18. Heart is a way of survival

13.1K 1.3K 39
                                    

At parallel world:

Note, this is a delusion

Prav: I like you

Jean: Lol, why?

Prav: I like you,

Jean: No thanks

In a reality life—world full of fakeless

Jeanarta has a insecurity, so do not give her advice for loving you! Send from—God.

─────────────

Jean mematung mendapatkan tatapan Prav yang semakin aneh ia rasakan. Sekarang Jean seperti makhluk yang mempunyai dosa, dikit-dikit ia akan menghindari tatapan Prav padanya. Padahal, didepan pria itu ada yang lebih penting daripada menatap wajah Jean saat ini. Jean berdeham berkali-kali berusaha konsentrasi pada pengacara yang mengurus kenotarisan panti asuhan yang Ayah Prav bangun.

Ck, sialan si Prav minta di colok beneran sama gue matanya!

"Jadi, bagaimana Nak Pravinda? Apa Anda menerima kepindahan kuasa ini? Saat ini panti asuhan sudah menjadi sah milik Anda, dan semua kepengurusan panti asuhan ada di dalam dokumen, tercatat ada dua puluh anak panti yang kini tinggal disana."

Pengacara Papanya—Gupta adalah pengacara yang sama yang memberitahu ahli waris pada saat Papanya meninggal, dan kali ini Prav bertemu kembali dengan urusan yang berbeda?

"Kenapa Pak Gupta tidak bicara sedari awal saat pembagian harta warisan Papa?" tanya Prav penasaran.

Gupta tersenyum lalu mengangguk. "Ini awalnya hanya perjanjian diantara adik kakak, Pak Pramono dan Pak Hadi yang menyetujuinya. Saya kira, saat waktunya tiba saat ini lah Pak Hadi menyerahkannya kepada Anda."

"Lalu?"

"Tidak ada lalu Nak Prav, silakan tanda tangan surat kuasa ini. Kami akan mengaturnya dan membalik nama, tertera disana memang niat Pak Pramono membangunnya atas nama Anda sebagai putranya."

Prav mengangguk seksama, lalu Hadi tersenyum dan menepuk bahu keponakannya. "Maafkan Om selama ini, Prav."

Penyesalan yang Hadi buat memang tidak bisa tergantikan, Hadi akan terus menyesal jika mengingat kematian Pramono yang tak ia hadiri sama sekali. Rasa pertengkaran antar saudara membuatnya kehilangan segalanya. Urusannya dengan Prav sudah selesai, satu masalah yang harus ia hadapi adalah Bramantyo adik bungsunya yang keras kepala dan membencinya.

Setelah kepergian pengacara Gupta dari kediaman Hadi, Prav menghela napasnya melihat dan memikirkan kebaikan yang sudah Papanya lakukan sampai saat ini. Tuhan memang memanggil manusia yang disayangnya dengan cepat, bukan? Begitu juga dengan Papanya. Bahkan Prav tak pernah sampai meminta maaf dengan tulus, sebagai anak Prav banyak menyesali perbuatannya yang tak banyak memiliki waktu dengan Papanya.

Jean menepuk bahunya dengan menguatkan Prav, memberikan senyuman yang paling tulus dan berkata. "Gue yakin lo bisa mengembangkan panti asuhan yang Papa lo bangun, lo dipercaya, Prav. Lo bisa merawat anak-anak panti yang membutuhkan kasih sayang dan rumah bagi mereka."

Prav tersenyum sendu dan menarik napasnya. "Thanks, ya.. Gue nggak tahu lagi kalau lo nggak ada disini, mungkin gue nggak bakalan bisa nerima semua tanggung jawab yang Papa kasih."

"No, it's not because me. You are the stronger, Papa lo benar-benar percaya sama putranya."

"Lo, kenapa tumben baik banget sama gue?"

"Jadi gue mesti jahat sama lo?"

Prav tertawa. "Nggak, gue senang kalau lo sebaik ini sama gue, jangan bikin gue tambah suka sama lo dong, Je.."

Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang