9. Astaga

96 3 19
                                    

***

"Selamat pagi kak Keano!"

Keano yang merasa namanya disebut pun berbalik dan menemukan Alea yang sedang tersenyum lebar.

Keano mendengus, mood pagi nya seketika rusak. "Pagi"

Alea masih tetap menatap Keano dengan senyuman ramahnya, dan hal itu berhasil membuat Keano risih.

"Apa sih?!"

"Coba perhatiin aku kak, tau gak apa yang kurang?"

"Gak tau dan gak mau tau"

"Ayo dong kak Keano! Tebak apa yang kurang"

Keano menghembuskan nafasnya kasar dan mau tidak mau ia menatap Alea.

"Astaga cil, lo gak bosen cari masalah ama gue ya?"

Keano memijit pelipisnya setelah melihat atribut Alea yang tidak lengkap, gadis itu tidak menggunakan dasinya.

Alea justru senang ketika Keano menyadari itu. Senyumnya semakin lebar. Ternyata ide dari Faren dan Kiara memang berhasil.

"Pakai dasi lo" titah Keano tegas dengan tatapan datarnya.

"Gak mau"

"Pakai"

"Gak mau, kak Keanooo"

"Pakai atau gue laporin bu Dewi"

Alea mendengus, terpaksa ia mengeluarkan dasinya dari tas. Namun ia tak menyerah.

"Kak Keano pasangin" Alea mengayun-ayunkan dasinya tepat didepan wajah Keano.

Keano menatap Alea penuh kesal. "Gak"

"Ayolah kak Keano, aku gak akan pakai kalau bukan kakak yang masangin"

"Sekali enggak tetap enggak" Keano menahan dasi Alea untuk berhenti berayun.

"Pasangin dong kak"

"Enggak Alea! Selagi masih punya tangan, dimanfaatin" bentak Keano.

Alea cemberut. Menyadari Keano tak akan melakukan permintaannya, ia pun memasang dasinya sendiri.

"Udah" Alea tersenyum bangga. Manis sih, tapi nyebelin.

"Ya sudah, sana ke kelas lo!" usir Keano yang kehabisan kesabaran menghadapi Alea.

"Anterin"

Menyadari perubahan wajah Keano yang terlihat semakin galak dan kesal, Alea pun berlari, meninggalkan Keano sambil tertawa kecil.

Sepertinya Keano akan mengundurkan diri dari OSIS bila harus berhadapan dengan Alea setiap hari.

Untung saja hanya ada satu Alea di sekolah ini.

***

Seluruh siswa kelas X IPS 2 sedang berkumpul di lapangan. Saat ini mereka sedang mengikuti pembelajaran olahraga yang kebetulan materinya kali ini adalah basket.

Setelah mendapatkan sedikit penjelasan dari guru olahraga mereka, mereka pun dipersilakan untuk mengganti seragam.

Alea, Faren, dan Kiara baru saja selesai mengganti pakaian mereka menjadi pakaian olahraga. Mereka bertiga langsung bergabung ke arah teman-teman kelas mereka yang sedang berlatih mengoper bola.

Di tengah-tengah latihan, Alea kehilangan fokusnya. Matanya menangkap sosok Keano yang sedang berjalan dikoridor dengan beberapa tumpukan buku di tangannya.

"Kak Keano! Hai!" teriak Alea sambil melambai-lambaikan tangannya pada Keano. Keano menatap Alea jengah.

"ALEA! AWAS" teriak Faren. Bola yang hendak dioper oleh Jeremy kepada Alea menjadi salah sasaran karena Alea tidak menangkap bola itu.

BUGH

Kepala Alea terhantam bola basket. Kepalanya terasa pusing dan seluruh teman kelasnya mengerumuni dirinya yang terduduk di tanah, menutupi pandangannya.

Hal terakhir yang ia lihat adalah sosok Keano yang tertawa lebar saat bola mendarat tepat di puncak kepala Alea. Dasar.

Teman-teman kelas Alea ada yang prihatin dan ada yang menertawai Alea. Lebih banyak yang menertawai sih..

"Otaknya makin geser deh"

"Mampus lo, ntar makin goblok, Le!"

"Seandainya badan lo tinggi, Le, mungkin kepala lo gak bakal kena bola"

"Lain kali main basket pakai helm, Le"

"Makanya jangan liat cogan mulu!"

"Duh, maafin gue Lea, gue gak sengaja"

Telinga Alea masih sedikit berdengung. Ia mendengar semuanya namun tidak terlalu jelas.

"Le, maafin gue dong" pinta Remy.

"Alea! Yuhu! Lo gak mendadak budeg karena kena bola kan?" ucap salah satu teman kelas Alea yang bernama Griffin.

"Apasih lo, ngaco tau gak" Kiara menyenggol lengan Griffin. Griffin hanya tersenyum memamerkan deretan giginya.

"Alea, maafin gue, gue gak sengaja" ucap Remy lagi.

Alea hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Ia tak tau harus berkata apa. Tidak mungkin ia memarahi Jeremy, karena memang ini kesalahannya sendiri yang tak memperhatikan bola.

Sedikit demi sedikit, pusing dan dengungan yang ia rasakan sudah mulai berkurang.

"Emangnya sakit ya, Le?"

Pertanyaan Remy membuat Alea menatap tajam Remy. "Gue coba lempar ke lo juga deh, biar lo yang rasain sakit apa enggak"

Mendengar jawaban Alea, seketika Remy bergidik ngeri lalu tertawa kecil.

Setelah Alea merasa lebih baik, Faren dan Kiara pun membantu Alea untuk berdiri lalu mendudukkan Alea di pinggir lapangan. Sedangkan latihan tetap dilanjutkan tanpa Alea.

Guru olahraga mereka hilang entah kemana. Dan Alea bersyukur atas hal itu. Setidaknya ia tidak perlu membuang-buang tenaganya untuk berlatih tetapi ia tetap akan mendapatkan nilai yang bagus.

Dirinya memang bukan tipe perempuan yang gemar berolahraga.

***

AleanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang