part 4

7.5K 570 0
                                    

Mobil milik tim Alaskan itu segera menjauh dari kediaman tim Vlcak yang sudah terlihat sangat berantakan akibat ulah mereka. Chenle segera menghubungi Sohee dan mengatakan jika mereka akan segera membawa Haechan pulang ke markas dalam keadaan anak itu yang pingsan.

Namun belum sempat mereka sampai ke jalan raya. Mobil mereka kembali terkena tembakan dari arah yang cukup jauh.

Anton yang menyadari arah tembakan itu memutuskan untuk keluar dari mobil dan pergi menjauh dari sana. Sedangkan yang lainnya masih berusaha melindungi Haechan yang masih saja pingsan.

Sebuah mobil berhenti di belakang mereka. Terlihat anggota kelompok Alaskan, yaitu Jaehee dan juga Sakuya yang terus saja memberi tembakan kearah mobil mereka. Di antara mereka hanya Sungchan lah yang bisa melawan. Karena Chenle sedang dalam keadaan terluka saat ini, dan Eunseok yang terus berusaha melindungi Haechan. Sedangkan Anton masih terus berusaha mencari tempat untuk membidik sniper yang terus menembaki mereka dari jarak jauh.

Tembakan terus terdengar hingga bom asap terlempar kearah tim Alaskan.

Mobil hitam dengan tampilan seksi nya itu. Berhenti di depan mobil Chenle.

Chenle yang melihat mobil itu langsung menghela nafas. Sepertinya bantuan sudah datang untuk mereka.

Terlihat Riku dan Wonbin yang berjalan keluar dari mobil sambil membawa senjata mereka.

Jaehee yang sudah berhasil menghindari bom asap itu dengan Sakuya, langsung berdecih pelan.
"Dia membawa dua orang sakit untuk melawan kami"

Tentunya "dua orang sakit" yang di maksud Jaehee adalah Riku dan Wonbin.

Riku segera berlari kearah mobil anggotanya yang lain dan berniat memindahkan Haechan. Namun tembakan kembali terdengar dari arah yang berbeda. Jaehee bahkan tidak membiarkan mereka untuk membawa Haechan. Wonbin dan Sakuya terlibat perkelahian, hingga membuat Wonbin tidak berdaya karena luka di tubuhnya masih belum terlalu pulih.

Sepertinya pertolongan mereka tidak ada gunanya saat ini.

Hingga satu tembakan yang secara tiba-tiba datang, hampir melukai Jaehee.

Jaehee menoleh ke sumber tembakan, dan menatap kearahnya.

Terlihat Jaemin yang keluar dari dalam mobil yang sedari tadi Riku dan Wonbin bawa. Pria tampan itu berjalan santai sambil terus menembaki pistolnya kearah Jaehee dan Sakuya.

"Sial! Mereka sangat banyak!"
Ucap Sakuya.

"Jangan khawatir, kita akan baik-baik saja"
Ucap Jaehee dengan tenang. Ia tetap bertahan bersama dengan Sakuya. Meskipun mereka kalah jumlah.

Hingga akhirnya Jaemin berhasil mendekati mobil anggotanya dan langsung memeriksa keadaan Haechan.

Wajahnya begitu dingin ketika melihat wajah pucat Haechan.

Segera lengan kekar itu melingkar di tubuh ramping itu untuk ia bawa dan pindahkan ke mobil miliknya.

Para anggota juga mulai berpindah ke mobil sebelumnya. Kecuali Riku dan Eunseok yang masih menetap di mobil sebelumnya.

Belum sempat mobil yang Jaemin naiki pergi. Kembali sebuah mobil menghadangnya.

Jaemin rasanya ingin membunuh siapa saja sekarang. Mengapa sangat sulit sekali untuknya membawa orang yang ia inginkan kembali ke mansionnya?

Tubuh tegap itu segera keluar dari mobilnya dan langsung mengarahkan pistolnya kearah mobil hitam itu.

Pintu mobil terbuka, dan terlihat Lee Jeno yang keluar dari dalam mobil itu. Pria tampan dengan wajah mempesonanya itu menatap adik juniornya itu dengan tatapan datarnya.

"Kau mencoba menghalangi ku lagi"
Ucap Jaemin yang sudah menurunkan senjatanya.

"Aku menginginkan anak itu"
Ucap Jeno tanpa basa-basi.

"Kau tau, aku lebih menginginkannya"
Balas Jaemin dengan tatapan dinginnya.

"Apa kau ingin melawan ku?"
Tanya Jeno dengan sedikit menantang.

"Kau yang memulainya"
Jawab Jaemin masih dengan wajah dinginnya. Jeno terdiam sebentar lalu mendapat sambungan telepon dari Yangyang, yang membuat Jeno sedikit kaget namun tidak terlihat jelas.

Ternyata Yangyang mengatakan jika, Anton sudah berhasil menembak Lucas.

Jeno kembali menatap kearah Jaemin.
"Aku akan membiarkan mu pergi"
Ucapnya.

"Tapi kita harus membuat perjanjian"
Lanjutnya. Jaemin terlihat mengangguk setuju. Setelah melakukan perjanjian yang sangat rahasia itu. Jeno membiarkan para yakuza itu pergi dengan membawa Haechan bersama mereka.

Jeno melirik kearah Jaehee dan Sakuya.
"Kembali ke markas!"

"Baik!"
Jawab mereka dengan serentak.













































Jaemin membawa tubuh lemah itu ke dalam kamar pribadinya. Ia segera memanggil Shotaro untuk menangani Haechan yang masih saja pingsan dan enggan untuk bangun.

"Aku takut, jika dia akan mengalami trauma"
Ucap Shotaro yang memeriksa denyut jantung Haechan. Jaemin tidak menjawab dan hanya menampilkan wajah datarnya.

"Chenle bilang. Mereka tidak menutup matanya"
Ucap Shotaro yang sudah berdiri dari acara duduknya. Jaemin masih tidak menjawab, namun ia mengepalkan kedua tangannya.

"Kau tidak perlu membalasnya. Dua sniper dan beberapa bawahan mereka sudah berhasil kita singkirkan"
Lanjut Shotaro yang kini mengelus lengan kekar Jaemin.

"Aku akan pergi. Kau yakin ingin menjaganya?"
Tanya Shotaro. Jaemin mengangguk.

Shotaro tersenyum dan langsung berlalu pergi dari situ.

Jaemin masih terus memandangi wajah manis Haechan yang mulai memiliki warna lagi. Tangan besar itu ia usapkan di pipi lembut Haechan.

"Maaf, aku melakukan ini pada mu"
Ucapnya dengan lirih.















































Markas mafia Alaskan

Ruang tamu yang sangat luas dan mewah itu tengah terisi oleh tiga manusia yang sudah sangat terkenal namanya.

Hendery dan Xiaojun masih terus memperhatikan adik atau boss mereka yang tengah duduk di depan mereka saat ini.

"Kau ingin menjelaskan sesuatu?"
Tanya Xiaojun kepada Jeno yang terlihat tenang meminum kopinya.

"Apa yang harus ku jelaskan?"
Tanya Jeno dengan tenang.

"Mengapa kau berniat merebut anak itu dari Jaemin? Apa kau punya urusan dengannya?"
Tanya Xiaojun penasaran. Sedangkan Hendery hanya diam saja menonton percakapan mereka.

Jeno masih diam membuat Xiaojun kembali bertanya.
"Kenapa kau tidak memberitahu kami?"

"Aku tidak ingin merepotkan kalian"
Jawab Jeno.

"Tidak ingin merepotkan? Atau kau tidak ingin kami tau?"
Balas Xiaojun dengan sedikit kesal.

"Jeno, kau tau ayah dan ibu mu menitipkan mu kepada kami. Kau sudah seperti adik kandung untuk kami"
Ucap Xiaojun yang berhasil membuat Jeno menghela nafas.

"Aku membutuhkan anak itu"
Ucapnya yang pada akhirnya memilih jujur.

"Untuk alasan apa?"
Xiaojun kembali bertanya.

"Dia adik kandung dari seseorang yang saat ini sedang ku cari keberadaannya"
Ucap Jeno.

"Seseorang?"

Jeno menghela nafas berat, lalu kembali berucap.
"Dia calon istri ku"



































VannoWilliams

Yakuza (NaHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang