7. Ketahuan

107 5 4
                                    

***

Suara para siswa kelas X IPS 2 terdengar memenuhi koridor. Seluruh penghuni kelas sedang asik bercengkrama, menikmati jam kosong karena guru mereka sedang sakit.

"Panggilan kepada Alea Anastasya Valeron, X IPS 2. Harap untuk segera menuju ruang BK. Sekali lagi, panggilan kepada Alea Anastasya Valeron, X IPS 2. Harap untuk segera menuju ruang BK. Terimakasih"

Suara dari speaker terdengar dan berhasil membuat seisi kelas X IPS 2 terdiam dan memandang Alea.

"Mampus! Lo ngapain Lea?!" ujar Remy sambil menertawai wajah Alea yang terlihat sedikit panik.

"Adududuh, Alea sekarang nackal yah!" timpal Frayne.

Alea mendengus lalu berjalan meninggalkan kelasnya. Seingatnya, dia tidak membuat masalah apa-apa di sekolah sejauh ini.

"Permisi bu" Alea mengintip ke dalam ruang BK setelah mengetuk pintu beberapa kali.

"Masuk"

Alea berjalan perlahan. "Loh? Mama sama Papa ngapain kesini? Kak Keano juga kenapa ada disini?"

"Duduk dulu, Alea" perintah Bu Dewi selaku guru BK Castellar Highschool.

Setelah mendudukkan dirinya, Bu Dewi langsung angkat suara.

"Begini Pak, Bu, kenalkan ini Keano, ketua koordinator OSIS bidang keamanan tahun ini" ujar Bu Dewi.

"Keano disini akan memberikan laporan tentang Alea" lanjutnya. Mata Alea membulat, sedangkan kedua orangtuanya menatap penasaran Alea.

"Jadi om, tante, saya mau melaporkan bahwa sejak hari pertama masuk sekolah, Alea sudah beberapa kali terlambat, bahkan bisa dibilang sering" ujar Keano dengan wajah datarnya sambil memperhatikan buku keterlambatan.

"Mampus gue" batin Alea.

"Berkaitan dengan itu, poin kedisiplinan Alea harus dikurangi. Bapak, ibu, serta Alea juga harus menandatangani surat pernyataan untuk tidak terlambat lagi" lanjut Bu Dewi.

"Maaf Bu, tapi selama ini Alea selalu berangkat ke sekolah tepat waktu" balas Papa Alea.

"Hanya sekali saja Alea terlambat, hari pertama sekolah" lanjut Mamanya.

Alea semakin gugup, tubuhnya berkeringat.

"Benarkah itu, Alea?" tanya Bu Dewi.

"I-iya Bu"

"Lantas kenapa kamu sering terlambat?" tanya Bu Dewi lagi.

Alea terdiam beberapa saat. "Oke, oke, Alea mengaku. Maaf mah, pah, Alea emang berangkat tepat waktu, tapi Alea nongkrong dulu di depan sekolah"

Mama dan Papanya mengernyit heran. Sedangkan Keano dan Bu Dewi kompak menggeleng-gelengkan kepala.

"Alea memang sengaja pengen terlambat" ujar Alea sambil menunduk.

"Kenapa begitu nak?" tanya Papanya. Suaranya sangat meneduhkan, tidak ada amarah dalamnya.

Setelah mendengar pertanyaan tersebut, Keano membeku. Firasatnya buruk, benar-benar buruk.

"P-pengen ketemu Kak Keano, pah" jawab Alea. Keano berharap ia memiliki kemampuan menghilang saat ini juga. Wajahnya memerah. Ia menyerah menghadapi gadis kelewat polos di depannya ini.

Sontak Papa, Mama, serta Bu Dewi menatap Keano penuh selidik. "Kalian pacaran?"

"Eh? Enggak tan, anaknya tante tuh yang ngejar-ngejar saya" jawab Keano, nadanya meninggi karena terkejut mendengar pertanyaan itu.

Papa dan Mama Alea hanya tertawa. "Ya sudah, bu, mana surat pernyataan nya?"

Raut wajah Bu Dewi berubah namun ia dengan cepat menutupinya. Ia langsung membuka laci mejanya dan menyodorkan dua lembar kertas penuh tulisan itu.

Bu Dewi memang terkenal sebagai salah satu guru yang menyebalkan. Ia sangat senang melihat para murid dimarahi oleh orangtuanya. Tak heran hampir seluruh siswa Castellar membenci Bu Dewi.

Setelah Papa dan Mama Alea selesai menandatangani surat tersebut, surat tersebut pun tiba di hadapan Alea dan dengan cepat ia menandatanganinya.

"Oh iya, Alea juga harus mengikuti hukuman selama seminggu, membersihkan kelas setiap pulang sekolah" ujar Bu Dewi.

"Ih kok gitu sih, bu?" Alea protes.

"Salah siapa terlambat?" balas Bu Dewi sambil menaikkan kedua alisnya.

"Salah siapa penjaga gerbangnya ganteng banget!" ujar Alea dengan cemberut.

Keano hanya bisa memaki Alea di dalam hatinya, mengingat kedua orangtua gadis itu masih ada dalam ruangan ini.

"Saya rasa pertemuan kali ini cukup, terima kasih bapak dan ibu sudah bersedia datang" ucap Bu Dewi, berdiri dan menyalami kedua orangtua Alea.

Alea dan Keano ikut berdiri. Kedua orangtua Alea terlebih dulu keluar ruangan, dan diikuti oleh Alea dan Keano di belakangnya.

"Lain kali jangan gitu lagi ya, Lea" tegur Papanya sambil mengelus puncak kepala Alea.

Alea mengangguk kecil. Setelah kedua orangtuanya pergi, Alea pun berjalan kembali ke kelas.

"Makanya cil, jangan terlalu polos. Sebelum bertindak, berpikir dulu"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Keano langsung berbelok memasuki kelasnya, lengkap dengan senyum tipisnya yang nyaris tak terlihat. Bahagia karena Alea akan mulai berhenti mengganggunya setelah ini.

Alea kembali cemberut. Artinya ia harus mencari cara lain untuk bertemu lebih lama dengan Keano.

Sungguh otaknya tak mampu lagi untuk memikirkan cara lain!

***

AleanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang