16

2.7K 275 27
                                    

Di lain tempat, di pagi menjelang siang. Dengan suasana yang masih terasa dingin walaupun matahari sudah menampakan dirinya hampir sempurna. Kopi latte nya masih ngebul tanda masih panas. Seorang masih sibuk berkutat dengan MacBook nya. berkutat indah, sinkron antara jari dan otaknya.

Dia duduk menyila di Bean bag besar dengan MacBook di pangkuannya. Arah pandangnya nya menghadap langsung pada jendela kamar yang memperlihatkan Halaman belakang dengan pemandangan danau kecil dan beberapa kilometer dari danau terlihat hamparan kebun teh yang sangat luas.

Keberadaannya sedikit sulit di jangkau, di sebuah tempat yang di kelilingi dengan kebun teh dan pohon-pohon khas dataran tinggi. Tidak terlalu terpencil, masih ada beberapa villa di sekitarnya, tapi dengan jarak yang cukup lumayan jauh. Bahkan membutuh kan waktu 20 menit untuk sampai ke pusat kota.

Untuk seukuran jalan yang sepi tanpa banyak kendaraan berlalu lalang dan jarang macet, waktu perjalanan 20 menit adalah jarak yang cukup jauh bisa sampai 15 atau 20 km dengan kecepatan normal. Di bandingkan dengan 20 menit di Jakarta paling hanya bisa sampai 5 km dengan kecepatan normal. Pastinya karena macet.

Tempat ini adalah rekomendasi dari bang Ari. Setelah kepulangan Ara dari rumah sakit dulu, tanpa membawa apapun Ara langsung pergi ke rumah bang Ari. Awalnya bang Ari meminta Ara tinggal di rumah nya, tapi karena Ara tidak mau tinggal di Jakarta lagi, akhirnya Bang Ari mengajaknya ke Bandung. Sampai akhirnya Ara tinggal disana selama ini. Tempat Ara sekarang tentunya hanya bang Ari dan Mira yang mengetahui.

Ara benar-benar hanya memantau semua pekerjaannya dari rumah. Sesekali pergi ke Jakarta dan ke Jogja jika ada keperluan yang tidak bisa di wakilkan. Tentunya dengan penjagaan yang ketat dan tanpa di ketahui seorang pun kecuali orang yang berkepentingan dan dengan seizin Ara sendiri.

Ara mempercayakan semua pekerjaan yang di Jogja kepada Mira. Mira pun mengerti dengan keadaan bos nya itu setelah Ara menceritakan semuanya. Pekerjaan yang di Jakarta Ara serahkan kepada bang Ari. Bang Ari cukup pandai dan cepat belajar menangani perusahaan. Tentunya Ari senang dapat kepercayaan dari Ara. Karna basic Ari pun adalah bisnis. Jadi Ari banyak belajar selama bekerja di perusahaan Ara.

Ara masih betah fokus menatap layar yang menampilkan deretan email yang harus ia cek, sampai-sampai tidak sadar sudah ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Ara merasakan ada yang memeluk lehernya dari belakang. Ara hanya diam saja dan meneruskan pekerjaannya.

"Lagi yuk." Ucapnya tepat di telinga Ara.

"No, gua harus kerja."

"Lo gak capek apa baru tidur jam 4 tadi, Sekarang udah kerja lagi.  Jadi insecure sama bos sendiri." Ucap nya sambil terkekeh.

"Ya karna Lo gatau diri."

"Kurang ajar Lo. Ini hari Minggu ya. Lo nya aja yang kerajinan jadi bos."

"Berisik ah ren, gua lagi fokus ini."

"Serah Lo dah."

"Ren, Udah gua tf ke rekening Lo ya." Ucap Ara menghiraukan kekesalan si wanita yang bernama Renata.

"Gua berasa jadi jalang anjir." Ucapnya sambil duduk tepat di samping Ara.

"Ya emang." Jawab Ara cuek membuat Renata semakin kesal.

"Awas Lo nyari gua lagi kalau lagi pengen. but,, thanks ya." Ara hanya mengangkat bahu nya acuh. Toh nanti juga Renata akan datang jika Ara menginginkannya.

"Lo gak ada niatan buat balik Ra?." Ucap Renata sambil menyalakan rokoknya dan menghisapnya.

"Balik kemana? Rumah gua disini." Renata memutar bola matanya malas.

DEARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang