10. Oops

86 4 9
                                    

***

Pagi yang cerah dan disinilah Alea berada. Berjalan sendirian ditengah luasnya koridor sekolah.

"Alea!" Alea yang merasa namanya disebut pun berbalik dan mendapati sosok kakak kelasnya yang sedang berlari mendekat.

Lelaki tersebut berhenti tepat di samping Alea dengan nafas yang terengah-engah.

"Pagi"

Alea menaikkan kedua alisnya. "Tumben kak Keano nyapa duluan?"

"Eh? Gue Keenan, bukan Keano"

Alea mendengus lalu berbicara pelan, nyaris tak terdengar. "Pantesan"

Keenan tertawa, "Lo belum baca buku dari Jonah ya?"

Alea bingung. "Kakak tau buku itu darimana?"

"Ya Jonah, dia yang nyuruh gue nulis isinya" jawab Keenan sambil berjalan berdampingan dengan Alea.

Buku Panduan Membedakan Keano dan Keenan, begitu judulnya.

"Udah baca kak, tapi-"

Jawaban Alea langsung dipotong oleh Keenan. "Tapi...?"

"Tetep susah dibedain kak, soalnya mirip"

"Ya iyalah mirip, kan kembar, Le"

Alea hanya tertawa kecil mendengar penuturan Keenan.

"Ikut gue yuk" ajak Keenan. Mata Alea membulat, terkejut serta bingung, namun ia tetap saja mengangguk.

"Ini kemana kak?" tanya Alea.

Mereka berdua sedang berjalan melalui lorong kecil yang berada di bagian taman sekolah.

Keenan tak menjawab dan langsung membuka kunci pintu yang berada di ujung lorong.

Pintu terbuka dan nampak sebuah ruangan yang terlihat remang-remang dengan tumpukan barang-barang yang tak terawat.

"Uhuk uhuk" Debu yang tertinggal dalam ruangan itu berhasil membuat Alea terbatuk lalu menutup hidungnya.

"Maaf berdebu. Disini ruang penyimpanan, bisa dibilang semacam gudang" jelas Keenan sambil menyalakan lampu.

"Keano sering kesini buat nyimpen barang sitaan murid. Dan ini satu-satunya ruangan di sekolah yang selalu sepi" lanjutnya.

"Kenapa selalu sepi, kak?" tanya Alea sambil menatap ke sekeliling ruangan.

"Ya emangnya lo mau hirup debu mulu?"

Alea tertawa kecil, ia tidak sadar bahwa hal itu alasannya.

"Gue bawa lo kesini, karena gue rasa lo perlu tau ruangan kesukaan Keano"

"Kak Keano suka disini?"

"Iya, karena disini satu-satunya ruangan yang selalu sepi. Makanya dia suka nongkrong disini kalau lagi banyak pikiran atau pusing karena OSIS, dia ngerasa tenang"

"Emangnya kak Keano gak sesek?"

"Gak tau, bulu idungnya banyak kali" jawab Keenan sambil tertawa, Alea juga ikut tertawa.

"Gue percaya lo cewek baik-baik, yang bisa bahagiain kembaran gue. Tolong jangan kecewain gue" lanjut Keenan, namun kali ini dengan nada serius.

"Gimana mau dibahagiain, kak? Setiap liat aku aja, kak Keano langsung kesel"

"Lo jangan nyerah, Le. Gue yakin Keano bakal luluh kok suatu saat nanti"

Alea tidak merespons, ia sibuk melihat sekeliling ruangan, sekedar memperhatikan barang-barang sitaan yang ada.

Barang-barang sitaan murid kebanyakan berupa benda-benda kecantikan serta kartu-kartu bermain semacam UNO.

"Oh iya"

Alea menoleh ke arah Keenan. "Kenapa kak?"

"Gue mau kasih lo sedikit tips sebelum masuk ke kelas"

Alea menaikkan kedua alisnya.

"Ada cara gampang bedain gue dengan Keano yang lupa gue tulis di buku itu. Gue pakai jam tangan hitam, Keano pakai jam tangan biru"

Alea tersenyum sumringah, "Makasih kak--"

Ucapan Alea terhenti ketika pintu berbunyi.

"Kalian ngapain disini?!" tanya Keano yang baru datang dari balik pintu. Keenan dan Alea kompak saling menatap satu sama lain.

Keano menyipitkan matanya, menatap Keenan dan Alea penuh selidik. Namun yang ditatap justru tertawa kecil.

"Ada deh, kepo aja lu!" Keenan langsung melewati Keano dan keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Alea berdua dengan Keano.

Keano menatap kepergian Keenan lalu kembali menatap Alea yang justru diam di tempat sambil menatap Keano terus menerus.

Keano menepuk tangannya tepat di depan wajah Alea hingga Alea tersadar. "Eeeh, kak Keano, ngapain kesini kak? Nyari aku ya??"

Keano menatap ngeri Alea sedangkan Alea tertawa.

"Ke kelas sana, jangan bolos"

"Perhatian amat sih, makin sayang"

Wajah Keano berubah datar, ia menggerutu dalam hati. Ia meminggirkan badannya agar Alea bisa lewat, Alea pun keluar dari ruangan tersebut diikuti dengan Keano dibelakangnya.

"Kak Keano napa sih mukanya datar gitu? Makin lucu tau gak!"

Keano memasang wajah jijiknya lalu segera menolehkan wajahnya ke arah lain. Setiap kali ia bertemu dengan Alea, dirinya selalu dibuat ingin menghilang dari bumi.

"Ih kak Keano blushing gitu"

"Berisik bocil!"

Keano yang sudah tak bisa menahan kesabarannya karena diganggu oleh Alea terus-menerus pun memutuskan untuk segera berlari menuju kelasnya, meninggalkan Alea sendirian dengan wajah cemberut.

"BOLOS MULU ALEA!" teriak seseorang dari seberang.

Alea memicingkan matanya, "ENGGAK KAK! INI MAU MASUK KELAS KOK"

Jonah yang sedang berjaga di koridor seberang hanya mengangkat jempolnya sambil tertawa kecil.

Alea pun segera masuk ke kelasnya, ia telat lima menit. Untung saja gurunya belum masuk kelas.

***

AleanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang