Chapter 3

2.9K 305 9
                                    

🌼  🌼  🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼  🌼  🌼


Di rumah sakit, Wang Yibo terus memegangi tangan Qiu Ying yang terbaring lemah. Saat ia mendapatkan telepon dari sekretarisnya, Li Bowen, yang mengatakan bahwa orang yang dicarinya sudah ditemukan namun dalam keadaan terluka parah karena kecelakaan. Yibo langsung melesat untuk menemui kekasihnya itu.

Dokter yang menangani Qiu Ying datang dan mendekati Wang Yibo. "Apakah Anda walinya?" Pria itu berdiri lalu mengangguk. "Kondisi organ dalamnya cukup parah karena benturan sehingga mengalami pendarahan hebat, karena ia ditinggalkan untuk waktu yang lama di bawah hujan. Kelumpuhan hati dan limpa juga sudah dimulai. Masalah yang lebih serius adalah bayi di dalam perutnya sudah meninggal, dan itu menekan rahimnya".

Wang Yibo terhenyak seketika. "Bayi, dok? Dia mengandung bayi?"

"Ya. Dan penting untuk mengeluarkan janinnya dengan segera."

"Tolong selamatkan dia. Tolong .... Tolong selamatkan dia, Dokter," Wang Yibo memohon

"Baiklah, kami akan berusaha melakukannya." Dokter berbicara pada suster di sebelahnya. "Kita akan bersiap untuk operasi."

Wang Yibo mencoba berbicara dengan Qiu Ying, "Apa yang terjadi? Apa yang terjadi padamu, Qiu Ying?" Ia menyentuh perut Qiu Ying sambil menangis.

Setelah mengantar Qiu Ying masuk ke ruang operasi, Yibo mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Bowen, selidiki yang terjadi dan beritahu aku semuanya."

***

Yunxi memeriksa bagian bawah mobil dan lega bahwa ia tidak mendapati kerusakan apa pun. Setelah itu, ia masuk ke dalam rumah dan mencuci tangan, lalu tiba-tiba ia mengingat tubuh Qiu Ying yang tergeletak di jalanan. Ia menjadi gugup karena tidak percaya akan apa yang telah ia lakukan pada korban tersebut. 

Sementara itu, di rumah Xiao Zhan. Pemuda itu tengah belajar membuat roti dengan ayahnya sambil tersenyum.

"Apa kau tidak bisa membungkam senyummu itu barang sebentar saja?" goda ayahnya. "Jangan sampai air liurmu jatuh ke dalam adonan."

"Ayah, aku tahu apa yang sedang kulakukan," protes Xiao Zhan.

"Apa memangnya yang sedang kau lakukan sekarang? Kau hanya mengaduk adonan itu sambil melamun. Sini biar Ayah yang mengaduknya." Tuan Xiao mengambil alih adonan itu dari putranya.

"Kalau Ayah terus mengomeli nanti kau akan menyesalinya saat aku menikah nanti," gerutu Xiao Zhan.

"Kau bajingan kecil." Ayah dan anak itu pun saling tertawa.

***

Keesokan harinya di rumah Luo Yunxi.

Sambil makan, Yunxi terus mendengar ibunya yang berceloteh soal membuka kantor hukum sendiri pada ayahnya dan soal menghasilkan uang lebih banyak hingga membuat ayahnya marah dan memukul meja.

SECRET [Editing] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang