, setelah aku lulus dari akademi, ada beberapa, kalau memang ada kesempatan bertemu dengannya langsung. Walau hanya sebentar, dan sesaat… aku ingin melihat senyumnya. Aku sangat ingin… melihatnya.

Setelah tiba di panggung dan bagian penampilan, aku mencari adikku, dan kami segera berdiri dekat pintu masuk. Tapi pemain dramanya, tidak senang karena aku menarik perhatian penonton, dan meminta kami pindah ke tempat lain. Itulah alasan kenapa kini aku ada di area belakang panggung.

Sebenarnya, winwin dan aku sangat senang berada di belakang panggung. Aku menyadari tatapan orang di sekelilingku sejak kecil. Walau begitu… kekuatan tatapan itu entah kenapa semakin kuat akhir-akhir ini. Tatapan mereka seperti miasma. Walau aku melihat balik mereka — mereka segera mengalihkan pandang. Rasanya tidak nyaman.

Dibanding itu… Jaemin akan langsung melihatku dengan mata biru aquanya. Melihat diriku tercermin di matanya, membuatku tenang. Membuatku sangat diberkahi. Aku ingin melihatnya. Jaemin Claes.

Mungkin perasaanku entah bagaimana tercapai. Seperti matahari yang menyilaukan, Jaemin muncul, menyinari kegelapan area belakang panggung dengan senyumnya.

“Ah, Nona Jaemin. Aku senang kau datang…” kata winwin, menyambut Jaemin dengan senang.

Adikku juga sangat menyukai Jaemin. Sejak awal, Jaemin sendiri adalah alasan kenapa ia bisa berjalan dan tersenyum di cahaya, sekali lagi.

“Sudah lama tidak bertemu, Jaemin,” cukup dengan melihatnya. Aku merasa ujung bibirku tersungging dengan alami. Aku senang melihat wajahnya, untuk pertama kali setelah sekian lama.

“…A-Ah. Iya. Sudah lama tidak bertemu, Tuan Jeno.” Ia sama seperti saat pertama kali bertemu dengannya, dengan tatapan apa adanya… aku bisa merasa panas di dadaku.

“Kenapa kau bersembunyi di belakang panggung, winwin? Karena kalian berdua disini, bukannya lebih baik kalau kalian berjaga di depan?”

Winwin menjawab dengan penjelasan pertanggung jawaban keberadaan kami. Ia sepertinya sedih saat menyelesaikan kalimatnya. Sebagai balasannya, Jaemin mengambil sesuatu dari bungkus yang ia bawa, dan menarik makanan dan beberapa oleh-oleh.

Setelah menerimanya, senyum winwin kembali. Aku merasa sangat lega. Karena, sejak awal aku adalah alasan mengapa winwin kehilangan senyumannya. Aku sangat berterima kasih pada Jaemin. Karena sekali lagi, ia sudah mengembalikan senyuman adikku.

“Kalau diingat lagi… Nona Jaemin… kau akhirnya tidak ikut drama OSIS…” kata winwin tiba-tiba, bagai mengingat sesuatu.

Winwin sudah mengirimkan surat beberapa saat lalu yang mengatakan kalau OSIS akan mengadakan drama untuk festival. Kurasa itu maksudnya. Ia tidak menyebutkan pemain drama itu, tapi aku mengira Jaemin akan ikut serta. Sepertinya aku salah.

“Ah,iya. Karena, aku bukan anggota OSIS, dan aku tidak punya kemampuan akting.”

Winwin sepertinya sedih akan pernyataan Jaemin. “Ah… padahal kukira aku bisa melihatmu di panggung, Nona Jaemin…”

My Next Life As A Villainess || HAREM JAEMIN [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang