Hembusan dingin angin malam sedikit menusuk menembus kulit. Dengan di temani kopi yang sudah sedikit menghangat di masing-masing gelas si pemilik. Pemandangan langit malam yang menampilkan bintang yang mungkin masih bisa di hitung. Dua orang yang sedang duduk di teras rumah, masih diam dengan fikiran masing-masing.
Ara dan Pradipta masih enggan untuk memulai pembicaraan. Entah siapa yang akan mengalah dan memulai terlebih dulu menghentikan keheningan. Mereka masih menyusun kata demi kata untuk di sampaikan. Suasana nya hening, tapi fikiran mereka riuh berkecamuk dengan berbagai teori-teori dan kejadian yang terjadi.
Setelah acara makan malam yang hangat tadi. Pradipta meminta izin untuk berbicara empat mata bersama Ara dengan alasan bisnis. Ara mengajak Pradipta ke rumah nya yang hanya beberapa langkah dari rumah Pratama. Disini lah mereka sekarang, di teras rumah Ara.
Keadaan ini seperti Dejavu bagi Ara dan Pradipta. Kejadian dimana Ara dulu mengakui hubungannya dengan Chika. Meminta izin dan meminta kesempatan kepada Pradipta agar pantas bersanding dengan Chika.
Dengan berbekal kesempatan yang diberikan Pradipta, Ara pergi dengan syarat harus kembali dengan keadaan yang jauh lebih pantas untuk memiliki Chika. Ara benar-benar membuktikan ucapannya. Dia kembali, keadaannya jauh lebih pantas dari ekspektasinya maupun ekspektasi pradipta. Tapi sayang, Chika sudah di miliki orang lain. Dimiliki oleh Orang yang tidak mungkin Ara sakiti hatinya. Bisa saja Ara egois dan merebut Chika kembali. Tapi Ara masih memiliki akal sehat yang cukup baik untuk tidak melakukan hal di luar nalar.
Jika Pratama menganggap Ara adalah anaknya setelah orang tuanya meninggal. Ara bisa saja menggunakan kekuasaan dan kekayaan Pratama untuk mendapatkan Chika jika syarat dari Pradipta kala itu adalah materi yang cukup untuk masa depan chika. karna setahu pradipta Ara hidup miskin dan sebatang kara.
Semakin saja Pradipta di buat kagum oleh keteguhan Ara untuk berjuang keras demi putrinya dan kesederhanaan Ara untuk tidak membebani siapapun atas hidupnya.
"Bagaimana kabarmu Deara?." Tanya Pradipta yang akhirnya memecahkan keheningan.
"Sangat baik om Pradipta." pradipta hanya mengangguk.
"Kamu benar-benar menepati janjimu deara." Ara hanya tersenyum.
"Saya tidak pernah mengingkari janji yang sudah saya buat om"
"Jadi,,, PT. DE pharmaceutical industries dan PT. DE Food industries?" Tanya Pradipta.
Ara hanya tersenyum mengangguk.
"Wow, saya amat terkesan dengan pencapaian kamu."
PT. DE pharmaceutical industries dan PT. DE food industries. Perusahaan di bawah naungan Ara. Perusahaan yang hampir bangkrut kemudiaan di akuisisi oleh Ara. Berkat kerja kerasnya dan manajemen nya. Akhirnya perusahaan tersebut bangkit kembali dan kembali menarik minat pasar. Bahkan berkembang jauh lebih pesat dari perkiraannya. Bukan perusahaan besar. Tapi dengan bangkitnya perusahaan yang hampir bangkrut cukup menarik perhatian pasar dengan produk lokal yang berkualitas.
PT. DE pharmaceutical industries merupakan perusahaan besar farmasi. kantor pusatnya berada di Jakarta. Perusahaan Di bidang obat-obatan dan alat kesehatan. Namanya sudah tidak asing di bidang kesehatan termasuk pradipta sebagai direktur suatu rumah sakit besar di Jakarta.
Sedangkan PT DE food industries kantor pusatnya berada di Jogja. Perusahaan pertama yang Ara rintis. Perusahan di bidang makanan dan pangan. Yang awalnya hanya pabrik kecil kemudian merambat menjadi perusahaan makanan. Ada juga beberapa kedai dan caffe yang berada di Jogja dan Jakarta yang merupakan cabang dari perusahaan makanannya. Yang tentunya Dengan makanan dan bahan makanan yang di drop dari perusahaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEARA (END)
Teen FictionSenang bisa mengenalmu, mencintaimu dan dicintai olehmu. Perasaan itu sangat hebat. Terimakasih banyak. "Cara bodoh mana yang memperjuangkan dengan cara pergi?." "Aku bisa apa Chika."