13. Wrong Direction

54 4 9
                                    

"Oke, amplop kedua" Keenan membuka amplop tersebut dengan hati-hati.

"Benar atau salah, nama lengkap ketua OSIS saat ini adalah Kamitani Riyuki" baca Keenan.

Tak perlu banyak pertimbangan, mereka langsung melanjutkan perjalanan mereka ke jalur kanan.

Jalur kanan, jalur yang menanjak dan dipenuhi lumpur.

"Ini yakin gak salah jalan?" tanya Keira memastikan. Ia tak rela sepatu putihnya menginjak lumpur.

"Harusnya sih bener" Keenan sendiri bingung sambil menggaruk-garuk lehernya.

Keenan sebagai ketua langsung mendaki. Baju kaos kesayangannya ia relakan kotor demi memimpin kelompoknya. Ia kemudian memegang sebuah batang pohon disampingnya, lalu menjulurkan tangan satunya untuk membantu anggota lain untuk mendaki.

"Lo duluan" Jonah mundur ke belakang Alea.

"Takut"

"Kalo lo jatuh gue tahan, tenang aja" Jonah meyakinkan Alea.

Alea pun meraih tangan Keenan dan perlahan-lahan mendaki. Tanjakan ini sebenarnya tidak terlalu tinggi, tetapi keberadaan lumpur sangatlah mempersulit keadaan.

Jonah berjaga-jaga dibelakang Alea. Ia sudah dalam posisi siap apabila Alea tiba-tiba jatuh atau butuh bantuan.

Untunglah Alea berhasil tiba dengan selamat oleh bantuan Keenan dan Jonah. Selanjutnya Jonah mendaki dan ia dengan mudah melewati lumpur tersebut.

Walaupun tubuh mereka dinodai lumpur, mereka tetap semangat untuk menyelesaikan misi mereka.

Sepanjang perjalanan, Jonah berjalan disamping Alea dan sesekali mengajak Alea berbicara. Alea sendiri bingung mengapa Jonah tiba-tiba baik kepadanya. Mungkin karena Alea tidak mempunyai teman dikelompok ini.

"Guys, ini udah 15 meter kok gak ada amplop lain?" tanya Keira yang mulai gelisah.

"Pasti ada, mungkin kita kelewatan kali ya?" timpal Oliver.

Merekapun memutuskan untuk berjalan ke arah belakang dan mencoba mencari amplop lainnya.

Alea mengedarkan pandangannya ke segala arah, tetapi ia tidak menemukan apa-apa.

"Kita coba jalan terus aja dulu, mungkin amplop selanjutnya ada di depan" usul Keenan. Mereka semua menuruti usul tersebut.

Semakin jauh berjalan, jalur yang mereka lalui semakin sempit dan tetap saja tidak ada amplop yang terlihat. Hari sudah semakin larut, langit mulai gelap dan udara sudah mulai dingin.

"Gue gak yakin ini jalan yang bener.. Apa kita balik aja ya ke tempat awal kita?" tanya Keira yang semakin gelisah.

Mereka berenam gelisah dan kebingungan, tetapi mereka tetap mencoba untuk berpikir dengan tenang.

"Matahari udah terbenam, bukannya kita harus ngumpul di tenda sebelum jam makan malam??" tanya Theo.

Keenan semakin kalang kabut. Ia benar-benar tidak tau harus berbuat apa.

"Kak, gue belum mau mati.." ucap Alea perlahan. Ucapan Alea didengar oleh semua teman kelompoknya dan hal itu semakin membuat mereka gelisah.

"Iya nih, gue juga masih mau hidup. Balik aja yuk Nan" ujar Oliver.

Melihat langit yang semakin gelap dan gelap, Keenan memutuskan untuk menyerah dan kembali ke titik awal. Sialnya, tidak ada satupun yang membawa senter. Tidak ada yang menyangka maze akan berlangsung hingga semalam ini.

Untunglah jalur yang mereka lewati sedaritadi hanyalah jalur lurus. Sekitar 1 jam kemudian, mereka berhasil tiba kembali di titik awal. Mereka langsung disambut oleh Pak Wawan dan teman-teman ekskul mereka yang lain. Mereka semua terlihat panik dan kebingungan.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam ketika mereka tiba. Mereka dipersilakan untuk membersihkan diri lalu segera mengisi perut.

"Le, lo gakpapa? Kok bisa tersesat gitu?" tanya Faren panik sekaligus lega. Sedangkan Kiara langsung menyediakan makan malam untuk Alea.

"Gakpapa kok, gak tau juga. Tengah perjalanan udah gak ada petunjuk, kita juga bingung" jawab Alea sambil melahap mie gorengnya.

Disisi lain, Keenan melaporkan semua yang terjadi kepada Pak Wawan. Pak Wawan kemudian memeriksa kedua amplop yang kelompok mereka dapatkan.

"Loh, saya gak pernah buat soal ini, kok bisa ada disana?" tanya Pak Wawan sambil membaca soal pada amplop kedua berulang kali.

Setelah melaporkan hal tersebut, mereka semua dipersilakan untuk beristirahat. Masih ada misi lain yang harus diselesaikan untuk hari esok.

***

Keesokan harinya, Pak Wawan membangunkan seluruh anggota ekskul.

"Seperti yang kalian tau, kemarin kelompok satu tersesat di hutan. Apakah ada yang berani mengakui perbuatannya?!" teriak Pak Wawan.

Pak Wawan tak pernah terlihat seserius ini. "Mengaku cepat!"

"S-saya pak" Seorang gadis mengangkat tangannya dengan wajah ketakutan.

"Veronica, ikut saya sekarang" ucap Pak Wawan tegas. Wajahnya memerah.

"S-saya juga pak" Theresa ikut mengangkat tangannya.

"Kamu juga ikut saya, sekarang!"

Entah apa yang mereka perbincangkan, tetapi hal selanjutnya yang diumumkan oleh Keenan adalah bahwa Veronica dan Theresa yang telah dikeluarkan dari ekskul KPA atas penyusunan rencana yang membahayakan orang lain.

***

AleanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang