Makan malam di kediaman keluarga Arjanta membuat Jean sedikit canggung dan gugup. Rumah besar dengan banyaknya piring dan guci yang harganya jangan ditanya, Jean pikir Ibu dari Prav memiliki hobi mengoleksi benda yang mempunyai nilai harga tinggi, dan tentu saja unik dan ya porselen mulus mahal dan sangat menyilaukan mata.
Dibuat terkejut kedua kalinya kali ini bukan oleh harimau yang diawetkan dengan air keras melainkan patung kuda besar yang tengah menaikkan kedua kakinya ke atas dengan mulut terbuka. Kenapa hobi orang-orang kaya sangat aneh? Pikir Jean.
Lalu gadis berusia lebih muda darinya baru saja turun dari tangga besar dengan kayu jati yang melingkar itu tersenyum dengan lebar dan menyapa pada Prav.
"Bro you are here!"
Gadis itu berlari dan memeluk Prav erat, Jean dibuat kagum oleh wajah itu yang memiliki kesamaan dengan Prav.
"Mm-hm, bro kamu bau keringat, habis manggung?" tanya adiknya pada Prav.
Prav mengangguk, dan Jean sedikit ingin membenarkan dalam hatinya. Itu bukan keringat tapi feromone yang kuat pada tubuh pria itu, bahkan Jean sedari tadi bisa menciumnya dan ingin memeluk Prav.
"Kenalkan, dia manajer Kakak yang baru namanya Jeanarta. Dan Jean, dia Renjani adik gue." kata Prav mengenalkan mereka berdua.
Renjani menatap hangat namun tatapan itu tidak fokus karena kedua bola mata Jean yang berwarna berbeda. "Wow, your eyes.." puji Renjani.
Jean mengangguk sopan dan menjabat tangan gadis itu, "Salam kenal."
"Salam kenal juga!" balasnya hangat, lalu Renjani berjalan dua langkah mendekatinya dan berkata, "You are a albinism.."
Prav merasa tak enak, karena Renjani baru saja menyebut Jean albanism. "Uhm, actually ya I'm albinism." balas Jean kelewat santai.
Prav mengernyitkan keningnya, berbeda dengan Renjani yang sangat terpukau pada kedua bola mata Jean, "Matamu sangat indah, Kak.. Oh my God, kenapa gak jadi model aja di HG? Kayaknya aku harus bicara sama Om Halim."
Prav terkekeh pelan mendengar rentetan ucapan adiknya. "Dia manajer Kakak, Renjani. Mana mungkin dia bisa jadi model di HG."
"Bisa! Seriusan, maaf ya Kak kalau bikin risih but you are extremely beautiful, Kak. Mau nggak masuk konten aku?"
"Hush, jangan macam-macam kamu!" balas Prav yang tidak setuju dengan ide adiknya.
Jean tertawa, "Boleh kalau ada waktu luang nanti ya?"
"Asik!" pekik riang Renjani, "Aku mau makeup-in Kakak dan kita lihat perubahan hasilnya nanti, Kakak belum pernah ganti warna rambut, ya?" tanya Renjani.
Jean menggeleng dengan polos, tak jarang ia diperlakukan seperti ini karena orang-orang banyak yang menyukai iris matanya yang berwarna berbeda. "Belum,"
"Nah! Ayok kita coba lain kali, ya!"
Prav berdeham dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Sorry ya kalau bikin risih, adek gue memang bawel banget." kata Prav tak enak.
Jean menggeleng dan tertawa, tak biasanya ia mendapatkan Prav yang bersikap awkward apa karena sedang dirumahnya saja? "It's okey, gue suka sama adek lo, humble sekali."
"Thanks, Kak Jean!"
"Aduh, ini artis yang sibuk dan lupa sama rumahnya? Eh—bawa tamu toh kamu, Prav."
Mauli Kayani, Ibu dari Pravinda berjalan mendekatinya. Wanita setengah paruh baya itu tersenyum elegan dan menyambutnya dengan senyuman.
"Siapa ini, Nak?" tanyanya pada Prav.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT
DragosteAnkatara Pravinda Arjanta adalah penyanyi dengan sifat yang seenaknya. Sejak debutnya delapan tahun yang lalu, Prav sudah mengganti managernya ribuan kali. Tidak ada yang tahan menjadi manager dari penyanyi dengan temperamental gila itu. Hingga akh...