4. Lagi

142 3 2
                                    

***

Dari kejauhan, Alea dapat melihat sosok Keano yang sedang menjaga gerbang sekolah sendirian. Ia segera berlari memasuki sekolah walaupun terlambat.

Keano yang sedang memperhatikan siswa terlambat lainnya menulis di buku keterlambatan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat Alea.

"Lo lagi, lo lagi" ujar Keano datar.

Alea hanya tertawa manis dan dengan senang hati menuliskan namanya di buku keterlambatan.

"Apa alasan lo telat mulu?" tanya Keano.

"Karena gak dijemput kak Keano" Alea dengan polosnya menjawab.

"Kalau gak mau Alea telat lagi, yah, Kak Keano jemput lah" lanjutnya.

"Halu lo, cil"

"Nama aku Alea, kak Keano. Bukan Cil" Alea cemberut.

"Bocil, soalnya lo pendek"

Keano langsung memerintahkan Alea untuk berbaris di antara para siswa yang terlambat hari ini tanpa menunggu respon dari Alea.

Setelah mendapat hukuman lari keliling lapangan sebanyak dua kali, mereka lalu dipersilakan untuk masuk ke kelas masing-masing.

Alea sedikit berjinjit, mengintip kelasnya. TOK TOK TOK.

"Permisi bu, maaf saya telat"

Guru tersebut tidak menjawab namun langsung memerintahkan Alea untuk duduk di bangkunya.

"Ya ampun Lea, lo kenapa bisa telat di pelajarannya si guru killer sih?!" tanya Faren setengah berbisik.

"Gak papa, yang penting gue ketemu kak Keano" Alea tertawa kecil.

"Kayaknya lo udah gila ya" timpal Kiara lalu menempatkan punggung tangannya di dahi Alea, mengecek suhu tubuh Alea.

"Iya, gue gila akan kak Keano"
"Eh eh, katanya kalau dibuatin nama panggilan, artinya spesial kan ya?" lanjut Alea sambil tersenyum sumringah.

"Iya, emangnya kak Keano ngasih lo nama panggilan?"

"ALEA! KALAU GAK SUKA PELAJARAN SAYA, GAK USAH MANCING TEMEN KAMU RIBUT. UDAH TELAT, BERISIK LAGI. KELUAR!"

"Mampus" Alea menepuk dahinya sendiri, sedangkan Faren dan Kiara langsung terdiam.

"Ayo tunggu apa lagi?! Keluar!!"

Alea pun melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Baru saja duduk beberapa menit dikelas, dirinya sudah diusir.

"Heh lo ngapain disini? Bolos?"

Alea berbalik, menatap seseorang yang bicara padanya.

"Kak Jonah?"

"Iya, gue Jonah. Sekarang jawab pertanyaan gue"

"Pertanyaan apa kak?"

Jonah menghembuskan nafasnya, seandainya Alea laki-laki, mungkin wajah Alea sudah ia cakar-cakar sejak pertama bertemu.

"Lo ngapain disini? Bolos?" Jonah mengulang pertanyaannya dengan pelan. Berusaha sabar, ia masih takut pada Alea yang mengancam akan melaporkan dirinya kepada kepala sekolah.

Alea menggelengkan kepalanya. "Diusir dari kelas, kak"

Jonah tertawa. "Baru berapa hari sekolah dan lo udah di usir dari kelas. Hebat"

Alea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kakak sendiri ngapain disini? Di usir juga ya kak?"

Mata Jonah membulat. "Gue OSIS keamanan, dan hari ini giliran gue buat jaga koridor. Gue gak mungkin bolos atau di usir kayak lo"

Alea mendengus lalu duduk di bangku panjang yang ada di depan kelasnya.

"Eh Alea" Jonah ikut duduk disamping Alea.

"Maafin gue waktu itu ngehina lo ya, jangan laporin gue ke kepsek dong" Jonah memohon.

Alea memicingkan matanya sambil memegang dagunya, berpikir. Dan tiba-tiba sebuah lampu terang bersinar diatas kepalanya.

"Aku maafin kakak, dengan satu syarat"

Raut wajah Jonah berubah menjadi penuh tanya. Alea tertawa kecil lalu membisikkan sesuatu pada telinga kakak kelasnya itu.

Setelah menimbang-nimbang permintaan Alea, Jonah pun menjawab. "Oke, deal"

Alea tersenyum puas setelah Jonah meninggalkannya untuk lanjut memantau koridor. Ia pun duduk sambil menatap awan-awan yang bergerak di atas langit hingga waktu istirahat tiba.

***

"Tadi lo di luar kelas ngapain aja, Le?"

"Duduk"

Faren mendengus. "Maksud gue, selain duduk dan bernafas"

"Melihat dan mendengar"

Faren yang mulai kesal langsung mendiami Alea dan memilih untuk melihat ke sekelilingnya.

Kiara datang dan langsung duduk di samping Faren. Ia membawa makanan dan minuman pesanan mereka bertiga.

"Eh Lea, kak Keano beneran ngasih lo nama panggilan?"

Alea mengangguk sambil mengunyah kentang goreng yang ada dimulutnya.

Faren dan Kiara kompak membulatkan matanya. "Apa?"

"Cil, bocil. Katanya karena gua pendek, padahal kan dianya yang ketinggian"

"Emang lo yang pendek, sih" ujar Faren bercanda.

"Jadi lo baper nih? Cieee"

"Iya dong, berarti kan gue spesial buat kak Keano" ucap Alea sambil mengibaskan rambut sebahunya dan tersenyum lebar.

Faren dan Kiara hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalau kita ngasih lo panggilan juga, lo mau gak?"

"Haruslah! Kan gue juga spesial buat kalian"

"Monyed" Faren dan Kiara kompak tertawa.

"Apaan monyed? Nama panggilan gue dari kalian?!" tanya Alea yang bingung dan tak terima.

Faren dan Kiara tertawa semakin keras, sedangkan Alea hanya bisa mendengus dan lanjut menghabiskan makanan di piringnya.

***

AleanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang