7

2.7K 279 18
                                    

                                 
                             

"bi, aku cari kamu ternyata disini. Keperluan kamu untuk dua hari udah aku siapin ya." Chika mendudukan dirinya di sebelah bian.

Mereka sedang duduk di kursi coklat panjang di halaman belakang rumah mereka. Arah duduk mereka menghadap ke taman bunga yang sedang bermekaran. Dan bisa melihat tepat ke halaman rumah di samping rumah mereka. Yaitu rumah Ara.

"Makasih sayang." ucap bian sambil mencium pipi kiri Chika. Chika hanya tersenyum manis menanggapi.

Chika memang sengaja pergi ke halaman belakang untuk membaca buku yang baru dia beli online siang ini, sekalian mencari bian juga yang tiba-tiba menghilang tadi. Tempat favorit Chika bukan di kursi panjang itu, Tapi bean bag besar di sebelahnya. Tempat favoritnya untuk sekedar melamun atau membaca buku sendiri jika sedang di tinggal bian kerja.

Setelah menikah dengan bian, Chika tidak di perbolehkan bian untuk bekerja dulu. Padahal Chika sudah lulus apotekernya di universitas yang sama pada saat kuliah S2 nya dulu. Bukan tidak membolehkan, tapi menunda sebentar agar Chika bisa beristirahat dahulu.

Bian tahu betapa ambisiusnya Chika ketika kuliah dulu. Keseharian Chika hanya belajar dan belajar. Bahkan kadang bian merasa cemburu dengan buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah yang setiap hari Chika baca dan mengabaikannya. Tapi ya begitulah Chika, sedikit keras kepala. Chika sempat menolak karna tidak mau merasa bosan di rumah bian jika tidak bekerja. tapi bian adalah suaminya, Chika tidak boleh membantah. Lagipula tidak ada salahnya juga istirahat sebentar sebelum di sibukan dengan pekerjaannya.

"Kamu ngapain disini?." tanya Chika

"Noh, liatin anak bodoh lagi sibuk kerja. Udah dari pagi dia betah disana." tunjuk bian dengan dagunya mengarah ke halaman rumah sebelah. Pandangan Chika mengikuti arah yang di maksud bian. Disana terlihat Ara sedang duduk di gazebo dengan kaki menyila di bawah meja, tangannya sedang lihai menari di atas laptopnya nya.

"Aku heran, cewek bodoh mana yang udah tega ninggalin orang sebaik Ara, yang udah mati-matian berusaha buat bahagiain dia."

Deg...

Chika merasa tertampar dengan ucapan bian. Jika bian tahu bahwa cewek bodoh itu adalah Chika. Bagaimana reaksi bian menanggapinya. Chika hanya diam mendengar pernyataan bian tanpa berniat untuk menjawab.

"Ara itu baik banget Chik, anak yang pengertian dan nurut. Tapi kerasnya hidup yang dia alami membuat dia juga ikut keras kepalanya." bian terkekeh fikirannya menerawang tentang Ara. Chika ikut membenarkan ucapan bian dalam hati.

"Aku banyak hutang sama dia." lanjut bian membuat Chika menoleh pada bian bingung.

"Kamu? Kok bisa? Bukannya uang mu banyak?." Tanya Chika polos yang membuat bian tertawa pelan sebentar.

"Bukan hutang uang sayang, tapi hutang pengalaman hidup. Kamu tau Chik? Bahkan Ara yang dari awal bantuin aku buat dapetin kamu." Chika sontak membulatkan matanya.

Ara?. Mana mungkin?. Kenapa bisa Ara yang bahkan membantu saudaranya sendiri untuk mendekati orang yang dia cinta. Ini gila. Ara memang gila. Oke, Chika cukup tercengang kemarin ketika tahu bahwa Ara mengetahui mereka tunangan tahun lalu. Tapi Ara bahkan membantu bian mendekati Chika? Astagaaa.

"Makanya aku dukung dia banget pas dia berusaha di jogja meniti karirnya dari nol demi orang yang dia cinta. Dan aku berharap dia juga bisa dapetin pasangan yang dia cintai layaknya aku yang dapetin kamu." lanjut bian menoel ujung hidung Chika. Membuat Chika sedikit tersentak. Bian hanya terkekeh melihatnya.

DEARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang