Tiga tahun kemudian...
Penata panggung, Satya Dirgahayu berusaha menjelaskan pada satu pria keras kepala yang dia pernah kenali seumur hidupnya. Jika bukan demi kepentingan para promotor, Satya malas bekerja bersama penyanyi sombong, keras kepala, tidak tahu diri, dan bersikap seenaknya pada semua orang.
Dia kira, hidup adalah sebuah panggung hiburan. Oh jelas, bagi seorang Pravinda Arjanta, membayar pinalti pembatalan konser menurutnya mudah saja. Duit yang baru saja Prav keluarkan dan tertulis dalam sebuah cek bukan lagi nominal yang kecil. Memangnya, apa lagi yang tidak bisa Ankatara Pravinda Arjanta lakukan?
"Saya tidak bisa melakukan konser ini, jadi silakan batalkan saja." ujar Prav dengan entengnya, bersama sang manajer yang tampak bungkam tidak punya hak untuk berbicara.
Satya geram, dia merasa dibuat gila dalam beberapa jam sehari ini. Tolong, besok adalah konser pertama Pravinda setelah hiatus selama tiga tahun.
"Promotor sudah─"
"Dan saya sudah membayar pinalti, Bu Satya." tegas Prav kepada Satya.
Bu Satya. Satya pikir ada yang salah dengan otak Prav, dia baru saja berusia tiga puluh tahun sementara itu Prav lebih tua darinya tiga tahun.
"Bapak Pravinda yang terhormat. Saya minta Anda untuk rehearsal siang ini bukan hanya untuk membatalkan konser!" tegas Satya setengah berteriak. "Ada banyak penggemar Anda yang sudah siap menunggu dan menikmati konser Anda esok hari, Anda pikir saya peduli dengan pembatalan konser yang akan Anda lakukan?!"
"Saya besok akan bertunangan!" balas Prav tak kalah tegasnya. "Pertunangan saya jelas lebih penting daripada apa pun, apa Anda pikir saya akan membiarkan wanita saya menunggu sampai konser saya selesai?!"
"Dan kenapa pertunangan Anda dilakukan saat hari H konser, Pravinda?!"
Prav malah mengangkat sebelah alisnya dengan wajah jumawa. "Because I can. Apa lagi? Ya sudah, Anda saja gantikan saya di atas stage."
"ANDA INGIN MAIN-MAIN BERSAMA SAYA, PRAVINDA?!"
Satya bangun dan menggebrak meja kantor dengan kepalan tangannya. Prav tersenyum tanpa dosa, Halim baru saja datang memasuki ruangan dan berusaha mencairkan suasana yang sudah begitu tegang.
"Ada apa ini, Prav?" tanya Halim dengan raut wajah menahan emosi. "Satya, maaf Prav seharusnya─"
"Cewek gue udah menunggu, Lim. Sori ya, gue batalkan konser besok." kata Prav lagi dengan sama gilanya.
"Prav, kasihan promotor yang sudah menyiapkan segalanya." ujar Halim berusaha bernegosiasi dengan manusia keras kepala.
Neshi, dan Adjie yang baru saja masuk ke dalam ruangan hanya bisa menghela napas ketika melihat wajah Satya Dirgahayu yang sudah masam, sengak, dan siap melemparkan bom atom pada wajah Prav.
Prav hanya menarik napasnya dan berdiri diikuti oleh manajernya yang sejak tadi diam saja. "Well, undur konser atau gue batalkan saja semuanya."
"OKE UNDUR KONSER!" seru Halim penuh semangat. "Iya, kan, Bu Satya?" ujar Halim kini berusaha mencoba membuat Satya menerima keputusan Prav.
Satya menatap tajam Halim sebelum menggeleng. Namun promotor konser Orkan Lentera mengangguk pasrah daripada harus menerima pandangan buruk dari orang-orang kepadanya, atas pembatalan konser Prav. Manusia seperti Prav bisa saja membuat kalang kabut dunia musik, impact manusia itu besar, makanya selain sombong dia juga punya nama yang besar sebagai ARJANTA.
"Baik, undur konser." ujar Orkan setuju.
Prav keluar dari ruangan bersama manajernya, ditemani Adjie dan Neshi yang kini terlihat sebal kepadanya. Mungkin, marah? Oh Prav harus yakinkan diri kalau dia baik-baik saja menerima kemarahan para manusia-manusia yang selalu protes padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/216036040-288-k922722.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT
RomanceAnkatara Pravinda Arjanta adalah penyanyi dengan sifat yang seenaknya. Sejak debutnya delapan tahun yang lalu, Prav sudah mengganti managernya ribuan kali. Tidak ada yang tahan menjadi manager dari penyanyi dengan temperamental gila itu. Hingga akh...