14. Planning Prav

13.4K 1.4K 14
                                    

Prav terkekeh pelan ketika memandangi jalan raya yang begitu macet. Ketika di sisinya Vincent yang tengah menyetir kalut dan rasanya bosan sudah satu jam terjebak macet, berbeda dengan Prav yang tengah tersenyum sendiri dan membuat Vincent ketakutan setengah mati dengan sikap Prav yang tiba-tiba.

Ini bukan sesuatu yang baru bagi Vincent. Namun, melihat bagaimana sikap Prav yang berubah setelah mendapati manajer seperti Jean, Prav sedikit disiplin dan tidak membuat onar kembali di perusahaan. Bahkan Halim pun menyetujui apa yang Vincent pikirkan. Jean dapat mengubah Prav, hanya dalam kurun waktu tiga bulan ini.

"Lo kenapa ketawa sendiri sih? Gue jadi takut." kata Vincent pada Prav.

Prav tersadarkan oleh pikirannya yang penuh mengingat wajah Jean yang terlihat sangat kesal padanya tadi. "Inget nggak, wajah Jean sekesal itu tadi sama gue?"

"Tsk, jangan lagi lo ngerjain manajer lo lusa di perusahaan. Ada jadwal performance, kan? Kampus mana yang minta lo datang jadi guest?"

"IPB, gue manggung disana."

"Ah, lumayan juga sih.. Lo mau nginep di hotel?"

Prav mengangguk. "Iya, lumayan juga kalau acara kampus begitu biasanya macet, lagi pula gue udah lama nggak ke Bogor."

"Jean tadi kasih jadwal sama gue, dia bilang lo hari ini actually tonight Jean said want you to rest at home." kata Vincent mengingatkan.

Prav mengangguk dengan senyumannya. "Iya,"

"Tumben nggak ada bantahan? Udah mulai jinak lo sama manajer lo?" goda Vincent.

Masalahnya, bukan itu.. Tapi Jean sudah mengaktifkan GPS pada jam tangan dan ponselnya, Prav tidak bisa berbohong jika Jean memantaunya kali ini.

"Jean kan pantau gue dari GPS."

Vincent tergelak puas, mengingat sikap Prav yang suka kabur-kaburan itu mungkin tidak akan mempan. "Haduh, kaget juga gue waktu tahu Jean ternyata kalangan darah biru."

Prav menoleh menatap wajah Vincent dengan serius. "Maksud lo?"

Vincent mengusap tengkuknya dan memasang ekspresi wajah tak enak. "Tadi waktu di kasir gue nggak sengaja, uhmjangan bilang Jean lagi, okey?"

"Oke." kata Prav dengan serius karena penasaran.

"Gue tadi lihat black card-nya Jean, Amex-nya dia pakai nama dia. Very important people banget nggak tuh Jean? Atas nama dia lagi."

Prav mengangkat sebelah alisnya. "Oh ya?"

Vincent mengangguk. "Iya, meskipun Jean tadi agak sembunyi-sembunyi juga, tapi gue udah tahu akhirnya kalau ternyata dia, well Kanaya Jeanarta Renggarasvati Brata. Dia anak Rodeo Brata, berarti kan?"

Prav mengernyitkan keningnya bingung, lantas mengingat nama Rodeo yang disebutkan oleh Vincent agak membuatnya mengingat. "Seriously? She is a Brata's daughter?"

"I see that name, Prav!" kata Vincent dengan sungguh-sungguh. "Selama ini gue maupu orang perusahaan nggak ada yang bahas orangtuanya, tapi setelah tadi gue tahu nama panjangnya dia dan Nick Jonathan Brata adalah suami Kakak iparnya tadi membuat gue semakin yakin."

Prav tentu saja mengingat siapa Rodeo Brata. Rodeo Brata adalah sahabat almarhum Papanya, dan semasa Prav kuliah Papanya pernah mengajak Prav agar bergabung dalam proyek kilang minyak di Batam dan Prav sempat berkenalan dengan Rodeo Brata.

"Ya, memang dia anak Rodeo Brata, Vincent."

"Tapi kenapa dia harus bekerja jadi manajer?" tanya Vincent kembali mengundang rasa penasaran.

Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang