Sebelumnya....
"Hah, baiklah. Sudah kupakai Nee-san." Jawab Kiba setelah ia selesai memakainya. Lalu melanjutkan langkahnya.
Saudara-saudaranya tertawa geli melihat tingkah kiba. Kakak pertama mereka memang yang terbaik.
.
.
Chapter 3 : Mommy.
.
.
.
Lima orang ibu di ruang makan itu tertawa kecil saat melihat bagaimana patuhnya Kiba pada Sakura, ah tidak, bukan hanya Kiba tetapi semua adik-adiknya sangat patuh pada Sakura dan mereka juga menyayanginya, sangat menyayanginya. Kelima wanita itu juga merasa bahwa anak-anak mereka lebih dekat dengan Sakura dibanding mereka, ibu kandungnya.Sejak kecil keenam remaja itu lebih banyak menghabiskan waktu bersama Sakura dibanding mereka, ibunya. Dan mungkin itu menjadi salah satu alasan kedekatan mereka. Meskipun begitu, mereka berlima tak mempermasalahkan hal itu, mereka justru senang dengan kedekatan Sakura dan adik-adiknya, mereka senang Sakura menerima anak-anaknya dan bahkan sangat menyayangi mereka, itu terlihat dari bagaimana sikapnya dan cara Sakura memperlakukan putra-putri mereka. Ah, dan anak-anak mereka jugalah yang menjadi penghubung antara mereka dan Sakura.
Mereka juga tahu bahwa Sakura bisa menjadi sangat tegas dan juga bisa sangat memanjakan anak-anak mereka, begitu juga dengan keenam anak mereka. Keenam remaja itu bisa menjadi sangat patuh dan juga bisa bersikap sangat manja pada Sakura. Karena itulah mereka tak khawatir dengan kedekatannya dan putra putri mereka. Lagipula Sakura gadis yang baik dan cerdas itulah yang membuat mereka yakin bahwa tak akan ada akibat buruk dari kedekatan mereka.
Seorang ibu tahu saat anak mereka merasa nyaman atau tidak saat bersama seseorang dan mereka melihat juga merasa bahwa putra putri mereka merasa senang dan nyaman saat berada di dekat Sakura.
Bahkan saat beberapa bulan ini Sakura tidak pulang karena kesibukannya, putra putri mereka sudah sangat merindukannya. Meski beberapa dari mereka tidak menunjukannya secara langsung, mereka tahu bahwa anak-anaknya merindukan Sakura, kakaknya. Perlu diingat bahwa Sakura hanya tidak pulang selama kurang dari enam bulan dan mereka sudah sangat merindukannya, itu memperjelas bahwa mereka memanglah sangat dekat.
"Mereka sangat mematuhimu, Sakura-chan," ujar Hikari dengan senyum di bibirnya.
Lalu Tayuya menambahkan. "Mereka juga sangat merindukanmu."
"Ide berkemah juga sangat bagus. Kita akan pergi bersama lalu bersenang-senang disana, apalagi kau sudah beberapa bulan ini tidak pulang, Sakura-chan. Ah! Pasti akan menyenangkan." Ayame ikut bersuara dengan semangat.
Sakura diam.
Tangannya kembali bermain-main dengan buah apel merah lagi.
Pandangannya fokus pada apel merah di tangannya, seakan buah itu adalah sesuatu yang sangat menarik.
Mata Hikari dan yang lainnya berubah sendu dan senyum senang mereka berubah menjadi senyum sedih saat melihat Sakura hanya diam dan tidak merespon.
Bahkan saat sarapan tadi mereka bukannya tidak menyadari jika Sakura tidak berbicara pada mereka satu patah katapun. Mereka menyadari hal itu, sangat menyadari. Tetapi mereka berpura-pura tidak menyadarinya. Lagipula pagi ini adalah pertemuan pertama Sakura dan adik-adiknya setelah ia pulang semalam. Mereka tak mungkin merusaknya dengan mempermasalahkan hal itu, jikalau bukan pertemuan pertama sekalipun mereka juga akan tetap berpura-pura tidak menyadarinya. Karena mereka tahu berada di posisi Sakura itu sulit.
Sreekkk!!.
Suara kursi yang bergeser.Sakura tiba-tiba bangun dari kursinya, membuat kursi itu bergeser dan menimbulkan suara. Ia berdiri dengan sebelah tangan membawa piring kotornya dan tangan yang lainnya menggenggam apel merah. Berniat membawa piring itu ke wastafel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family (NaruSaku)
Fanfic⚠KBBI, PUEBI, EYD kacau! ⚠Revisi setelah tamat! Seorang gadis yatim piatu yang berasal dari sebuah Panti Asuhan. Kemudian sepasang suami istri datang lalu menjadi orangtuanya dan hidup bahagia. Namun, itu tak bertahan lama, karena tiga tahun kemudia...