22. The question

11.9K 1.3K 17
                                    

Jean tidak memberikan ancaman sepenuhnya ancaman pada pria itu. Tapi melihat kepercayaan diri Prav yang hadir di depan Bundanya kini, Jean pikir pria itu memang ingin mencari masalah. Ya, tentu saja masalah besar.

Setelah kurangnya Indri Lia membujuk Jean agar mau menghampiri rumah utama yang berisikan kedua kakak laki-lakinya, satu kakak ipar perempuannya yang bawel—Kia dan lagi Papa dan Mamanya, Rodeo Brata dan Britja Jayanti. Akhirnya Jean mau hanya untuk makan malam.

"Ada tamu, mungkin tamu untuk Papa." kata Nakula pada Rodeo.

Rodeo mengangguk, belum selesai ia melihat putrinya yang berubah menjadi canggung Rodeo pergi menghampiri tamunya.

"Masih kerja? Kerja di mana sekarang kamu, Dek?" tanya Nakula pada Jean.

Jean tersenyum miring. "Sama dia!" tunjuk Jean pada pria yang tengah melihatnya dengan senyuman.

Prav datang bersama Xavier, asisten sekaligus sekertaris yang bertanggung jawab untuk pekerjaan di luar negeri. Berbeda dengan Siska. Sejak tadi Rodeo Brata dan Prav memang banyak membahas tentang bisnis, dan Rodeo Brata yang salut mengetahui anak sahabatnya kini sudah menduduki kursi mendiang temannya.

"Kamu?"

Prav mengangguk sopan. "Maaf, dia memang menjadi manajer saya."

"Cih, so sopan banget lo!" cecar Jean akan sikap sopan Prav yang mendapatkan jitakan kecil dari Nick.

Nick tersenyum miris. "Maaf ya, untuk beberapa hal kayaknya lo harus tahu. Adek gue ini nggak punya sikap yang manis, jadi selama ini lo kerja sama dia aman-aman aja, kan?"

"Lo penasaran, Kak? As usual, Jeanarta profesional dan persuasif." timpal Jean percaya diri memuji dirinya.

Nick mendengus kesal. "Bagaimana keprofesionalan lo itu bukan ditentukan oleh diri sendiri!"

"Oh stop it!" potong Nakula melerai perdebatan adik-adiknya. "Prav di sini tamu Papa ya.. Lo berdua kalau mau ribut mending minggir saja!" balas Nakula kesal.

Jean memberenggut, melihat kedua kakaknya yang tengah saling berbincang dengan Prav. "Kenapa lo ke sini, sih? Lo udah tahu sekarang tempat kabur gue?" tanya Jean pada Prav.

Nick langsung tertawa puas. "Ada udang di balik batu! Pantas aja, kapan hari dia mau ke sini? Kalau cuman karena—ah! Dek sakit!" teriak Nick kesal karena mendapatkan gigitan pada lengannya.

Kia tertawa, setelah album Prav yang ia beli sudah di tandatangani oleh Prav ia tak bisa berhenti tersenyum. "Sayang, ini semacam fan sign gratis! Tahu nggak? Kalau mau ketemu Prav minimal harus beli beratus-ratus album dulu biar bisa ikut fan sign-nya dia."

"Too much information, nggak penting!" hardik Jean.

Kia membulatkan matanya, sementara Nick merangkul bahu Jean gemas. "Ada apa sih sama lo Dek? Ada masalah apa sampai se-sinis itu sama penyanyi lo? Bukannya jadi manajer tuh harusnya lo dukung dia?"

"Woy berisik lo Kak!" Jean berteriak memperingatkan Nick, tentu saja ia tak mau Papanya tahu bahwa ia bekerja menjadi manager Prav.

"Kenapa? Takut ketahuan Papa?"

Prav tertawa, melihat interaksi Jean dan kedua kakak laki-lakinya. "Muak, gue mau pulang aja!"

"Ma! Jean minta pulang lagi—"

Jean membungkam mulut Nick yang sudah berteriak. "Ah lo bacot banget!"

Nakula memegang dahinya yang terasa berkedut, melerai Nick dan Jean sama saja hal yang mustahil. "Berhenti," pinta Nakula dengan nada serius.

Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang