18

2.7K 280 50
                                    

Sesuai rencana liburan Chika dan bian, mereka ingin pergi ke penangkaran rusa di ranca Upas. Tidak hanya mereka. Ara dan Renata juga ikut. Awal nya Ara tidak mau. Tapi karna bian memaksanya jadi  mau tidak mau ya ara ikut.

Chika dan key sangat senang sekali melihat rusa, bermain, memberi makan dan berfoto dengan rusa ditemani renata. Key juga terlihat tidak takut sama sekali. Dia malah terus-terusan ingin memberi makan rusa.

Ara dan bian duduk di bawah pohon memandangi 2 wanita dewasa dan 1 anak kecil itu sedang bermain.

"Gua benci punya adek kaya Lo de." Ara yang mendengarnya langsung kaget dan tentu saja hatinya sakit.
Maksudnya apa?. Apa karena kesalahannya dulu jadi bian masih membencinya?. Kalau iya, kenapa bian mau tinggal di tempatnya saat ini.

Ara hanya bisa menundukan wajahnya. Tidak berani bertanya apalagi menatap bian.

"Gua benci punya adek bodoh kaya lo de." Ucap bian lagi. matanya masih menatap lurus pada 3 wanita yang sedang bermain itu. Sedangkan Ara masih menundukan wajahnya.

"M-Maksud Lo apa bang?." Ucap Ara mulai berani bertanya.

"Kenapa Lo gak bilang dari awal kalau Chika itu cewek yang mau lu nikahin dulu." Ara terkejut mendengar ucapan bian. Tentu saja. Darimana bian tahu. Apakah Chika memberitahunya.

"Lo, u-udah tau bang?." Bian mengangguk. 

"Kalau Lo bilang dari awal, gua gabakalan deketin Chika de. Kenapa sih harus bohongin gua, bohongin Chika, bohongin papa, dan paling parah nya Lo udah bohongin diri Lo sendiri. Terus kejadiannya udah kaya gini, jadi salah gua?. Akhirnya gua cinta dan nikah sama dia juga salah gua?. Terus Salah juga kalau gua hampir benci lu karna lu khianatin Gua? Iya?." Ujar bian lirih.

"Maaf bang." Ucap Ara menunduk.

"Gua tau lu gamau nyakitin gua. Tapi jangan jadi bodoh dengan menyakiti diri lo sendiri de. Gua berasa jahat banget sama Lo. Padahal gua gak tau apa-apa sama masa lalu kalian berdua." Bian Menghembuskan nafasnya berat.

"Emang gua yang salah, gua yang pengecut. Dari awal gua gapernah jujur sama Lo dan juga chika. Gua juga gatau apa yang gua lakuin ini semua benar atau salah. Gua sayang sama Lo, tapi gua juga cinta sama Chika. Gua gamau nutupin apapun dari Lo lagi. Gua masih sangat mencintai Chika bang."

Bian termenung. Sakit hatinya mendengar penuturan Ara bahwa adiknya itu masih sangat mencintai istrinya. Lalu sekarang ia harus bagaimana?. Mempertahankan atau harus merelakan. Apalagi sekarang sudah ada key, anaknya. Posisinya semakin rumit.

"Maafin gua ya de. Udah sempet ngusir lu. Maaf gua gak denger penjelasan lu dulu. Gua nyesel de. Selama 2 tahun harusnya kita udah lewatin banyak hal bareng de. Tapi malah kaya gini."

"Udah gua maafin dari dulu bang. Gua pergi juga karna gua salah kok. Gua udah khianatin lu. Walaupun gua cinta sama Chika gak seharusnya gua main di belakang lu. Huh,, adek macam apa gua ini." ucap Ara tersenyum kecut.

Bian tidak menjawab, dia hanya menatap ara lekat. Di otaknya banyak sekali gemuruh segala kemungkinan-kemungkinan yang ada. Bian sangat mencintai Chika dan sekarang dia Sudah memiliki key. Tidak mungkin ia melepaskan Chika begitu saja. Tapi di sisi lain ia juga tidak mau menyakiti Ara. Pikirannya sungguh rumit.

Bian merangkul bahu Ara dengan tangan kiri nya.
"Pulang ya de. Gua kangen banget sama Lo. Jangan pergi lagi."

Ara menggelengkan kepalanya.
"Gabisa bang, gua udah nyaman disini. Gua gamau bikin Lo sama papa kecewa lagi sama gua. Dan...." Ara menggantungkan kalimatnya.

Dan?..." Ucapan bian penasaran.

Dan tentunya gua gak sanggup liat Lo dan Chika yang sudah bahagia memiliki key. Lanjutnya dalam hati.

DEARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang