"Terima kasih, Kanaya." ujar sang klien, Mahardika Putra yang berhasil dimenangkan kasus penculikan putrinya oleh Jean. "Karena kamu, saya bisa bertemu dengan putri saya lagi, dan semua kasus terbongkar."
"Ah, Pak Dika.. Saya bisa menyelesaikan ini semua dengan berkat dan bantuan para tim, saya terima kasih pada Pak Dika yang sudah percaya kepada saya."
"Kamu sangat berkompeten, saya percaya pada kamu." puji Dika. Lalu, putrinya yang sudah disekap selama tiga hari itu mendekati Jean.
"Tante.." panggil gadis kecil itu.
"Iya, Sayang?"
"Lain kali main ke rumah, ya?" ajak gadis kecil itu dengan penuh harap.
Jean mengangguk, menoleh pada sang Bapaknya yang kini ikut tersenyum kepadanya. Apakah masalah utama setiap duda itu sangat signifikan? Mereka terlihat sangat keren─meskipun dalam kenyataan Jean membayangkan betapa kerennya Dika menjadi sosok Ayah dan Ibu sekaligus untuk putrinya sendiri.
Pasti sulit, menjaga Keshia, gadis kecil itu yang kini selalu berterima kasih kepadanya. Padahal, Jean rasa dia tidak melakukan apa-apa selain polisi sendiri yang menemukan keberadaan gadis kecil itu.
Dika tersenyum kepada Jean kembali. "Kalau begitu, saya pamit. Jika kamu butuh sesuatu, tolong katakan pada saya, saya ingin memberikan beberapa hal untuk kamu."
Oh, Jean rasa itu berlebihan. "Nggak perlu, Pak. Saya sudah merasa cukup kok," tolak Jean dengan sopan. "Terima kasih."
Dika tersenyum lagi, sembari meraih Keshia ke dalam gendongannya. "Kalau begitu, dinner bersama kedua orang tua saya mau, kan?"
Bagaimana Jean menjabarkannya? "Iya, Pak?"
"Dinner, di rumah saya. Kebetulan Ibu dan Ayah saya ingin bertemu dengan kamu, Kanaya."
Oow, Jean tahu hal ini akan terjadi. Dia merasa tidak bisa menolak lagi tawaran Dika. "Saya akan usahakan, Pak."
Dika tersenyum lega. "Kedatangan kamu akan sangat berarti untuk saya."
Setelah Dika berpamitan, Jean hanya bisa termangu dan memikirkan beberapa cara seperti mengajak teman? Dia tidak mau datang sendirian dan banyak menerima interogasi yang bisa mengganggu kepribadiannya.
Hubungannya dengan Dika hanya selewat sebagai klien saja. Meskipun tidak menampik kalau gadis kecil itu sangat rapuh dan sangat pantas untuk di sayang. Dan Dika juga... Kenapa terlintas di benak Jean gambaran seorang istri yang baik?
Apa jika sudah seperti ini dia siap untuk menikah? Well, mengurus anak orang, melayani, meladeninya dengan titel semua terdengar cukup... Menyeramkan? Lalu, belum lagi jika dia hamil, dia harus mau mengandung anak dari suaminya.
Apa itu akan worth it dengan setiap kebahagiaan yang Jean akan dapatkan nantinya?
Terkadang, Jean merasa dunia selalu berpihak egois pada perempuan. Karenanya, perempuan banyak dituntut ini dan itu, harus begini dan begitu, semua hidupnya fokus pada suami jika sudah menikah. Jean rasa dia tidak mau memberikan seluruh kehidupannya pada suaminya nanti.
"Jean?"
Jean menoleh pada sumber suara, di sana ia melihat Prav─manusia yang paling dia tidak inginkan untuk bertemu, lalu Ruwi Arlatta, si tunangan Prav, dan Nana Damarys beserta dua anak kembarnya yang kini tengah berjalan mendekatinya.
"TANTE FROZEN!" teriak Kiraz, si gadis kecil kepadanya.
Kalau dihitung-hitung, sudah tiga bocah kecil yang Jean temui sekarang. Di tambah, manusia tidak ingat umur seperti Prav yang bertingkah seperti bocah kecil, melihatnya penuh dendam dan ketidaksukaan. Hei, memangnya Jean suka bertemu dengan Prav? Tentu saja tidak.
![](https://img.wattpad.com/cover/216036040-288-k922722.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT
RomanceAnkatara Pravinda Arjanta adalah penyanyi dengan sifat yang seenaknya. Sejak debutnya delapan tahun yang lalu, Prav sudah mengganti managernya ribuan kali. Tidak ada yang tahan menjadi manager dari penyanyi dengan temperamental gila itu. Hingga akh...