Drama sore tadi berakhir dengan pelukan erat malam ini di atas kasur Ara. Saling memeluk erat dengan kepala Chika berbantalkan lengan Ara. Chika memainkan kancing baju Ara satu persatu dari atas sampai kebawah, hanya memainkan saja. dengan Ara yang terus mengelus kepala Chika. Sungguh mereka merindukan suasana seperti ini. Berdua saja, tanpa ada gangguan dari manapun.
Menceritakan apapun yang telah mereka lewatkan selama ini. Tertawa ketika mendengar cerita-cerita bodoh. Kembali sedih ketika menceritakan pengalaman-pengalaman buruk. Kemudian tertawa lagi. Sungguh menyenangkan sekali.
Seketika mereka terganggu karna suara handphone Ara berdering.
"Sebentar Chik, Mira telpon." Chika hanya menganggukkan kepalanya tanpa berniat lepas dari pelukan Ara.
"Hallo mir."
"Di mana Lo anak kodok hah." Ara menjauhkan sedikit hp nya karena pengang mendengar suara Mira.
"Gua di kamar. Kenapa deh?."
"Laptop lu tinggal sembarangan di belakang. Lo lupa hah? Mana masih nyala lagi. kerjaan Lo disitu semua. Duit Lo juga disitu semua. Kalo ilang gimana? Kalo keujanan trus rusak gimana?."
"Astaga mir lupa, tolong simpenin dong di ruang kerja gue. Gua ngantuk banget pengen tidur."
"Si anak Dajjal emang. Gua sekalian izin mau balik dulu ke Jogja malam ini. Laki gua sakit. Gpp kan Ra?."
"Gpp mir. Balik dulu aja. Salam buat laki lu ya. Kerjaan kirim aja ke email."
"Oke Ra, Thanks. Baik banget gua punya bos. Lopyu."
"Geli njir. Dah lah." Ara mematikan telponnya sepihak. Dan meletakkannya kembali di atas nakas.
"Kenapa kamu senyum-senyum?." tanya Ara heran pada Chika yang sedang tersenyum menatapnya.
"Gpp. Lucu aja liat kamu sama Mira. Bos sama asisten tapi udah kaya temen sendiri."
"Bahkan aku udah anggap Mira sebagai kakak aku sendiri Chik." ucap Ara sambil merekat kan pelukannya pada Chika.
"Kamu kenapa kurusan begini sih Chik?." Ucap Ara sambil memegang pipi Chika yang tirus.
"Hey, tolong sadar diri. Siapa yang bikin aku kurus gak enak makan dan gak tidur nyeyak selama ini nyonya khaulah." Ara yang mendengarnya hanya terkekeh.
"aku kangen banget sama kamu".
"Aku juga kangen banget sama kamu ra." ucap Chika kemudian mencium rahang Ara. Tubuh Ara menegang Chika tiba-tiba menciumnya.
Sadar Ra sadar, jangan terbuai. Dia istri orang.
"Kamu pulang gih Chik, aku anterin ya."
"Gamauu,, aku nginep aja ya." pintanya dengan manja.
"Eh enggak enggak. Kamu pulang. Nanti kalau bian nyariin gimana." ucap Ara yang ingin bangun dari tidurnya tapi di tahan oleh Chika. Sehingga Ara kembali ke posisi semula. Chika mengecup rahang Ara berkali-kali.
"Bian lagi ada klien di luar kota sama papa."
"Tapi Chik..."
"Ra pleaseee,,,,, aku kangen banget sama kamu." Ara hanya menghela nafasnya pasrah. Yasudah mau gimana lagi. Tidak munafik Ara juga senang malam ini dia bisa tidur bersama Chika setelah sekian lama. Ara kembali menegang ketika merasakan lehernya di cium oleh Chika. Lagi dan lagi Chika mencium lehernya.
"Chik...udah ah." Ara mencoba menjauhkan wajah Chika dari tubuhnya. Tapi Chika malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Chikkk...." Panggil Ara kembali dengan suara beratnya. Chika mendongak melihat mata Ara seperti menginginkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEARA (END)
Teen FictionSenang bisa mengenalmu, mencintaimu dan dicintai olehmu. Perasaan itu sangat hebat. Terimakasih banyak. "Cara bodoh mana yang memperjuangkan dengan cara pergi?." "Aku bisa apa Chika."