24

2.9K 299 29
                                    

"hallo bos."

"Iya ren."

"Bos, maaf mendadak. bisa ke Bandung sore ini?. Direktur rumah sakit ingin bertemu nanti malam untuk membahas perihal kunjungan kepala dinas kesehatan besok pagi bos."

"Gak bisa di wakilin ren?." Ara menoleh ke belakang ke meja makan yang sudah ada bian, Chika dan key yang menunggunya untuk makan siang.

"Gak bisa Ra, kunjungan kepala dinas besok juga sama Bupati Bandung. Gua harap sih lu bisa hadir juga disana besok. Lumayan buat dapet image baik di media sama masyarakat. Sekalian promosi juga."

"Oke deh, tar sore gua berangkat."

"Sip, thanks Ra. Gua atur pertemuan untuk nanti malam ya Ra. See you."

"Gua yang harus bilang makasih ren. Pesenin hotel yang Deket ya ren."

"Aman Ra."

"Thanks."

Sambungan telpon pun di matikan oleh Ara. Ara menghela nafasnya. Padahal besok dia sudah janji untuk ikut bersama bian, Chika dan key ke pantai. Tapi bagaimana lagi. Ini pertemuan penting juga untuk membangun kesan baik bagi warga Bandung jika sampai bupati datang ke rumah sakitnya untuk kunjungan.

Ara kembali bergabung ke meja makan bersama bian dan Chika. Tentunya ada key juga yang sedang di suapi oleh Chika. Ara dari tadi menahan diri makan dengan tenang. Biasanya dia makan sambil menyuapi Chika yang sedang menyuapi key, Agar Chika tidak telat makan. Tapi karena ada bian, Ara hanya bisa menahan dirinya.

Chika yang paham pun hanya bisa tersenyum pada Ara seakan mengatakan "gpp, aku bisa makan nanti."

"Kenapa De, kerjaan?." Ara mengangguk.

"Maaf bang, besok kayanya gua gabisa ikut kalian ke pantai. Sore ini gua harus ke Bandung."

"Urgent banget Ra? Sampe mendadak gitu?." Tanya Chika.

"Gak terlalu sih, besok pagi ada kunjungan dari Dinkes sama Bupati ke rumah sakit. Jadi aku harus ada disana besok."

Kontras banget ya. Sama bian gue-elo, tapi sama Chika aku-kamu wkwk.

"Yahh, gak jadi liburan bareng dong." Ucap Chika kecewa.

"Maaf ya Chik, kita atur jadwal lagi deh buat liburan. Sorry ya bang."

"Gpp de santai. Disana Sama pacar Lo?. Ekhm, maksud gue Renata?."
Ara melirik Chika sebentar.

"Iya bang, sama siapa lagi. dia asisten gue." Ucapnya hanya untuk meyakinkan bahwa Renata hanya sebatas asistennya saja di depan Chika.

Bian masih mengira jika Ara dan Renata pacaran. Sedangkan Chika yang sudah tahu mereka adalah partner di ranjang walaupun tidak pacaran tentu saja langsung masam mukanya ketika mendengar nama Renata.

Ara yang sadar akan raut muka Chika yang berubah langsung meringis hatinya, ngeri.

"Berapa hari disana Ra?."

"Belum tahu Chik, habis kunjungan mau ada evaluasi tahunan Sama persiapan akreditasi juga. Mungkin beberapa hari sampai seminggu bisa jadi."

Chika kembali memasang wajah sedihnya sambil mengerucutkan bibirnya. Demi apapun ingin sekali saat ini Ara langsung memeluk Chika dan menciuminya berkali-kali. Andai saja tidak ada bian sekarang.

Astagaaa. Sadar Ra sadar. Jadi selingkuhan harus sabar.

"Masih inget pulang kan Ra?."

"Haha tergantung bang, kalau disana enak ya gua gak balik."

DEARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang