15. Let Go

61 5 11
                                    

***

Setibanya di perkemahan, Jonah segera membawa Alea ke tenda gadis tersebut. Ia mengambil handuk yang dijemur didepan tenda, entah milik siapa, dan ia segera mengeringkan wajah Alea.

Faren dan Kiara yang baru tiba langsung mengambil alih dan menggosokkan minyak kepada Alea, sekadar memberi kehangatan. Jonah sendiri berjalan menjauh, entah kemana.

Sementara di air terjun, hanya tersisa 2 orang saja. Keano dan Keenan.

"Lo gila?! Mana otak lo?!" teriak Keenan hingga urat-urat lehernya nampak.

"Kalau anak orang kenapa-napa, lo berani tanggung jawab?! Hah?!" Keenan terus berteriak sambil sesekali mendorong kasar tubuh Keano.

"Lo gak tau kalau Alea gak bisa berenang? Gimana kalau tadi Jonah gak berhasil dapat dia? Lo berani gak tanggung jawab?!"

Keano hanya bisa diam mendengarkan makian dari kembarannya tersebut. Ia mengaku salah. Ia sangat menyesal.

"Sorry, gue gak mikir" ujarnya.

"Sorry? Sorry ke Alea, jangan ke gue. Goblok" Keenan meninju dada Keano lalu pergi meninggalkan Keano.

***

"Alea? Lo udah sadar?"

Alea yang baru mencoba membuka kelopak matanya sudah disambut dengan suara meneduhkan itu. Pandangannya yang buram perlahan semakin jelas.

"Gimana? Lo gapapa?"

"Gapapa kak, makasih" jawab Alea.

"Ini gue bawain lo sup, buat hangatin badan. Gue juga bawain ini, es teh hangat. Minum ya Le"

Alea duduk dan segera mengambil mangkuk dan gelas yang diberikan tersebut.

"Makasih kak. Makasih banyak" ucap Alea tulus lalu segera menyuapkan sup tersebut ke mulutnya sendiri.

Tepat dengan itu, Jonah kembali berkata sambil terkekeh kecil. "Kalo keasinan maaf ya". Alea hanya bisa tersenyum dan tetap menyantap sup tersebut walaupun rasanya sangat asin.

"Alea, lo gapapa kan?" tanya Keenan yang baru datang ke tenda Alea.

"Gapapa kak" jawab Alea dengan senyuman kecil dibibirnya.

Keenan duduk disamping Alea, dan lagi-lagi, Alea berada diantara Keenan dan Jonah. Mereka berdua merasa bertanggungjawab untuk memastikan keadaan Alea, mengingat Alea adalah teman kelompok mereka.

"Alea, gue mau ralat yang waktu itu gue bilang ke lo" ucap Keenan dengan wajah seriusnya.

Alea memasang kedua telinganya.

"Lo emang cewek baik-baik yang bisa bahagiain Keano" ujarnya lagi. Jonah hampir saja memaki Keenan mendengar hal itu.

Untungnya kalimat Keenan selanjutnya sesuai dengan pemikiran Jonah. "Tapi dia bukan cowok yang bisa bahagiain lo"

Alea tersenyum kecut. Inilah kenyataannya. Tidak semua yang kita harapkan akan terkabul. Tidak semua yang kita inginkan dapat digenggam.

"Lebih baik lo relain dia, Le. Gue yakin lo bakal ketemu sama cowok lain yang jauh lebih pantas buat lo" tambah Jonah.

"Kalau lo emang gabisa lupain Keano, pindah ke gue aja. Kan mirip heheheh" ucap Keenan yang berhasil mendapat jitakan dari Jonah.

Alea tersenyum. Sepertinya memang ini merupakan pilihan yang benar. Merelakan Kak Keano. Ia tidak ingin kejadian seperti ini terulang kembali. Ia ingin hidupnya bahagia, tanpa harus bergantung pada seseorang.

"Makasih kak"

"Gue duluan ya, gue masih harus urus kegiatan selanjutnya" Keenan pamit, meninggalkan Alea dan Jonah berdua di tenda.

"Kak Jonah kalau ada kegiatan juga pergi aja, Alea gak papa" ujar Alea.

Jonah menggeleng. "Gue gak ada kegiatan kok, gak papa gue temenin lo aja"

"Kak, boleh nanya gak?" tanya Alea.

Jonah hanya berdeham.

"Kok Kak Jonah tiba-tiba baik banget sama Alea?"

Jonah menarik nafas dalam. "Lo ngingetin gue tentang seseorang"

"Siapa?" tanya Alea hati-hati.

"Adek gue" Jonah kembali menarik nafas dalam. "Dia seumuran sama lo. Anaknya juga polos dan lucu kayak lo. Dia baik, terlalu baik"

Jonah tersenyum tipis.

"Kenalan boleh..?" tanya Alea polos.

Jonah terkekeh. "Dia udah pergi duluan. Dia udah gak ada di dunia ini lagi"

"Maaf kak, Alea gak tau"

"Gak papa"
"Namanya Jasmine. Dia ninggalin gue 2 tahun lalu" Jonah mengingat kembali kenangannya bersama adiknya itu.

"Dia jadi korban tabrak lari dan sampai sekarang orang itu gak berhasil ditemuin" Jonah meneteskan sebuah air mata dan segera mengusapnya, ia tertawa kecil. Malu menangis didepan adik kelasnya.

Alea tergerak untuk mengusap punggung Jonah. Hal itu berhasil membuat Jonah sedikit lebih tenang.

"Dan lo, lo buat gue ngerasa seakan Jasmine itu selalu ada dengan gue" lanjutnya.

"Gue rindu banget sama Jasmine. Gue gagal ngelindungin Jasmine. Gue gak mau gagal ngelindungin lo" ucap Jonah tegas namun tetap terdengar rapuh.

"Kak Jonah.. suka ama Alea..?" tanya Alea bingung. Ia tidak mengerti. Seluruh informasi ini terlalu banyak untuk ia proses.

"Gue anggap lo sebagai adek gue, Alea. Jangan kepedean deh" Jonah menjawab sambil tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Gue anggap lo sebagai adek gue, gak papa kan?"

Alea hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu ikut tersenyum.

***

AleanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang