31. Perencanaan

31 2 5
                                    

***

"Kak Keenan!!" panggil Alea sambil berlari menuju Keenan. Keenan yang mendengar namanya dipanggil pun berhenti berjalan dan menoleh.

"Ini aku udah buat catatan untuk penjualan brownies nanti, boleh dicek dulu kak" ucap Alea. Ia menyodorkan selembar kertas kepada Keenan.

"Udah bisa ngebedain gue ama Keano?" balas Keenan sambil terkekeh dan mengambil kertas tersebut.

Alea hanya membalas ucapan Keenan dengan tawa kecil.

Mereka berdua duduk pada kursi yang terletak di koridor dan Keenan segera membaca kertas tersebut.

Mereka berdua duduk pada kursi yang terletak di koridor dan Keenan segera membaca kertas tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok niat sih?" tanya Keenan yang sedang fokus membaca.

"Gimana kak? Udah oke belum?" Alea balas bertanya.

"Oke sih.. bazar ramai jadi cocok buat jualan, tapi apa ngga terlalu mepet? Karena bazar mulainya 2 hari lagi" jawab Keenan.

"Bisa kok kak, aku bakal beli bahan bentar setelah pulang sekolah" jawab Alea yakin.

"Udah ada rencana pengeluarannya gak?" tanya Keenan.

"Ada kak, dihalaman belakang" ucap Alea.

Keenan pun membalikkan kertas tersebut.

Keenan pun membalikkan kertas tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wow. Kok stikernya lucu sih?" ucap Keenan sambil terkekeh.

"Yakin buat 12 kue??" tanyanya lagi.

"Oven aku bisa masuk 4 kue sekaligus kok, kak. Jadi bisa... lagian kan kita juga ramai kak, bisa cepat beres kerjanya" jawab Alea.

Keenan mengangguk-angguk. "Oke dari gue sih. Tapi coba bawain kertas ini ke Pak Wawan, mungkin bapak ada komentar atau masukan"

"Nanti kalau udah disetujuin Pak Wawan, langsung umumin di grup aja ya buat pembagian tugas dan jadwalnya" tambah Keenan.

"Oke kak, aku bawa ke Pak Wawan sekarang kalau gitu"

"Makasih banyak Alea" ucap Keenan. Alea pun mengangguk lalu segera berjalan menuju ruang guru.

Setelah mengetuk pintu, ia pun masuk dan menghampiri meja Pak Wawan. "Siang pak, maaf mengganggu. Ini saya bawa catatan perencanaan buat jualan brownies nanti"

"Wahhh siang Alea, sini-sini, saya baca" ucap Pak Wawan dengan antusias. Ia mematikan komputer miliknya lalu segera membaca kertas tersebut dengan serius.

"Bapak boleh minta stiker kamu gak?"

Seketika Alea tertawa. "Boleh pak, boleh banget. Nanti saya bawain ya pak"

"Menurut saya sih ini sudah bagus, tapi kalian yakin sanggup?" tanya Pak Wawan.

"Bisa pak, pasti bisa" jawab Alea sambil mengangkat jempolnya. "Anak bimbingannya Pak Wawan pasti bisa!"

Pak Wawan dengan bangga mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum.

TOK TOK TOK..

"Misi" Keano membuka pintu kemudian berjalan mendekat ke meja Pak Wawan.

"Ada apa Keano?" tanya Pak Wawan.

"Saya disuruh Keenan buat melapor ke Bapak" jawab Keano.

"Perasaan saya gak manggil siapa-siapa??" Pak Wawan terlihat bingung.

"Tapi gak papa deh, kamu sini aja. Kamu izin rapat kemarin, anggap aja ini pengganti rapat kamu" lanjut Pak Wawan.

"Ini, baca dulu" ucap Pak Wawan sambil memberikan kertas tersebut kepada Keano.

"Kok nama saya gak ada, pak?" tanya Keano.

"HAH?! Aku lupa tulis nama Kak Keano ya??" Alea panik. Ia segera merebut kertas tersebut dari tangan Keano.

"Astaga maaf kak, maaf banget. Aku kemarin nulis itu sesuai yang ikut rapat kemarin. Aku gak sadar Kak Keano gak ada" lanjut Alea.

"Gak papa, jadi gue bantu dibagian apa?" tanya Keano dengan wajah datarnya.

"Emmm.. Sebenarnya ini aku udah atur sesuai kebutuhan sih kak, udah gak ada yang kekurangan orang" jawab Alea sambil menatap catatannya sendiri.

"Kamu bantu Alea beli bahan aja. Bantu angkatin belanjaan" ucap Pak Wawan. Dengan kompak Keano dan Alea menatap Pak Wawan.

"Eh? Gak usah pak, saya bisa sendiri kok"

"Oke, kapan?"

Mendengar jawaban Keano, Alea mengernyit heran. Kak Keano masih sakit apa kesurupan?

Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, Keano pun melambaikan tangannya didepan wajah Alea. "Jangan melamun"

Alea tersadar. "Eh, kenapa kak?"

"Beli bahannya kapan?" tanya Keano lagi.

"Oh, beli bahannya sebentar kak, setelah pulang sekolah" jawab Alea.

"Oke"
"Masih ada yang perlu dibahas, pak?"

"Udah itu aja. Makasih kalian, semangat!!" jawab Pak Wawan.

"Jangan lupa stiker saya ya, Alea" tambahnya ketika Alea telah melangkah menuju pintu keluar.

Alea tersenyum lalu mengangguk. "Siap pak"

Setelah Alea melangkah keluar dari ruang guru, Keano pun menutup pintu.

"Lu kelas apa?" tanya Keano.

Alea terdiam sebentar. "Kelas X IPS 2 kak, dari kantin belok kiri"

Keano mengangguk sekali. "Pulang sekolah tunggu dikelas aja. Nanti jalan bareng"

Belum sempat Alea menjawab, Keano telah berbelok dan berjalan menuju kelasnya sendiri.

Alea ditinggal sendiri ditengah koridor. Ia heran bagaimana cara ia dapat berbelanja dengan tenang apabila ditemani oleh Keano.

Alea segera berjalan menuju kelas. Ia harus mendiskusikan hal ini dengan Faren dan Kiara.

***

AleanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang