Chapter 15 : Two Blonde

205 98 112
                                    

Chapter sebelumnya...

"Apa yang kau inginkan? Aku tak mau berhutang budi padamu, Shikamaru Nara."
.
.
Chapter 15. Two Blonde.
.
.
Mau tak mau, suara itu membuat Shikamaru menyingkirkan lengannya dari wajah, lalu melirik ke samping, ke arah sumber suara, guna melihat siapa yang berbicara. Mata sipit itu melihat laki-laki bersurai cokelat berantakan dengan tato segitiga di pipi, berdiri di sampingnya. Matanya menatap ke depan. Melihat lautan dari kejauhan.

Shikamaru lantas merubah posisi berbaringnya menjadi duduk. "Aku tak mengharapkan imbalan apa pun. Lagi pula, yang kulakukan bukanlah apa-apa, karena aku tahu jika kau bisa mengalahkan mereka seorang diri. Bukan begitu, Kiba Shimura?" Kiba mendengkus.

Merasa jika pembicaraan sudah selesai, Kiba hendak melangkah pergi. Namun, suara pemuda bermarga Nara itu menghentikannya. "Shimura-san, boleh aku bertanya satu hal padamu?"

Tak mendengar jawaban, tetapi melihat pemuda bersurai cokelat itu tak beranjak pergi, membuat Shikamaru mengartikannya sebagai izin bertanya. Lalu, pemuda dengan gaya rambut menyerupai buah nanas itu berdiri seraya bertanya. "Bagaimana jika kubilang, aku ingin menjadi temanmu, Shimura-san?"

Sontak ucapan Shikamaru membuat Kiba menatapnya lalu mendengkus. Iris vertikalnya menatap laki-laki di hadapannya. Orang yang juga satu sekolah dengannya. Orang yang berteriak memanggil guru, seolah memang ada guru di sana, ketika ia berkelahi di hari pertama kakaknya pulang.

Ia ingat. Saat ia sedang berkelahi, terdengar suara seseorang yang memanggil guru dengan nada tinggi dari luar. Seolah ia terburu-buru memanggil dan menciptakan suasana yang seolah memang ada guru di sana.

Hal itu membuat perkelahiannya terhenti. Salah satu murid yang menjadi lawannya langsung keluar melihat situasi. Siswa itu melihat murid yang berjalan terburu, seolah sedang mengejar guru sungguhan. Memberitahu teman-temannya jika mungkin ada guru di sekitar sini, dan itu membuat mereka semua segera pergi. Meninggalkan Kiba seorang diri.

Kiba keluar, berdiri di koridor, menatap ke bawah. Dari lantai atas, matanya melihat seseorang murid yang bersembunyi dibalik pilar. Menunggu para murid yang berkelahi dengannya tadi pergi lebih dulu. Murid yang bersembunyi itu adalah orang yang kini menjadi lawan bicaranya, Shikamaru Nara.

"Kenapa kau ingin menjadi temanku?" tanya Kiba. "Apa kau merasa bosan dengan lingkaran pertemanan high class, jadi kau ingin mencari suasana baru?" lanjutnya dengan nada sinis.

"Bagiku pertemanan tidaklah seperti makanan yang bisa membuat bosan, Shimura-san," ujar Shikamaru santai.

"Aku tak memintamu memberi jawaban sekarang, tetapi mungkin kau bisa mempertimbangkannya," lanjutnya kemudian, dengan netra sipitnya yang memandang lautan.

"Lagi pula, kau tidak terlihat cukup miskin untuk mengucapkan kalimat itu," ujar Shikamaru santai. Kiba menanggapi dengan decihan.

Tak lama, suara Kiba terdengar. "Aku yakin kau menyadari bagaimana citraku dan citramu di sekolah," ucap Kiba, dengan mata yang kembali menatap hamparan air asin.

"Jadi beritahu aku, alasan apa yang membuatmu berpikir kalau aku dan dirimu bisa menjalin ikatan pertemanan, Shikamaru Nara?" tanya Kiba dengan melirik sesaat pada Shikamaru di sampingnya.

Senyum tipis tersungging di bibir Shikamaru. 'Menarik.'

"Apa ini alasan kenapa kau tidak mempunyai teman, Shimura-san?" Kiba sontak menoleh dan menatap tajam sisi samping wajah Shikamaru.

"Tidak ada orang yang mempunyai alasan yang memenuhi kriteriamu untuk bisa kau jadikan teman, begitu?" lanjut Shikamaru dengan tenang.

Kiba merogoh saku celananya, mengambil sesuatu. Kemudian, ia melemparnya pelan ke atas kursi yang tadi menjadi tempat Shikamaru berbaring santai. Lemparan pelan Kiba menimbulkan bunyi khas benturan benda itu dengan kursi kayu.

My Family (NaruSaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang