Hari yang sebenarnya tak lagi dinanti Jansen tiba jua. Kalau boleh memilih ingin rasanya dia tetap tinggal di kota penuh kehangatan ini. Kota yang terpisah jarak belasan ribu kilometer dari tanah kelahiran. Membuat dirinya tak akan mungkin mampu melupakan semua keindahan dan keanggunan khas tanah Preanger. Tempat di mana hatinya tertambat.
“Semua sudah siap, Tuan ….”
Suara merdu mendayu yang sangat familiar di telinga Jansen itu membuat kepalanya menoleh. Euis berdiri dengan membawa tas-tas berisi perlengkapan sang tuan. Lelaki itu menatap Euis sangat dalam. Ingin dia ukir wajah perempuan itu dalam hatinya. Sarina-nya yang akan dia tinggalkan sesaat lagi.
“Haturnuhun, Euis …,” sahut Jansen tersenyum yang tampak jelas dipaksakan.
Euis menganggukkan kepalanya. Berusaha membalas senyum sang tuan. Meskipun hatinya perih tak terperi. Awan kesedihan menggantung di wajah keduanya. Semalam mereka telah bicara banyak hal. Keduanya berusaha menikmati detik demi detik waktu yang makin mendekat sebelum perpisahan itu tiba. Euis mengingat jelas ucapan tuannya.
“Hiduplah dengan bahagia sepeninggalku, Euis. Lepaskan dirimu dari kehidupan sebagai sarina. Kehidupan di mana nasib baik tak berpihak padamu.”
Jansen berucap sembari membelai rambut Euis yang tergerai di dada lelaki itu. Perempuan itu terdiam. Harus dia akui, benar adanya yang diucapkan sang tuan. Kebahagiaan yang dia harapkan tak dia dapatkan sebagai seorang sarina. Penderitaan demi penderitaan sajalah yang datang menghampiri. Telah berganti tuan yang memiliki dirinya. Namun, tak kunjung jua kebahagiaan itu datang. Kala kebahagiaan mulai menghampiri. Nyatanya kini, Tuan Jansen, lelaki yang dia cintai pun akan pergi meninggalkan dirinya.
“Sungguh, jij harus keluar dari semua ini. Ik telah menyiapkan sedikit uang untuk jij memulai hidup di luar tangsi. Ik tahu kehidupan di luar sana sama tak ramahnya dengan di dalam tangsi. Namun, setidaknya jij bukan milik siapa pun. Jij milik dirimu sendiri.”
Kalimat demi kalimat yang terucap dari bibir sang tuan membuat Euis tersadar. Dia memang harus mengakhiri hidupnya sebagai seorang sarina. Meskipun tak mudah dia harus keluar dari kubangan kotor di dunia ini. Berusaha menata hidupnya lagi. Kehidupan di mana tak akan dilihatnya lagi sang tuan yang Euis cintai. Tuan Jansen.
Jansen mengambil tas-tas perlengkapannya dari tangan Euis. Meletakkannya di lantai barak di sisi ranjang. Tempat di mana dia dan Euis telah menghabiskan kehidupan bersama sekian puluh purnama. Kehidupan yang tak akan mungkin sanggup dia lupakan. Jansen mendekati perempuan di hadapannya. Lembut dia menyentuh pipi Euis. Kemudian beralih ke hidung dan mata perempuan geulis itu. Wajah Jansen mendekati wajah Euis. Masih dengan kelembutan yang luar biasa, untuk terakhir kalinya lelaki itu mencium Euis. Ciuman perpisahan antara dua anak manusia yang harus terpisah karena takdir.
Waktu seakan berhenti sesaat. Memberikan ruang bagi keduanya untuk merasakan saling memiliki untuk terakhir kali. Ketika semuanya usai dan waktu berputar kembali. Jansen membelai rambut Euis yang tergelung rapi seraya berkata,
“Jaga diri jij ….”
Euis menganggukkan kepala. Mata perempuan itu sayu. Dia berusaha untuk tak menangis di depan sang tuan. Lelaki yang telah pernah memberinya rasa tentang arti kebahagiaan dan disayang.
Jansen membelai lagi pipi Euis sebelum mengangkat tas-tasnya dan melangkah perlahan meninggalkan barak. Diikuti langkah kaki Euis di belakangnya. Setelah semua protokoler yang harus dilalui. Jansen pun melangkah pergi. Dia melarang Euis untuk mengantarnya ke stasiun. Lelaki itu tak ingin membuat hati perempuan itu makin terluka karena perpisahan mereka. Sesaat sebelum meninggalkan tangsi, Jansen melambaikan tangannya untuk terakhir kali pada Euis, sarina-nya.
***
-bersambung-
#sarina #bab8part2 #najmubooks #apnb #nyai #moentji #gundik #kisahnyai #nyaitentarakolonialhindiabelanda #fiksi #fiksisejarah #tentara #tangsi #barak #historicalfiction #lovestory #bandoeng #bandung #history #hindiabelanda #nyaibelanda
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarina
Historical FictionKisah Euis, perempuan melankolis berdarah Sunda yang menjadi nyai tentara kolonial Hindia Belanda karena terpaksa. Apakah Euis akan menemukan cinta sejatinya?