Chapter 1 : My Memory

1.4K 293 182
                                    

Chapter 1 : My Memory
.
.
.
.
.

Angin malam yang berhembus cukup kencang, menjadi pelengkap bagi suasana langit mendung dengan tidak terlihatnya matahari malam, serta bintang-bintang langit yang biasanya menyertainya.

Surai lembut berwarna merah muda seorang gadis terayun-ayun akibat ulah dari angin malam yang datang menerpa. Gadis dengan balutan sweater merah muda yang senada dengan warna rambutnya itu berdiri di balkon kamarnya, seraya kedua lengannya bersandar pada tembok pembatas dengan jari jemari yang memegang sebuah cangkir berisi hot chocolate dengan cukup erat. Berharap mendapat kehangatan dari cangkir di tangannya.

'Akan hujan'

Batinnya. Saat kepala bersurai merah mudanya menengadah ke atas sesaat, guna melihat suramnya langit malam.

Beberapa menit berlalu-

-Dan ia masih betah berada di posisi yang sama.

Whusss...

Angin malam lagi-lagi berhembus, tapi kali ini berbeda, karena diiringi dengan tetesan air yang jatuh dari langit. Jika kita menganggap suasana suram dan langit yang mendung seakan menggambarkan seseorang yang sedang dalam suasana hati yang buruk dan diselimuti oleh kesedihan, maka kita bisa menganggap air hujan yang turun sebagai air mata yang tidak bisa lagi dibendung.

Pluk!

Setetes air jatuh tepat ke dalam cangkir yang masih memiliki isi di dalamnya. Membuat gadis itu menunduk sekilas untuk melihat gelombang yang tercipta. Ia lalu menengadahkan wajahnya ke atas, yang membuatnya mendapat hadiah dari langit berupa tetesan air, tentu saja.

Setelah beberapa detik kemudian, ia menurunkan kepalanya lalu berbalik dan berjalan menuju kamar. Saat akan menggeser pintu kaca balkon, tangan kirinya sedang membawa cangkir, kemudian ia mengangkat tangan kanan untuk mengusap wajahnya yang basah karena air hujan, karena akibat dari ia mendongakkan kepala, lebih tepatnya.

Setelah mengunci pintu kaca balkonnya lalu menutup gorden putih tipis dan di akhiri dengan menutup gorden tebal berwarna abu-abu muda, ia kemudian beranjak mendekati tempat tidurnya.

Saat akan meletakkan cangkirnya ke meja di samping tempat tidurnya, netra berwarna hijau emerald itu terpaku pada sebingkai foto kecil tepat disamping miniatur jam big ben, bangunan menara jam yang menjadi ikon kota London, Inggris. Benda itu adalah hadiah ulang tahun yang ia minta dari ibunya ketika berusia 8 tahun.

Tangan kanannya terulur menjangkau foto, memegangnya lalu ia dekatkan pada indra penglihatannya.

Terdapat tiga orang dalam foto itu, dua perempuan dan satu lelaki. Foto ia dan kedua orangtuanya, orangtua yang mengadopsinya lebih tepatnya.
Matanya terpaku pada sosok lelaki satu-satunya di foto itu kemudian iris emerald-nya menajam dan perlahan salah satu sudut bibirnya terangkat, menciptakan senyum sinis meremehkan di bibir tipisnya.

"Heh, sungguh sangat setia," ujarnya dengan suara rendah dan nada sinis yang tak berusaha ia sembunyikan.

Merasa sudah cukup melihat, gadis merah muda itu sedikit membungkuk untuk meletakkan foto itu ke tempat semula tetapi gerakannya terhenti, seakan ragu. Kemudian tangan kirinya meletakkan gelas cangkir yang sedari tadi masih tergenggam nyaman di tangan kirinya ke atas meja lalu ia membuka laci pertama meja mungil itu. Saat tangan kirinya akan membuka laci meja, netra emerald itu kembali melihat foto di tangan kanannya lalu, tangannya terulur untuk meletakan foto itu ke dalam laci.

Tepat saat akan memasukan foto itu ke dalam laci, matanya melihat sebuah kotak kecil berbahan kayu yang dicat berwarna putih dengan ukiran bunga mawar di atasnya sebagai hiasan. Membuat kotak itu terlihat indah dan elegan.

My Family (NaruSaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang