40

9.5K 246 53
                                    

Semua dokter yang hadir di ruang rapat tersebut diam tanpa ada yang berani mengeluarkan suara secuilpun saat Alvian mengamuk dan mengoceh pedas dari Sabang sampai Merauke tanpa titik ataupun koma. Dan semua itu karena Dera, sang Nyonya besar yang belum siuman setelah kecelakaan itu. Alvian menilai para dokter itu tidak becus dan tak serius merawat Dera.

"Mengapa istriku belum sadar juga, hah?! Apa kerjaan kalian di rumah sakit ini hanya tidur dan main HP? Kalian pikir aku bayar kalian mahal untuk apa! "

Piarrr

Alvian membanting gelas yang ada di sampingnya hingga hancur tak berbentuk.

Siapa yang tak kenal Alvianof, satu-satunya ahli waris rumah sakit tempat mereka bekerja. Pria tampan dengan kekayaaan bergunung-gunung yang katanya kejamnya amit-amit. Pria yang kalau sedang marah katanya seperti iblis gila. Dan sekarang mereka benar-benar merasakan amukan si iblis  yang sesungguhnya. Sekarang Iblis tampan itu sedang menunjukkan taringnya, siap mencabik siapa saja yang berani menatapnya. Melawan dan akhirnya mati.

"Kalian bodoh semua, tidak guna..!Apa Kalian mau aku pecat! Atau mau aku buang ke kandang buaya hidup-hidup biar jadi santapan mereka dan pulang hanya tinggal serpihan tulang yang remuk! Jawab....!!!"

Ancaman Alvian membuat semua orang gemetar ketakutan. Mati di makan buaya? pulang tinggal sisa-sisa tulang yang sudah dikunyah? Membayangkan saja sudah sangat ngeri apa lagi merasakannya. Mereka tahu kalau Alvian tidak pernah main-main dengan kata-katanya. Ya Tuhan, tolong kami...

Brak

Alvian mengebrak meja dengan sangat keras disaat orang-orang sedang sibuk dengan ketakutannya. Tentu saja roh mereka sempat loncat keluar beberapa detik saking terkejutnya. Jantung mereka juga sempat berhenti berdetak beberapa saat.

"Selamatkan istriku maka kalian selamat. Tapi bila tidak, bersiap-siaplah menemaninya ke alam baka."

Sekali lagi ancaman Alvian membuat mereka sulit bernafas. Tiba-tiba oksigen hilang dari ruangan itu. Tubuh mereka jadi mematung seperti di semen. Apa benar mereka akan mati bila Dera tidak terselamatkan. Tidak adakah opsi lain yang lebih manusiawi?

Bau pesing tiba-tiba tercium di ruangan itu. Ternyata salah satu dokter baru yang masih muda terkencing-kencing di celana karena takut dan syok dengan amukan Alvian. Ini pertama kalinya ia berada dalam situasi yang sangat menakutkan seperti ini. Ia baru tahu pria yang selalu membelikannya kopi itu adalah setan bersayap putih. Bagaimana kalau beneran ia mati untuk menemani Dera ke alam baka padahal nikah aja belum. Ia belum merasakan nikmat surga dunia yang sesungguhnya. Ia masih ingin hidup dan menikmati tubuh wanita telanjang sampai pagi.

Tiba-tiba seorang dokter senior mengeluarkan suara, mencoba menenangkan Alvian yang masih dalam keadaan emosi tinggi.

"K-kami akan berusaha semampu kami Pak Alvian."

Bukannya tenang, Alvian malah semakin naik darah. Semua tercekat saat melihat Alvian melempar sebuah buku kecil yang agak tebal ke arah dokter itu yang sialnya buku tersebut mengenai kepala sang dokter hingga benjol. Dokter itu kesakitan tapi ia tahan. Ia tak mau Alvian semakin mengamuk bila mendengar rintihannya.

"Hanya berusaha?! Aku tak butuh kata-kata munafik seperti itu. Aku mau bukti...! "

Sunyi, tak ada suara apapun di ruangan itu. Bahkan tarikan nafas kecilpun tak ada. Semua tahan nafas dan tahan kentut. Selain karena takut, mereka tahan nafas karena tak kuat dengan bau pesing yang semakin lama semakin menyengat.

Alvian menatap tajam wajah para dokter itu satu persatu. Wajah-wajah yang akan tinggal nama saat Dera tak terselamatkan.

Dengan tendangan ninja Alvian menendang kursi kosong yang ada di sebelahnya hingga terpental ke ujung ruangan. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkan tempat itu.

Pelakor Itu Anakku (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang