Esoknya, setelah sholat subuh Ara kembali tidur. Chika tidur masih dengan posisi kalem nan cantiknya. sedangkan Ara, dia tidur memeluk guling dengan mulut yang sedikit terbuka. Tapi acara tidur mereka terganggu karna ketukan pintu yang tidak henti dari tadi. Ara kesal, ia melempar guling nya asal kemudian memeluk Chika. Ia tenggelamkan wajahnya di bawah ketiak Chika agar suara ketukan pintu sedikit tidak terdengar. Tapi percuma, ketukannya malah semakin mengeras, Ara tak henti-hentinya mengeluarkan sumpah serapahnya.
Ara memang tidak pernah memiliki art baik rumah yang di Jogja maupun yang di jakarta. Ara selalu risih jika ada orang asing berlalu lalang dirumahnya. Untuk makan ara selalu pesan online atau masak seadanya. Dan untuk membersihkan rumah diapun memanggil petugas kebersihan di aplikasi online seminggu sekali atau seminggu 2 kali.
Ara cukup pandai mengurus dirinya sendiri, karna sudah terbiasa semenjak keluarganya meninggal. karna hanya tinggal seorang diri jadi rumahnya pun tidak terlalu kotor sehingga tidak perlu di bersihkan setiap hari. dan alasan Ara kesal ya karna tidak ada yang membukakan pintu utama, jadi mau tidak mau dia sendiri yang harus keluar menghentikan ketukan yang sangat mengganggu ketenangan jiwa Ara.
"Jam berapa Chik?." Tanya Ara kesal masih dalam pelukan Chika.
"Setengah tujuh sayang." jawab Chika melihat jam di dinding.
"Tuh kan si anak Dajjal emang ganggu Mulu dari kemaren. Astagaaa......kesel banget aku yang." Chika hanya terkekeh melihat Ara kesal. Dan menutup kedua telinganya dengan bantal yang di tekuk.
"Yaudah bangun yuk..kita siap-siap." ucap Chika sambil mencium pipi Ara lalu bangkit keluar kamar untuk membukakan pintu.
Rumahnya hanya ada satu lantai dengan 3 kamar. 1 kamar utama yang menjadi kamar Ara, 1 kamar tamu yang biasa di pakai Mira asistennya jika sedang menginap dan satu lagi Ara fungsi alihkan sebagai ruang kerjanya. Tidak terlalu luas, namun juga tidak sempit. Cukup untuk menampung beberapa orang disana. Ara membeli rumah ini setahun setelah ia tinggal di Jogja. Sebelumnya ia tinggal di kosan kumuh di belakang kampusnya, dan jaraknya juga lumayan jauh karna Ara memilih kosan yang murah.
Pratama maupun bian selalu menawarkan diri untuk membantu Ara. namun dengan sangat keras Ara menolak. Sesuai perjanjian mereka dulu hanya membantu biaya kuliah S1 nya saja. Lagipula, Ara juga mendapat uang saku yang lumayan cukup untuk kebutuhannya sehari-hari dari beasiswa kampusnya.
Jam 9 pagi mereka,__Ara, Chika dan Reva sudah pergi untuk jalan-jalan ketempat rekomendasi Reva. Ara sebenarnya malas keluar hari ini. Dia hanya ingin tidur seharian dirumah apalagi jika di temani Chika, rasanya ia hanya ingin tidur seharian sambil memeluk chika.
Pekerjaannya kemarin benar-benar sangat melelahkan. Berangkat pagi dan pulang larut malam selama 3 hari berturut-turut. Mira masih harus bulak balik mengurus kekasihnya yang masih sakit di rawat di rumah sakit. Jadi sebagian pekerjaan di handle oleh Ara dan di bantu karyawannya yang lain.
Tapi Ara tidak bisa menolak permintaan Chika untuk jalan-jalan hari ini. Bisa di lihat Chika sangat menikmati hari ini sambil bergosip ria bersama Reva. Ara bingung dari di perjalanan sampai ke destinasi yang kesekian mereka masih saja asik berdua bergosip ria. Dari tetangga Reva yang hamil di luar nikah, sampai ke artis dangdut yang juga viral di gadang hamil sebelum nikah.
Seakan melupakan Ara yang sedari tadi mengikuti di belakang mereka. Mereka terlihat tidak mempedulikan Ara dan masih saja bergunjing ria sambil saling merangkul. Mereka Menoleh dan ingat kepada Ara jika sedang ingin jajan dan makan saja. Setelahnya mereka asik berdua dan melupakan Ara lagi. Ara sangat jengah melihat kelakuan dua insan cantik di depannya ini. Bukan seperti memiliki 2 istri. Tapi Ara seperti sedang mengasuh 2 anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEARA (END)
Подростковая литератураSenang bisa mengenalmu, mencintaimu dan dicintai olehmu. Perasaan itu sangat hebat. Terimakasih banyak. "Cara bodoh mana yang memperjuangkan dengan cara pergi?." "Aku bisa apa Chika."