46. Will be name..

12.9K 1.1K 4
                                    

Dengan usia kandungan enam bulan, Jean memutuskan untuk cuti─sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Memang ya, Jean itu meskipun adik dari Nakula Brata, dia tetap saja pengacara junior yang hinggap karena privilege keluarga dan bisa bergabung dengan kantor firma hukum bergengsi itu.

Jadi, jangan kira kesenjangan itu tidak ada. Dia bahkan beberapa kali mendengarkan komentar tidak enak dari beberapa advokat di sana. Tapi pria yang namanya Nakula Brata, jelas tidak peduli kalau adiknya mendapatkan komentar sirik atau disebut sebagai anak istimewa di kantor firma.

Karena kerjasama antara suaminya dan Nakula juga lah yang membuat Jean banyak menghabiskan waktu di rumah dibandingkan berkutat dengan beberapa kasus klien yang terbengkalai. Bahkan, Nakula rela mengganti dan mengambil alih semua kasus yang Jean pegang karena kehamilannya ini.

Prav ikut berhenti dari dunia entertainment. Dia tetap akan membuat musik, namun perihal melanjutkan dan kembali menyapa penggemarnya masih belum tahu kapan pastinya.

Well, Jean tidak akan banyak menuntut untuk hal itu. Prav punya pilihannya sendiri dan berhak menentukan mana yang paling benar menurutnya.

"Calon Mama cantik banget." puji Kia yang baru saja datang bersama Britja, membawa satu paper bag cake Harvest yang diinginkan Jean sejak semalam.

"Nyantai aja dong mujinya, ada yang nggak mau kalah nih di dalam perut."

Setelah tahu jenis kelamin bayi yang dikandung oleh Jean, semua sepakat memanggil anak Jean sebagai─anak Peri. Entah gelar itu datang darimana, yang jelas Jean bisa menebak siapa lagi kalau bukan Prav, ayah dari anak yang ia kandung?

"Peri nggak mau kalah, ya?" kata Britja mengusap perut Jean. "It's okay, Peri.. Kita percaya kalau kamu baka lebih cantik dari Mama kamu, Sayang.."

Lalu tendangan dari dalam perut Jean berhasil menyapa telapak tangan Britja, sang Oma yang kini ikut terkejut. "Senang ya, Nak? Iya, Nak.. Nggak ada yang bakal kalahin cantiknya kamu."

"Hadeuh.." Jean mengelus perutnya sendiri dan mulai mengajak anaknya berbicara. "Mamanya jangan dijadikan rival gitu dong, Peri..."

"Makan cake-nya mau kapan nih? Keburu di borong sama Nick lho!" kata Kia mengingatkan.

Lalu suara pintu apartemennya yang terbuka kini menampilkan Rodeo Brata dan Indri Lia yang baru saja datang. "Prav mana?" tanya Rodeo pada Jean.

"Masih di kantor, Pa.. Bentar lagi dia pulang."

"Kamu sendirian di sini?"

"Nggak, aku sama Mama Britja, ada Kak Kia juga. Kenapa sih, Pa? Tenang aja.."

"Ya masa kamu ditinggal sendirian?" protes Rodeo.

"Mas!" ujar Indri kini angkat bicara. "Jean masih mengandung enam bulan, bukan sembilan bulan."

"Ya tapi tetap aja.. Nggak baik orang hamil ditinggal sendiri."

"Terus, kamu mau Papanya jadi pengangguran?" timpal Britja kali ini.

Jean tersenyum meledek Papanya. Memangnya enak diserang oleh dua istri sekaligus? Pada akhirnya, dia kalah juga, kan..

"Ya udah, jalan alternatif lain kalau Jean sendiri dan Prav harus ke kantor sebaiknya Jean diantarkan ke rumah saja dulu."

Jean meringis sebal memakan cake-nya. "Aku bukan anak kecil yang harus dititipin di day care, Pa."

Kia terkekeh pelan. "Papa tuh abis parno, Dek.."

"Parno kenapa?"

"Sebelah rumah, keluarga Om Wagito, anaknya yang perempuan Carlina ya, Pa?" tanya Kia memastikan, lalu Rodeo Brata mengangguk. "Jatuh dari tangga, Dek. Dan literally, kehamilan delapan bulan jatuh begitu aja, langsung lah operasi SC."

Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang