20

2.9K 304 47
                                    

"oh, jadi "Dea Tam" itu maksudnya deara Tamara. Nama aku sama kamu gitu?." Ucap Chika sambil menyuapi Ara makan.

Kata Renata Ara belum makan dari siang. Jadi Chika berinisiatif menyuapi Ara makan sambil Ara melanjutkan pekerjaannya.

"Begitulah."

"Bucin banget ih." Ucap Chika gemas sambil mencubit pipi Ara.

"Jangan gitu ah Chik." Ucap Ara sambil menepis tangan Chika pelan.

"Hmm, kenapa? sakit?. Maaf ya." Ucap Chika sambil mengelus pipi Ara bekas cubitannya.

Ara mengangguk.
"Kamu nyubit nya di pipi, tapi sakitnya di hati." Chika langsung termenung mendengar ucapan Ara. Ara menyadari raut wajah Chika yang berubah.

"Aku cuma becanda Chik." Chika tahu Ara hanya bercanda. Tapi entah kenapa mengingatkan Chika betapa sakit hatinya Ara selama ini. Ara selalu menutupinya dengan baik. Tapi di buku itu, siapapun akan menangis merasakan betapa terpuruk nya Ara. Lagi-lagi rasa bersalah menyelimuti Chika.

"Ehm, ren. Bisa tolong lanjutin suapin Ara makan?. Bian bentar lagi pulang, aku juga harus mandiin key." Renata hanya diam menerima piring makan Ara yang masih setengah.

"Makan nya di abisin ya, aku pulang dulu." Ucap Chika pada Ara lembut kemudian pergi meninggalkan Ara yang masih termenung.

"Makan sendiri ah Ra, kek bayi aja di suapin." Ara langsung tersadar dari fikirannya. Dan kembali mencoba fokus pada pekerjaannya.

"Terserah, gua udah gak laper."

"Uluhh uluhhh, anak bayi ngambek nih. Sini dek siniii. Mamah suapain ya sayanggg.. aaaa."

"Berisik Lo anjir." Ara langsung membereskan alat-alatnya dan pergi ke dalam rumah meninggalkan Renata yang masih tertawa mengejeknya.

                               ***

"Bian... Kamu mau kemana pagi buta begini?." Chika terbangun dari tidurnya. Mendapati bian yang sudah rapi dengan stelan kerjanya.

"mau kerja." Lagi-lagi suara dingin itu kembali Chika terima dari bian.

"Jam 5 pagi?." Chika Bangun dari tidurnya dan menghampiri bian yang masih merapikan kemejanya.

"Ada penerbangan ke Semarang jam 6 nanti." Chika menghela nafasnya kasar.

"Berapa hari?." Tanya Chika sambil memakaikan dasi bian.

"3 hari."

"Bi, bahkan kamu Dateng pun aku gatau Karna kamu pulang larut. Sekarang udah mau pergi lagi? Kasihan key bi kangen sama papanya." Protes Chika.

"Aku gada waktu buat ribut Chik." Chika memejamkan matanya kuat.

"Oke fine,, Aku bikinin sarapan dulu ya."

"Gausah, aku langsung berangkat aja. Tolong jagain anakku." Ucap bian mengecup kening Chika dan pergi keluar kamar.

Chika meneteskan air matanya. Apakah ini karma?. Terasa sakit sekali di perlakukan dingin seperti ini. Bian benar-benar berubah semenjak kejadian itu. Kejadian dimana dia melihat Chika dan Ara berciuman. Kejadian dimana Ara jujur mengatakan bahwa ia mencintai Chika. Bian berubah menjadi sedikit dingin pada Chika. Dan sekarang Chika seperti sudah kehilangan bian. Bian semakin sibuk dengan pekerjaannya.

Chika tidak mengerti. Bahkan Chika sudah berusaha sekuat mungkin untuk tidak membahas Ara sama sekali demi menjaga perasaan bian. Tapi entah, Chika juga tidak paham bian seperti menyembunyikan sesuatu pada Chika.

Ketika Chika depresi bian dengan sangat telaten menjaga Chika. Entah itu karena terpaksa atau bagaimana. Kemudian ketika akhirnya Chika mengandung key, Bian mulai kembali hangat pada Chika. Mulai memperhatikan Chika kembali. Tapi setelah beberapa bulan kelahiran key. Bian mulai sibuk dengan pekerjaannya dan sedikit bersikap dingin pada Chika. Kecuali jika di depan keluarganya.

DEARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang