Halim tidak tahu apakah dia harus senang atau merasa sedih. Prav menawarkan janji yang sangat menggiurkan. Si Tuan Tanah itu mengatakan kalau dia akan membangun gedung baru untuk HG Entertainment yang lebih futuristik, unik, dengan design modern class yang belum pernah ada di Jakarta.
Meskipun untuk saat ini, Tower A gedung HG Entertainment tergolong sudah cukup tua. Tapi Halim yakin, jika Prav sudah menawarkan kegilaan padanya, maka itu akan terjadi.
Prav bilang, desain bangunan akan dibuat 14 lantai, mencakup 5 lantai tanah bawah, serta 9 lantai tanah atas yang akan menjadi office. Semuanya belum termasuk dalam fasilitas auditorium, yang memungkinkan butuh dua lantai agar membuat auditorium besar dengan kapasitas yang memuat banyak orang.
Basis desain modern yang Prav tawarkan memang sangat membuat Halim semangat. Lantai tiga akan dibuat foodcourt dan area kebugaran untuk para artis. Gila, berapa lama Prav mendesain semuanya?
Tapi ternyata, dibalik kesenangan yang Prav tawarkan ada kegilaan yang Prav inginkan darinya.
Yaitu..
Menarik Jean agar menjadi manajer pria itu lagi.
Entah kenapa Halim merasa firasat buruk akan datang padanya jika dia menuruti keinginan Prav.
"LO GILA YA?!" sambar Halim penuh emosi ketika mendengarkan tawa Prav yang mengudara di ruangannya.
Vincent, duduk di sebelah Prav hanya bisa terkekeh pelan mendengarkan kegilaan temannya.
"Gue menawarkan kerjasama yang menguntungkan dong, Halim..." ujar Prav berusaha membuat Halim menuruti keinginannya.
Menjadi putra mahkota di HG Entertainment harusnya tidak sulit bagi Prav untuk memonopoli Halim.
"Bukan masalah menguntungkan. Jean sudah menjadi pengacara muda yang hebat, bagaimana bisa lo berpikir kalau dia bisa jadi manajer lo lagi? Turun tahta dari pengacara jadi manajer? Lo bercanda?!" gerutu Halim.
"Hanya dengan jadi manajer gue lah Jean bisa dekat dengan gue lagi..."
"KAGAK ADA!" tolak Halim lagi.
Prav mendengus. "Lim, dengar. Orang-orang belum tahu kalau Jean, pengacara terhebat di Brata Firm and Brothers is my ex."
"Lo mau ancam gue?"
Prav menjentikkan jarinya dengan tidak tahu malu. "That's what I mean."
"Nggak bisa, Prav." tolak Halim kini lebih tegas. "Jean sudah punya dunianya sendiri, dan lo nggak boleh mengusik dia lagi."
"Dan kenapa gue tidak boleh mengusiknya?" tanya Prav tidak terima.
Halim memejamkan matanya. Sementara Vincent berkata. "You dumped her for good. Dan gue saksi atas segalanya."
Vincent baru saja mengingatkan kejadian tiga tahun lalu kepadanya yang membuat Prav murka seketika. "Ah kampret! Gue juga manusia, bisa marah dan mengeluarkan emosi gue."
"Lo sih emosi tiap saat." sambar Halim. Halim tahu bagaimana pintarnya Jean me-manage situasi dan bagi Halim, dia percaya bahwa Prav tidak lagi punya nilai di mata Jean. "Menyerah aja sana lo, masih punya muka buat dapetin Jean?"
Prav mengangguk patuh. "Ini perintah dari Ibu Suri, dan gue nggak boleh menolaknya."
Kening Vincent berkerut. "Dan darimana Tante Mauli tahu kalau lo berhubungan dengan Jean?"
"Dari Nana."
"Oh God, that's crazy. Mungkin Mami lo terlalu mendambakan seorang menantu, right?" tanya Halim. "Masih ada cewek lain─"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Joy Be, Your Heart's Name. | TAMAT
RomanceAnkatara Pravinda Arjanta adalah penyanyi dengan sifat yang seenaknya. Sejak debutnya delapan tahun yang lalu, Prav sudah mengganti managernya ribuan kali. Tidak ada yang tahan menjadi manager dari penyanyi dengan temperamental gila itu. Hingga akh...