Jean sedang membaca beberapa promotor yang akan menyediakan konser Prav pada tahun ini. Prav akan menyelenggarakan tur pertamanya tahun ini di Los Angeles. Beberapa promotor bahkan sudah menanyakannya dan beberapa jadwal sudah harus dipastikan pas dengan yang lain.
Jean sedikit bingung dan mengabari Halim, Halim mengatakan bahwa ada kabar untuk Prav kembali ke dunia ranah syuting. Penulis buku novel best seller yang menulis beberapa kategori fiction adult young itu menggeret Prav untuk dijadikan peran utama.
Kepala Tim Produksi Anjani, menginginkan agar Prav menyetujui permintaannya kali ini. Karena menurutnya ini akan membuat nama Prav semakin tersohor di tanah air terutama di industri perfilman. Namun di balik itu semua yang Jean khawatirkan adalah, Prav harus fokus pada tur konsernya.
"Promotor Vietnam sudah hubungi gue dan dia minta bulan Februari lo harus available." ujar Jean pada Prav yang baru saja memasuki ruang kerja.
Dari sepanjang meja kerja yang berisikan lima kursi itu Prav memilih duduk di ujung meja dan berhadapan dengan Jean yang tengah membaca beberapa dokumen pengesahan konsernya. Halim mengatakan, bahwa meet and greet akan dilakukan di indoor tentu saja Prav mengerti apa maksud Halim, apa lagi kalau bukan karena wanita albino itu yang tidak bisa terkena terik panas matahari.
"Gue kapok datang ke Vietnam." ujar Prav mengeluh pada Jean.
Jean masih fokus melihat iPad-nya, dan Prav merasa ingin diperhatikan oleh wanita itu. "Beberapa fans di sana sangat gila, dan gue pernah di teror sampai hotel."
"Mm-hm, lalu?" tanya Jean yang sama sekali tak mengangkat wajahnya.
"Fans gue kasih boneka, tapi dalamnya ada kamera yang siap ngerekam gue kapanpun."
"Terus lo ketahuan lagi nganu? Atau mungkin lo sedang bertelanjang?" tebak Jean dengan kurang ajarnya.
Prav membulatkan matanya tak percaya dengan ucapan Jean dan rasanya sangat kesal mendengarkan pertanyaan dari manajernya itu. "Ya, gue cuman lagi telanjang dada aja untungnya. Lo kalau ngomong, nggak bisa apa di steril dulu?"
"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Jean tanpa rasa bersalah.
"Ya sedikitnya, lo punya malu kek kalau bahas begitu sama laki-laki!"
Jean terkekeh pelan lalu kini wanita itu mengangkat wajahnya dan menatap Prav. "Gue tanya sama lo, dan lo harus jawab jujur." pinta Jean.
Prav mengangkat bahuya acuh dan meminum air mineralnya. "Apa?"
"Apa kehidupan seks lo berjalan dengan lancar?" tanya Jean tanpa rasa malu.
Prav tersedak oleh air mineral yang berusaha ia telan. Wanita itu benar-benar berdarah dingin dan tak punya urat malu. "Apa urusannya sama lo?!"
"Itu bukan hal tabu buat pria berusia tiga puluh tahun, Prav." desis Jean kesal.
"Lo benar-benar gila—"
"Sudah gue bilang gue gila mengikuti lo, jadi tinggal jawab jujur aja. Berapa kali lo melakukannya dengan kekasih lo Selena?" sambar Jean memotong ucapan Prav.
"Hey!" teriak Prav.
Jean menyunggingkan senyumannya, merasa senang karena Prav tersulut emosinya. "Jujur aja, gue nggak bakalan ledek lo. Apa lo sesering itu melakukannya? Pakai pengaman, kan?"
"Kalau gue nggak pakai pengaman sudah gue jamin gue punya anak!" bentak Prav sengit.
Jean hanya mengangguk dan membulatkan bibirnya. "Jadi, lo biasa melakukannya, dan uhm, lo nggak pernah ganti-ganti pasangan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT
RomanceAnkatara Pravinda Arjanta adalah penyanyi dengan sifat yang seenaknya. Sejak debutnya delapan tahun yang lalu, Prav sudah mengganti managernya ribuan kali. Tidak ada yang tahan menjadi manager dari penyanyi dengan temperamental gila itu. Hingga akh...