9

2.6K 259 20
                                    

sudah 4 hari Ara di Jogja. Masalah pekerjaannya sudah mulai stabil dari kemarin. Jadi Ara hari ini masih bisa sedikit bersantai. Ara masih enggan untuk pulang ke Jakarta. Fikirannya masih kalut penuh dengan Chika dan rasa bersalahnya pada bian. Ara hanya ingin menenangkan diri dulu di Jogja untuk sementara waktu sampai fikirannya bisa jernih kembali dan lebih bisa bersikap dewasa jika berhadapan dengan Chika dan bian.

Ara sedang bersantai menonton tv di ruang tengah rumahnya. Tentunya tidak sendiri. Dia di temani Reva, temannya waktu kuliah dulu. Dia adalah anak rektor yang menyukai Ara yang di ceritakan oleh Mira dulu pada bian. Wanita cantik, pintar, sopan dan berwibawa. Tapi jangan salah, di depan Ara dia bisa sangat manja dan seperti anak kecil. Walaupun begitu Ara tetap nyaman berada di samping Reva.

Awalnya ara sempat risih karna Reva sedikit agresif. Tapi lama kelamaan Ara jadi terbiasa dengan sikap manja Reva jika sedang berdua, yang penting bisa menyesuaikan tempat. Reva dari kemarin sudah merengek ingin bertemu Ara. Tapi karna Ara baru ada waktu senggang hari ini jadilah mereka sekarang baru bertemu. Reva sudah datang dari pagi buta, tentunya membuat Ara kesal karna sudah mengganggu waktu tidurnya. Tapi karna sudah kepalang datang. Mau tidak mau Ara menemani Reva seharian.

Ara dan Reva sedang duduk di sofa dengan Reva merangkul lengan Ara dan menyenderkan kepalanya di bahu Ara. Sesekali mereka tertawa karna film drama komedi yang mereka tonton. Tiba-tiba mereka di kagetkan oleh suara dari arah pintu masuk rumah.

"Deaaaaaaa, adikku sayangggg." iya siapa lagi orangnya yang berani berteriak pada Ara dan yang hanya memanggil dia dengan nama Dea kalau bukan bian yang datang.

Berisik sekali, datang-datang bukannya mengucapkan salam malah berteriak kurang ajar. Untung kakak sendiri.

Bian tidak sendiri. Dia bersama chika. Karna kaget ada Chika datang Ara langsung berdiri dan melepaskan rangkulan Reva di lengannya. Entah apa maksudnya, Ara hanya spontan saja takut jika Chika salah faham.

"Katanya lu kerja di Jogja. Nyatanya malah pacaran lu disini." ucap bian sambil menjitak pelan kepala Ara. Chika hanya diam saja menatap Ara datar. Ah pastinya Chika juga melihat adegan Reva merangkul Ara tadi. Ara sedikit panik. Tapi dia mencoba untuk bersikap biasa saja.

Tapi untuk apa juga Ara panik. Emang chika siapanya. Ah entahlah.

"Eh Kenalin bang ini Reva temen aku pas kuliah. Reva kenalin ini Abang aku, bang bian dan itu Chika istrinya."

"Salam kenal bang bian dan ka Chika, aku Reva." ucap Reva sopan dan tersenyum pada bian dan chika. Kemudian mereka saling berjabat tangan. Bian sedikit terpesona dengan senyuman yang di berikan Reva. Memang Reva sangat cantik. Dan lihatlah, di depan mereka Reva menampilkan sikap dewasa dan wibawanya. Semakin saja membuat bian tidak berkedip. Tapi entahlah, kenapa Ara tidak suka pada Reva.

"Mata woy Mata, gak liat apa ada istri di sebelah." bian langsung tersadar dan nyengir kuda menatap Chika.

"Jangan salah paham sayang, kamu tetep yang paling cantik Dimata aku." Chika hanya merotasikan matanya malas dan langsung duduk di sofa. Terserahlah walaupun belum di persilahkan duduk oleh tuan rumah. Chika sudah kepalang kesal sejak masuk rumah tadi.

Chika tidak peduli pada bian yang menatap Reva terpesona tadi. bodo amat. Di fikiran Chika cuma ada pertanyaan kenapa Ara bersama wanita ini dan hanya berdua dengan posisi yang sangat mesra tadi.

Akhhh, Chika cemburu. Padahal kedatangannya kesini karna sudah rindu ingin bertemu Ara. Tapi nyatanya Ara malah bersama wanita lain. Awas aja kamu Ara.

"Jadi ngapain Lo bang kesini, ganggu tau nggak." tanya Ara pada bian basa basi.

"Gaboleh gitu Ra, gasopan sama kakak sendiri." ucap Reva sedikit mencubit lengan Ara. Kan. Memang wanita yang sopan. Apalagi keturunan Jogja yang menjunjung tinggi etika kepada yang lebih tua.

DEARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang