21. Charge the normality

14.7K 1.5K 14
                                    

Harusnya ketika Prav mengajaknya untuk pulang bersama Jean seharusnya tahu jika ada sesuatu hal yang akan terjadi lagi selain tragedi rumah Paman Prav, cukup sekali karena kebodohannya ia diam dan menikmati Prav yang terasa dekat dengannya. Alih-alih begitu, eh ternyata hari ini terjadi kembali. Dimana jantungnya dan kewarasannya hilang entah kemana. Tidak ada perlawanan, bahkan tenggorokannya tercekat hanya untuk mengatakan berhenti. Aneh, tapi nyata. Ternyata ini adalah bentuk dari rasa bodoh sih kalau menurut Jean. Ia belum pernah merasa se-cengo itu di hadapan pria, bahkan di hadapan mantannya sekaligus. Prav seakan-akan mempunyai badan magnet yang membuatnya tertarik dan melekat lebih dalam. Serta, mengungkungnya habis-habisan tanpa sisa.

Ck, bego... Ciuman, pernyataan, dan tatapan mata indah Prav yang sehitam jelaga itu akan menghantui tidurnya malam ini. Meraba untuk kesekian kalinya, bibir yang sudah disesap habis-habisan itu ternyata masih terasa untuk Jean. Jean tak mau egois, namun memiliki kenangan dan menikmatinya sendirian akan menjadi seni dan kerjaan baru untuknya. Jean tahu hubungan Prav dan Selena tidak sedekat dulu lagi, ia melihatnya sejak kepulangan dari LA, Prav bahkan terang-terangan terlihat tidak peduli pada Selena. Selanjutnya, yang ia takutkan adalah kabar mengenai dirinya dengan Prav yang bisa menjadi malapetaka untuk karir Prav.

Tidak, Jean menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia akan memastikan terlebih dahulu. Hengkang secepat mungkin dari HG dan menjauhi Prav. Shit, kenapa kedengarannya gue seperti pengecut? Batin Jean. Ia meringis meratapi dirinya sendiri. Tidak ada yang salah, namun di sini ia masih terikat kontrak sebagai manager Prav. Bukannya membantu, ia malah menikmati ciuman yang Prav berikan padanya tadi? He's a good kisser? Jean menganggukkan kepalanya tanpa sadar. Dewi batinnya tengah berbicara, apa yang sebenarnya Prav lewati? Itu pertanyaan terakhir yang Prav berikan kala kedekatan mereka. Dan kedekatan kedua tadi, Prav menyatakan cintanya. Apa pria itu bodoh?!

He has own feeling, and I can't denial it! Karena Jean pun merasa mau sejauh mana pun ia denial ia akan merasakannya sendiri, Prav mempengaruhinya sekuat itu. Tarikan napas Jean lakukan berulang kali, menormalkan pikirannya, apa yang harus ia lakukan sekarang? Waktu bekerja dengan Prav hanya butuh sebentar lagi, mungkin satu setengah bulan? Ck, bahkan Prav belum menyelesaikan hubungannya dengan Selena dan pria itu seenaknya menyatakan cinta padanya?

Sarap, umpat Jean sekali lagi. Ia menatap ponselnya yang berdering sejak tadi, dan bahkan ada beberapa pesan masuk dari Pravinda. Tahu apa? Jean pikir ini akan terjadi sesuatu yang lebih buruk, atau tidak Prav akan mengatakan maaf tadi gue kelepasan dan terbawa suasana. Demi apa pun, Jean akan merasa kalimat tadi terdengar lebih baik untu ia tanggapi.

Pravinda:

Don't worry, jangan terlalu
dipikirkan. Aku tidak ingin
terburu-buru.

20.40 p.m

Mata Jean membeliak, melihat kata yang tidak pantas bahkan tidak pernah mau ia temui. Aku, what the hell?!

Pravinda:

You know what? Thanks
Jeanarta.. Setidaknya kamu
nggak marah dan pukul aku
karena sudah kurang ajar
mencium kamu seenaknya..

20.42 p.m

Iya itu lo tolol! Jean merasa tubuhnya mendidih saat ini, merasakan telapak tangan Prav yang besar mengusap lengannya tadi...

"Ah shit! Dasar Pravinda sialan!" teriak Jean membanting ponselnya.

"Jean?" Bundanya baru saja mengetuk pintu kamarnya.

Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang